Minggu, 24 November, 2024

Kiprah PBT Milenial dalam Perbenihan Nasional

MONITOR, Jakarta – Pengawas Benih Tanaman atau disingkat PBT merupakan salah satu jabatan fungsional rumpun ilmu hayati di bawah naungan Kementerian Pertanian. Peran PBT dalam dunia perbenihan nasional sangat penting. Seorang PBT memegang peranan penting dalam menjamin mutu benih yang beredar di masyarakat. Gema revitalisasi perbenihan digaungkan untuk memantapkan dunia perbenihan nasional untuk menata, memelihara dan memanfaatkan sumber daya genetik nasional untuk pengembangan varietas unggul lokal.

Tugas pokok seorang PBT di antaranya menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi, mengembangkan dan melaporkan kegiatan pengawasan benih tanaman. Kegiatan ini terdiri dari penilaian kultivar, sertifikasi, pengujian mutu benih, pengawasan peredaran benih tanaman dan penerapan sistem manajemen mutu. Seorang PBT harus memahami kaidah-kaidah (SOP) yang berlaku baik di lapangan maupun di laboratorium. Dengan banyaknya rangkaian tugas pokok tersebut, diperlukan adanya pelatihan kontinyu terutama bagi PBT junior untuk dapat melaksanakan pekerjannya.

PBT Madya BPSB Provinsi DIY, Puji Yuliani mengatakan bahwa tidak dapat dipungkiri keberadaan fungsional tersebut memegang peranan penting dalam pengembangan dunia perbenihan. “Dewasa ini perbenihan nasional sangat membutuhkan peran dari generasi penerus, demi terwujudnya swasembada benih nasional”.

Mewujudkan swasembada benih perlu dilakukan upaya penguatan ketersediaan dari dalam negeri, serta mengurangi ketergantungan terhadap benih impor. Untuk dapat memproduksi benih bersertifikat tentunya harus dikelola oleh SDM yang profesional. “Selanjutnya juga sarana prasarana memadai serta manajemen produksi benih yang benar. Termasuk fasilitasi bimbingan terpadu, sehingga sistem dapat berjalan sesuai dengan harapan”, lanjutnya.

- Advertisement -
Tanaman bawang putih

Saat ini terdapat banyak PBT yang memasuki masa pensiun, padahal masih banyaknya tantangan yang harus dihadapi. Isu peredaran benih palsu dan adanya penyakit terbawa benih (seed borne disease) menjadi tantangan ke depan bagi generasi muda PBT.

PBT Madya BPSB Provinsi DIY, Edy Asrori mengharapkan ada peran teknologi di masa depan dalam hal pengawasan dan peredaran benih. Bila dimungkinkan teknologi ini nantinya bisa terwujud sehingga mempermudah tugas PBT sehari – hari. “Contohnya untuk prosedur sertifikasi bawang merah. Umumnya tiap komoditas selepas panen mengalami masa dormansi. Pengujian di lapangan hingga terbit surat lolos uji laboratorium membutuhkan waktu 2 – 2,5 bulan secara manual. Di masa 2 bulan inilah yang memerlukan input teknologi”.

Dirinya berharap dalam proses sertifikasi ini ada pembuatan akun bagi setiap produsen sehingga dapat terpantau secara berkala. “Umumnya dalam proses sertifikasi benih, produsen harus mengisi blangko secara manual. Belum ada teknologi untuk mengisi akun makanya susah kalau mau menginventarisir ini produsen kemana saja mengedarkan benihnya, kapan labelnya kadaluwarsa”, lanjutnya.

Diharapkan generasi-generasi muda PBT dapat memberikan dampak dan peran positif bagi terwujudnya swasembada benih nasional. Terlebih lagi Indonesia menuju swasembada bawang putih 2021. Diharapkan pada 2019, sudah dapat terlaksana swasembada bawang putih. PBT diharapkan bisa memainkan perannya untuk dapat memastikan benih yang ada merupakan benih unggul dan tersertifikasi. Apabila di tanam, dapat tumbuh bernas.

“Adanya generasi muda PBT diharapkan dapat memperkokoh dalam kegiatan pengawasan dan peredaran benih. Terlebih lagi Indonesia sekarang ini tengah menuju swasembada benih bawang putih di tahun 2021”, ujar Purnomo Nugroho, Kasubdit Produksi dan Kelembagaan Benih, Ditjen Hortikultura.

 

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER