MONITOR, Jakarta – Beras merupakan bahan pangan pokok dan pergerakan harga beras di tingkat konsumen menjadi perhatian banyak pihak dalam kaitannya dengan stabilisasi dan inflasi. Pembentukan harga beras di tingkat konsumen merupakan mekanisme pasar yang secara fundamental dipengaruhi oleh pasokan dan permintaan. Hal ini mudah dipahami secara umum. Namun hal yang perlu diperhatikan terjadinya kenaikan harga yang dinilai signifikan. Perlu dicermati apakah ada hal hal yang ekstrim yang mempengaruhi permintan dan pasokan.
Pasokan beras tidak langsung berkorelasi dengan produksi gabah petani. Pasokan memiliki rantai pasok mulai dari petani, pedagang pengumpul, penggilingan/ Rice Milling Unit, industri beras, pasar induk, pedagang grosir, pasar retail baik pasar modern, pasar tradisional, warung dll. Dimasing –masing rantai pasok ada stok dengan besaran yang berbeda. Pada gudang gudang BULOG juga terdapat stok untuk operasi pasar dan lain.
Produksi gabah di petani tidak dipengaruhi oleh permintaan pasar, tetapi sangat berkaitan dengan ketersediaan air. Bagi lahan irigasi, air tersedia sepanjang tahun, jikapun ada kekurangan bila kemarau panjang, kebutuhan air dapat dibantu pompa baik dari bantuan pemerintah pusat/daerah maupun mandiri. Bahkan ada petani yang tanam tiga kali dalam setahun dengan semata mata memanfaatkan air hujan dan air tanah dengan pompanisasi sumur bor. Bagi lahan kering disamping dapat dibantu pompa juga memanfaatkan lahan kering/padi gogo.
Pada musim kemarau, lahan lahan rawa yang biasa tergenang , justru dapat ditanami karena air sudah surut. Padi rawa banyak ditemui di Sumatera Selatan dan Kalimantan. Hal ini kurang dicermati masyarakat umum yang hanya memahami musim kemarau identic tidak bisa tanam.
Semenjak adanya Program Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi tahun 2015 yang dicanangkan Kementerian Pertanian, luas tanam padi harian dan kondisi di lapangan di seluruh wilayah terpantau dengan baik. Jika ada ke kurangan air, pompa air dapat segera dimobilisasi, selain itu benih gogo dapat disediakan. Di syukuri kekeringan tidak melanda seluruh negeri, ada wilayah wilayah/daerah yang kondusif utuk ditanami.
Ketika tanam kondusif alat dan mesin pertanian untuk pengolahan tanah dan tanam membantu percepatan olah tanam dan dan tanam. Panenpun dapat dipercepat dengan menggunakan mesin combine harvester. Bahkan petani juga dibantu alat pengering agar gabah dapat segera dikeringkan. Kementan juga terus mendorong kecukupan produksi beras di perbatasan dengan memberikan bantuan RMU agar petani tidak membeli beras dari luar wilayah.
Bantuan pemerintah pusat tersebar di semua provinsi berupa traktor lebih dari 95 ribu unit, pompa air lebih dari 44 ribu unit, alat panen dan pasca panen lebih dari 26 ribu unit. Dengan demikian ketika terjadi musim kemarau, tanam padi terus digiatkan dengan memanfaatkan alat dan mesin pertanian dan penerapan teknologi dan penggunaan benih yang lebih sesuai dengan musim. Kehilangan produksi dari proses panen juga dapat ditekan dengan adanya alat dan mesin pertanian pasca panen.
Dengan demikian spekulasi bahwa ada penurunan produksi pada musim kemarau sehingga harga perlu dinaikkan sudah tidak tepat lagi. Mari kita ciptakan stabilsasi harga beras pada tingkat yang menguntungkan petani, tidak membebani konsumen dan memberikan keuntungan yang wajar bagi pedagang.