Jumat, 22 November, 2024

Hari Laut Sedunia: Jihad Melawan Pencemaran Laut dan Ilegal Fishing

oleh :

Muhammad Sutisna S.Sos (Biro Maritim PB PMII)

Tepat pada hari ini, 26 tahun yang lalu tanggal 8 Juni 1992 dalam momentum KTT Earth Summit di  Rio de Janeiro, Brazil. Lahirlah sebuah gagasan besar tentang pentingnya menjaga ekosistem laut yang merupakan aset terbesar yang dimiliki oleh penduduk bumi. Lahirnya gagasan ini, dilatar belakangi oleh kondisi laut yang semakin mengkhawatirkan karena berbagai macam kegiatan manusia yang berpotensi merusak kehidupan ekosistem laut. Oleh karena itu penting untuk melahirkan Hari Laut sedunia. Guna meningkatkan kesadaran akan peran penting laut dalam kehidupan manusia dan peran penting manusia untuk melindungi laut.

Dan pasca dicetuskannya Hari Laut Sedunia  beberapa tahun selanjutnya di tahun 2003, The Ocean Project dan World Ocean Network gencar mempromosikan Hari Laut Sedunia. Agar kesadaran menjaga laut bukan hanya kepentingan satu pihak saja,  namun kepentingan seluruh penduduk dunia untuk menjaga kelestarian laut.

- Advertisement -

Peran serta Laut dalam kehidupan manusia juga sangat menentukan, seperti menggunakan laut sebagai sarana distribusi barang dan jasa, laut sebagai mata pencaharian nelayan, dan berbagai macam potensi yang dimiliki laut yang senantiasa harus kita jaga. Melihat fakta hari ini laut dalam kondisi yang memprihatinkan seperti pencemaran air laut akibat tumpahan minyak dari kapal kapal hingga maraknya sampah khususnya sampah plastik yang mencemari laut hingga penangkapan ikan secara besar-besaran tanpa melihat kelestarian ekosistem laut. Ini menjadi pekerjaan besar bersama agar keletarian laut tetap terjaga.

Khususnya dalam pencemaran sampah plastik saat ini dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Baru baru ini di Thailand, Paus Pilot ditemukan mati akibat menelan sampah plastik. Berdasarkan penyampaian Kepala Departemen Sumber Daya Laut dan Pesisir melalui lamannya, dilansir dari Kantor Berita Antara.

Dari Hasil pembedahan yang dilakukan ditemukan sbanyak 80 kantong plastik dengan berat 8 kilogram terdapat didalam perut ikan paus tersebut. Akibatnya Paus tidak bisa mencerna makanan dan sakit. Ini merupakan satu contoh kasus dari ribuan hingga puluhan ribu kasus biota laut yang mati akibat pencemaran sampah plastik yang semakin mengkhawatirkan.

Dalam kajian The Ocean Cleanup Foundation memperkirakan sekitar 80.000 ton plastik berada di Area Pasifik Raya yang membentang antara California dan Hawaii, Amerika Serikat. Bahkan Studi yang dimuat dalam Jurnal Ilmiah Sceintific Reports menyebutkan Sampah plastik bergumul di lima area di lima samudera. Hampir dipastikan setiap samudera yang ada di dunia ini sudah tercemar dan diselimuti sampah plastiknya.

Fakta lainnya adalah setiap tahun jutaan ton plastik hanyut ke lautan beberapa di antaranya hanyut ke arus sirkulasi samudera, yang lebih familiar disebut gyre. Gyre inilah yang memecah  plastik menjadi mikroplastik dan kemudian dicerna makhluk hidup di laut. Dan apabila terus dicerna oleh makhluk hidup laut, sangat membahayakan ekosistem laut. Dari gambaran tersebut kita bisa membayangkan bila pencemaran sampah terus dibiarkan, bisa dibayangkan bumi ini akan diselimuti oleh lautan sampah.

Ancaman Nyata Perairan Indonesia

Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki segala potensi sumber daya laut.  Hal itu diperkuat pada tanggal 13 Desember 1957, melalui deklarasi Djuanda. Dunia internasional sudah mengakui Indonesia dari berbagai pulau dengan karakteristik, heterogen penduduk dan sumber daya kekayaan maritim yang sangat luar biasa.  Berdasarkan hasil survey Dishidros (Dinas Hidrografi dan Oseanografi) TNI AL, Indonesia memiliki 17.504 pulau dan memiliki garis pantai sekitar 81.000 km (terpanjang kedua di dunia setelah Kanada), serta hampir mayoritas wilayah Indonesia merupakan laut dan perairan. Menandakan Indonesia memiliki banyak potensi di sektor maritim.

Berdasarkan hasil data Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS), Indonesia  memiliki poteni sumber daya ikan yang sangat besar dan keanekaragaman hayati yang tinggi. Menyumbangkan 27,2% dari seluruh spesies flora dan fauna yang terdapat di dunia, meliputi 12 persen mammalia, 23,8% ampibia, 31,8% reptilia, 44,7% ikan, 40% moluska, dan 8.6% rumput laut. Dari data tersebut menandakan Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kekayaan laut yang begitu besar. Namun secara dampak belum memiliki manfaat yang merata.

Hal itu disebabkan oleh belum adanya pengelolaan yang berkelanjutan, hanya fokus terhadap penangkapan tanpa memperhatikan ekosistem lingkungan laut.  Belum adanya sistem budidaya yang berkelanjutan. Lebih parah lagi dengan adanya kasus illegal fishing dan terjadinya kerusakan terumbu karang, akibat belum adanya alat tangkap yang ramah lingkungan. Bahkan melakukan cara-cara yang membahayakan seperti menggunakan bom, pukat harimau dan cantrang. Selain itu penangkapan ikan secara berlebihan yang semakin berlarut menyebabkan stok perikanan akan habis. Dari total luas wilayah penangkapan ikan seluas 5,8 juta km2, dengan kondisi yang berbeda-beda. Ada wilayah yang dalam tanda kutip zona merah, yakni dengan kondisi over fishing.

Perlu adanya pengelolaan sumber daya kelautan dan perikannan yang berkelanjutan yang menjadi wajib hukumnya. Segala tindakan perusakan eksploitasi dan pengelolaan yang tidak ramah lingkungan harus dihentikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan yang bertanggung jawab, berdaya saing dan berkelanjutan.

Jihad Stop illegal fishing perlu diserukan kepada seluruh elemen masyarakat sebagai bentuk dukungan moril terhadap pemerintah. Karena illegal fishing sudah melanggar kedaulatan bangsa. Ketika wilayah perairan Indonesia di koyak-koyak oleh pencuri ikan dalam jumlah yang sangat besar. Disisi lain nelayan kita hanya kebagian sisanya saja. Jangan sampai satu gram pun ikan kita di curi oleh kapa-kapal asing.

Komitmen Pemerintah yang notabenennya yang digawangi oleh Ibu Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelautan dan Perikanan dalam melawan ilegal fishing tak perlu diragukan. Bahkan pada saat menjadi pembicara dalam peringatan Hari Internasional Perlawanan terhadap Penangkapan Ikan secara Ilegal yang diselenggarakan setiap tanggal 5 Juni di kantor FAO, Roma, Italia.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan dunia internasional harus mempertegas komitmen globalnya untuk bersatu dalam rangka memberantas aktivitas penangkapan ikan secara ilegal di berbagai lautan. “Dunia harus bersatu memerangi penangkapan ikan secara ilegal yang marak terjadi di dunia yang wilayah operasinya melintasi batas antar negara. Untuk itu, dibutuhkan kerja sama internasional untuk memeranginya bersama-sama.

Ancaman laut lainnya selain persoalan ilegal fishing. Yakni pencemaran laut yang sudah sangat mengkhawatirkan. Saat ini laut Indonesia dihantui oleh sampah plastik yang berkeliaran di lautan Indonesia. Dan berdampak besar terhadap lingkungan ekosistem laut. Mengutip National Geography Indonesia, dari sebuah penelitian terbaru dijelaskan sampah plastik telah membunuh 1.000 penyu laut setiap tahunnya. Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti dari University of Exeter, Inggris. Mereka melakukan survei samudera di seluruh dunia di mana penyu tinggal. Hasilnya, 91 persen penyu yang mereka temukan terjerat alat tangkap telah mati.

Selain dapat membunuh  laut, sampah-sampah plastik ini juga dapat menggangu keindahan laut. Bayangkan saja beberapa pesisir pantai hingga dasar laut di Indonesia, dicemari oleh sampah plastik. Hal tersebut sangat berdampak negatif terhadap sektor pariwisata bahari di Indonesia, para turis tentunya akan terganggu dan dapat mengurangi nilai estetika. Hal tersebut perlu diantisipasi oleh pemerintah untuk mengurangi konsumsi sampah plastik.

Pemerintah meningkatkan keterlibatan pemuda dalam mengkampanye tolak buang sampah di laut. Sebagai bentuk jihad melawan pencemaran lingkungan yang sudah semakin crowded menghantui perairan Indonesia. Di momentum hari laut sedunia ini perlu mengajak seluruh elemen untuk tidak membuang sampah sembarangan, dan mengurangi penggunaan plastik yang berdampak melubernya sampah plastik di laut. Perlu ada penanggulangan secara hulu ke hilir, yang artinya sampah sampah laut yang berasal dari aliran sungai harus ditanggulangi, Agar mengurangi dampak polusi sampah plastik.

Dua ancaman nyata yakni ilegal fishing dan Pencemaran sampah di laut adalah tantangan besar Indonesia dalam mewujudkan visi poros maritim dunia. Apabila tidak dapat ditanggulangi secara konsisten, visi tersebut hanya menjadi jarkon belaka. Sudah saatnya Indonesia menjadi negara maritim yang berdaulat dan bebas dari sampah. Selamat Hari Laut Sedunia.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER