Oleh :
Wahyu Priyono
(Pemerhati Masalah Agama dan Sosial)
Ramadhan tahun ini telah berakhir. Alangkah baiknya apabila kita merenung sejenak tentang aktivitas kita selama Ramadhan yang sedang kita jalani saat ini.
Buatlah pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri seputar aktivitas kita selama Ramadhan. Kemudian kita jawab dengan jujur pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kalkulasi jawaban tersebut dalam selembar kertas. Tuliskan kesimpulan, berhasilkah Ramadhan kita?
Bisakah keberhasilan kita di bulan Ramadhan dapat diukur? Secara kuantitatif tidak dapat diukur. Berat badan turun sekian kilogram bukanlah indikator kesuksesan Ramadhan kita. Begitu juga dengan badan tampak lebih sehat dan bugar. Indikator keberhasilan Ramadhan lebih bersifat kualitatif. Sedikitnya ada lima indikator.
Indikator pertama adalah meningkatnya keimanan kita kepada Allah. Perintah untuk melakukan puasa Ramadhan bukan Allah tujukan kepada semua manusia, tetapi hanya kepada orang-orang yang beriman. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam QS Al Baqarah 183 yang artinya 'Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan puasa kepadamu sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelummu agar kamu menjadi orang yangg bertaqwa'
Hanya orang-orang beriman sajalah yang akan memenuhi panggilan Allah tersebut dalam QS. 2:183. Tidaklah akan berpuasa kecuali orang yang beriman. Orang yang berpuasa dengan ikhlas menunjukkan bahwa ada peningkatan iman di dalam hatinya. Kesigapan menjalankan perintah Allah seperti menjalankan perintah berpuasa hendaknya terus berlanjut setelah berakhirnya Ramadhan.
Puasa juga melatih kepada orang yang menjalankannya untuk selalui menyadari akan pengawasan Allah SWT. Meskipun tidak ada seorang pun yang melihat, orang yang berpuasa tidak akan membatalkan puasanya untuk mengelabui orang lain. Jika kesadaran akan pengawasan Allah seperti itu terus mampu dipelihara di luar Ramadhan dan mampu mencegah dari perbuatan buruk maka dapat dikatakan Ramadhannya telah berhasil.
Selain itu, dengan puasa seseorang akan diajarkan dan ditanamkan tentang keyakinan yang kuat akan janji Allah yang tidak akan pernah meleset. Allah menjanjikan kepada hambaNya yang berpuasa akan menemui kegembiraan pada saat berbuka dan berjumpa Allah di Akhirat kelak. Dan sungguh menjadi kenyataan bahwa saat yang sangat menggembirakan bagi orang yang berpuasa adalah saat mendengar azan maghrib berkumandang.
Indikator kedua adalah meningkatnya ibadah. Secara simultan dengan meningkatnya keimanan akan meningkatkan ibadah seseorang kepada Allah SWT. Hal ini sudah menjadi sunnatullah bahwa iman dan ibadah pada seseorang adalah berbanding lurus. Suasana Ramadhan secara langsung maupun tidak, akan merangsang seseorang untuk meningkatkan ibadahnya baik kuantitas maupun kualitasnya, baik ibadah yang wajib maupun sunnah.
Dapat dikatakan Ramadhan kita berhasil jika di bulan Syawal dan bulan-bulan lainya sholat fardhu kita dapat didirikan dengan ajeg, terpelihara (tepat waktu), berjamaah dan mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Disamping itu sholat nafilah (sunnah) kita juga semakin bertambah, terutama sholat lail atau tahajud yang selama Ramadhan telah dilatih dengan sholat taraweh dan bangun sahur.
Ibadah lainnya yang menjadi indikator kesuksesan kita menjalani ibadah Ramadhan adalah puasa. Puasa satu bulan penuh selama Ramadhan akan membekas dalam dirinya, sehingga ia akan meneruskan kebiasaan berpuasa tersebut di luar Ramadhan, yaitu dengan memperbanyak dan merutinkan puasa sunnah seperti puasa senin-kamis, puasa yaumil bidh, puasa arafah dan puasa muharam.
Ada satu jenis ibadah yang sangat dianjurkan dilakukan pada bulan Ramadhan, karena banyak keutamaan di dalamnya, yaitu tilawah Al-Quran. Banyak di antara kita diberi kemudahan untuk dapat tilawah secara rutin hingga khatam dua sampai tiga kali selama Ramadhan. Termasuk keberhasilan Ramadhan kita adalah apabila tilawah Al-Qur'an kita di bulan-bulan berikutnya sedikitnya sama dengan yang telah dicapai selama Ramadhan.
Selain meningkatnya kuantitas tilawah, meningkatnya semangat menghafalkan dan mengamalkan Al-Quran termasuk indikator keberhasilan kita menjalani Ramadhan. Menghafal ayat-ayat Allah akan berbeda pengaruhnya terhadap kepribadiaan seseorang dibandingan dengan hanya sekedar membacanya saja. Insya Allah dengan menghafal, kemudahan dan keberkahan Allah akan terus menaungi kita.
Indikator ketiga keberhasilan Ramadhan adalah semakin baiknya akhlaq kita. Akhlaq baik seseorang sangat ditentukan sampai sejauh mana ia mampu mengendalikan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia dan tercela. Puasa melatih seseorang untuk mampu menahan dan mengendalikan hawa nafsunya. Seseorang dikatakan berhasil dengan Ramadhannya jika ia mampu mengendalikan dirinya di bulan-bulan lainnya.
Hawa nafsu yang terkendali akan tercermin dari sikap, perkataan dan perbuatan sehari-hari baik pada bulan Ramadhan maupun bulan-bulan lainnya. Sikapnya tenang, tawadhu, dan santun. Jauh dari arogan, pemarah, dan tergesa-gesa. Perkataanya lembut, jelas, dan tidak keluar dari lisannya kecuali perkataan yang baik dan benar. Perbuatannya selalu mencerminkan ketaatan pada Sang Khalik dengan menjalankan perintahNya dan meninggalkan laranganNya.
Indikator keempat adalah meningkatnya semangat menuntut ilmu. Suasana Ramadhan sangat kental dengan nuansa menuntut ilmu. Kuliah Shubuh, Kajian Dhuhur, Pengajian Menjelang Berbuka, dan Ceramah Taraweh menghiasi masjid, mushola, perkantoran, televisi dan radio. Antusiasme kaum muslim untuk mengikutinya juga cukup terlihat. Sedikit banyak kegiatan-kegiatan tersebut akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang Islam.
Dengan berlalunya Ramadhan, semangat menghadiri majelis ilmu pun janganlah ikut berlalu. Sedikitnya satu jam dalam sehari semalam kita sempatkan untuk menambah wawasan keilmuan/keislaman kita, baik melalui membaca buku, membuka situs keislaman, menyaksikan dan mendengarkan ceramah agama. Dan sedikitnya sekali dalam satu pekan menghadiri kajian instensif tentang keislaman.
Indikator kelima adalah meningkatnya jiwa kepedulian/ sosial kita kepada orang lain. Kebiasaan memberikan sesuatu kepada orang lain dalam bentuk ta'jil (makanan), zakat, infaq dan sedekah hendaknya terus berlanjut seusai Ramadhan. Jika hal demikian dapat dilakukan maka itu tandanya Ramadhan kita berhasil, sehingga prinsip sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain akan tertanam.
Semoga kita termasuk yang berhasil di Ramadhan tahun ini.