MONITOR, Jakarta – Peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) ke-80 Kementerian Agama di Papua diwarnai kegiatan Jalan Santai Kerukunan yang digelar di Kota Jayapura. Kegiatan ini menjadi penanda awal implementasi Asta Protas (Delapan Program Prioritas) Kemenag 2025–2029 di Tanah Papua, dengan menempatkan kerukunan dan cinta kemanusiaan sebagai fondasi utama.
Dimulai dari Kantor Gubernur Papua, ratusan peserta yang terdiri atas tokoh lintas agama, ASN, mahasiswa, dan masyarakat umum berjalan bersama menyusuri ruas kota. Kebersamaan tersebut merepresentasikan semangat persatuan dalam keberagaman, sekaligus pesan bahwa kerukunan dibangun melalui perjumpaan dan kehadiran nyata.
“HAB ke-80 menjadi momentum penting untuk mengimplementasikan Asta Protas secara nyata. Kerukunan tidak cukup dijaga melalui regulasi, tetapi harus dihadirkan lewat pendekatan kemanusiaan dan pelayanan yang inklusif,” ujar Auditor Ahli Utama Inspektorat Jenderal Kemenag, Nur Endah Triwidiyanti.
Nur Endah menegaskan, Papua memiliki posisi strategis sebagai cermin keberagaman Indonesia. Karena itu, penguatan moderasi beragama harus dilakukan dengan cara yang membumi, menghargai kearifan lokal, serta membangun kepercayaan dan rasa saling menghormati di tengah masyarakat.

“Kami ingin memastikan Asta Protas benar-benar terinternalisasi hingga ke satuan kerja, perguruan tinggi keagamaan, dan masyarakat. Dari Papua, kita kirim pesan bahwa kerukunan adalah kekuatan bangsa,” tegasnya.
Jalan Santai Kerukunan menjadi refleksi semangat Asta Protas yang menempatkan toleransi, kepedulian sosial, dan harmoni sebagai nilai yang hidup dan berdampak. Papua diposisikan bukan sekadar wilayah penerima program, melainkan ruang aktualisasi nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan.
Melalui Asta Protas, Kementerian Agama menegaskan komitmen menghadirkan Kemenag Berdampak hingga wilayah terdepan, sebagai bagian dari ikhtiar bersama memperkuat persatuan dan menyiapkan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.