MONITOR, Malang – Sebanyak 75 calon penerima Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) Kementerian Agama dinyatakan siap melanjutkan studi magister (S2) dan doktor (S3) ke berbagai perguruan tinggi luar negeri setelah mengikuti Language and Academic Preparation Program (LAPP) yang digelar selama dua bulan penuh oleh Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Puspenma) Kemenag RI.
Program intensif ini berlangsung pada 12 November hingga 12 Desember 2025 dan diselenggarakan di lima Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), yakni UIN Alauddin Makassar, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Walisongo Semarang, UIN Sunan Ampel Surabaya, dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
LAPP dirancang sebagai kawah candradimuka bagi calon awardee BIB luar negeri, untuk memperkuat kemampuan bahasa Inggris, kesiapan akademik, serta pemahaman budaya dan tradisi akademik global, sebelum memasuki kampus tujuan.
Menyiapkan SDM Unggul untuk Panggung Global
Kepala Puspenma Kemenag RI, Ruchman Basori, menegaskan bahwa LAPP bukan sekadar pelatihan bahasa, melainkan bagian dari strategi besar Kementerian Agama dalam menyiapkan sumber daya manusia unggul dan berdaya saing internasional.
“Melalui LAPP, calon awardee dipersiapkan agar mampu memenuhi standar bahasa yang ditetapkan kampus tujuan, sekaligus memahami kultur akademik dan kehidupan di luar negeri,” ujar Ruchman saat penutupan LAPP di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Pada tahun 2025, Puspenma kembali merekrut 1.029 penerima Beasiswa Indonesia Bangkit, yang tersebar di program sarjana, magister, dan doktor, baik di dalam maupun luar negeri. LAPP secara khusus diperuntukkan bagi awardee BIB yang akan melanjutkan studi S2 dan S3 ke luar negeri, seperti Australia, Inggris, Amerika Serikat, Belanda, Jerman, dan negara lainnya.
“Jangan Gagal Berangkat”
Kepada 15 peserta yang hadir secara luring di UIN Malang dan 60 peserta lainnya yang mengikuti secara daring dari empat PTP, Ruchman berpesan agar seluruh calon awardee memanfaatkan program ini secara maksimal.
“Dua bulan mungkin bukan waktu ideal, tetapi jadikan LAPP sebagai kawah candradimuka. Tempa diri dalam bahasa, kultur, dan tradisi akademik bagaimana belajar di negeri orang. Jangan sampai gagal berangkat,” tegas aktivis mahasiswa 1998 tersebut.
Ruchman juga menjelaskan bahwa calon awardee yang telah mengantongi Letter of Acceptance (LOA) akan mulai intake perkuliahan pada Januari 2026, sementara peserta yang masih berproses mencari LOA diberikan waktu hingga akhir Desember 2026.
Bahasa, Etika, dan Budaya Akademik
Wakil Rektor I UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Basri, mengingatkan bahwa kesiapan studi luar negeri tidak hanya ditentukan oleh kemampuan bahasa Inggris, tetapi juga oleh pemahaman etika dan budaya pergaulan akademik internasional.
> “Cara berinteraksi dengan dosen di luar negeri sangat penting. Jangan memanggil dosen dengan nama langsung atau sekadar ‘Mr.’, tetapi gunakan panggilan akademik seperti ‘Professor’,” pesannya kepada para peserta.
Basri menyampaikan apresiasi kepada Puspenma Kemenag RI atas kepercayaan yang diberikan kepada UIN Maliki Malang sebagai salah satu penyelenggara LAPP.
> “Kami sangat serius menggembleng para awardee, dengan menghadirkan tutor dan narasumber yang memiliki reputasi internasional,” ujarnya.
Sinergi PTKIN Menguatkan Internasionalisasi
Kegiatan penutupan LAPP dihadiri oleh jajaran pimpinan PTKIN penyelenggara, antara lain Rektor UIN Walisongo Semarang Nizar Ali, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Rosikhon Anwar, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Akh. Muzakki, Rektor UIN Alauddin Makassar Hamdan Juhannis, serta pimpinan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan para kepala pusat pengembangan bahasa.
Program LAPP menjadi bukti konkret sinergi Puspenma dan PTKIN dalam mendorong internasionalisasi pendidikan tinggi keagamaan Islam. Lebih dari sekadar keberangkatan studi, LAPP diposisikan sebagai investasi jangka panjang negara dalam mencetak intelektual Muslim Indonesia yang kompeten, adaptif, dan berwawasan global.