Selasa, 2 Desember, 2025

ITB-AD Jakarta Dorong Kemandirian Perempuan Nelayan Maluku melalui Model TABP

MONITOR, Jakarta – Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Jakarta menegaskan komitmennya dalam penguatan ekonomi perempuan nelayan di Provinsi Maluku melalui penerapan model Teologi Al-Ma’un Berperspektif Perempuan (TABP). Komitmen tersebut disampaikan langsung oleh Rektor ITB-AD Jakarta, Dr. Yayat Sujatna, usai penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara ITB-AD Jakarta, Kementerian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dan Universitas Muhammadiyah Maluku, Senin (1/12/2025).

Penandatanganan MoU ini menjadi rangkaian dari penyelenggaraan kuliah umum yang menyoroti isu penguatan ekonomi perempuan pesisir. Kerja sama tersebut berfokus pada pengembangan kapasitas usaha bagi perempuan nelayan, mulai dari peningkatan keterampilan pengolahan hasil laut, pemasaran, hingga penguatan kelembagaan usaha mikro.

Program ini merupakan inisiasi dari Pusat Studi Islam, Perempuan dan Pembangunan (PSIPP) ITB Ahmad Dahlan Jakarta, yang didukung oleh PT Unilever Indonesia sebagai bentuk kolaborasi dunia usaha dalam pemberdayaan perempuan dan pembangunan ekonomi pesisir berkelanjutan.

Dalam sambutannya, Yayat menegaskan bahwa perguruan tinggi tidak boleh berjarak dari problem sosial di akar rumput.

- Advertisement -

“Perguruan tinggi harus menjadi bagian dari solusi atas kerentanan ekonomi perempuan pesisir. Mereka menghadapi beban ganda: pekerjaan domestik yang berat dan kontribusi ekonomi yang besar, namun pengakuan terhadap peran mereka masih rendah,” ujarnya.

TABP, lanjut Yayat, menjadi instrumen dalam merumuskan intervensi yang lebih tepat bagi perempuan nelayan. Pendekatan ini mengutamakan observasi lapangan, pemetaan desa berbasis gender, serta pendampingan usaha yang disesuaikan dengan kebutuhan nyata perempuan pesisir.

“Ini bukan pemberdayaan karitatif. Ini strategi membangun kemandirian,” tegasnya.

Sebagai tindak lanjut, ITB-AD akan mengerahkan tim akademik untuk bekerja bersama UM Maluku dan Kementerian UMKM. Tahapan awal program meliputi identifikasi kelompok perempuan nelayan, penyusunan kebutuhan alat produksi, pelatihan kapasitas usaha, serta pengembangan skema pendampingan jangka panjang.

Rektor UM Maluku, Prof. Faris Al-Fadhat, mengapresiasi inisiatif kolaboratif ini dan menekankan pentingnya peran kampus dalam membuka akses lanjutan bagi keberlanjutan usaha perempuan pesisir.

“Pendampingan tidak boleh berhenti pada pelatihan semata. Akses pasar, teknologi, dan dukungan berkelanjutan harus disiapkan,” ujarnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER