MONITOR, Jakarta – Menteri Agama Nasaruddin Umar menghadiri Humas Kemenag Award 2025 dan menyerahkan bantuan senilai Rp155,5 miliar untuk masyarakat terdampak bencana di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Acara ini digelar di Jakarta, Senin (1/12/2025).
Humas Award 2025 dihadiri para pimpinan pusat dan daerah, mulai dari Eselon I, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi, pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN), hingga jurnalis dan media. Kegiatan ini menjadi wadah apresiasi bagi insan humas yang berkontribusi menjaga reputasi Kementerian Agama melalui kerja komunikasi publik yang inklusif, akuntabel, dan berdampak bagi masyarakat.
Menteri Agama Nasaruddin Umar juga turut menyampaikan duka cita mendalam atas bencana banjir dan tanah longsor di sejumlah daerah.
“Pertama-tama izinkan saya menyampaikan duka cita mendalam atas bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Saya mengapresiasi gerak cepat Kanwil, Kankemenag, para penyuluh, penghulu, madrasah, dan pesantren yang langsung turun membantu masyarakat,” kata Menag.
Pada kesempatan tersebut, Menag menyerahkan total Rp155,5 miliar bantuan kemanusiaan, yang bersumber dari anggaran Ditjen Bimas Islam: Rp10,4 miliar (untuk 49 KUA, 61 masjid dan mushola); anggaran Ditjen Pendidikan Islam: Rp40,85 miliar (untuk lembaga pendidikan Islam terdampak bencana); bantuan BAZNAS: Rp60 miliar; bantuan Forum Zakat (FOZ): Rp31,6 miliar; bantuan Perkumpulan Organisasi Pengelola Zakat (POROZ): Rp11 miliar; serta bantuan Kemenag Peduli: Rp1,7 miliar.
Bantuan tersebut masih akan dilanjutkan melalui proses verifikasi agar penyalurannya tepat sasaran. Penggalangan dana juga masih terus dilakukan melalui kanal “Tanggap Darurat Kemenag”
Mengangkat tema “Satu Kemenag, Berjuta Cerita Baik”, Menag menegaskan bahwa kerja humas bukan sekadar komunikasi, tetapi bagian dari identitas moral Kemenag.
“Tema malam ini bukan sekadar slogan. Ini identitas kita sebagai kementerian yang bekerja dengan nilai, empati, dan tanggung jawab moral,” ujarnya.
Menag juga menekankan perubahan paradigma komunikasi publik Kemenag ke arah yang lebih berdampak dan human-centered.
“Ke depan, saya minta arah komunikasi publik Kementerian Agama bukan sebatas program dan kinerja, tetapi harus lebih mencerminkan dampak yang dirasakan umat. Bukan lagi Kemenag yang bicara, tapi umat yang memberikan testimoni, bukan klaim tapi pengakuan,” tegasnya.
Pada malam penghargaan tersebut, Menag menyampaikan apresiasi kepada seluruh insan humas dan media yang selama ini menjaga narasi positif Kemenag.
“Penghargaan ini hanyalah simbol. Yang kita rayakan sesungguhnya adalah integritas, kerja senyap, dan komitmen untuk menjaga reputasi Kementerian Agama,” kata Menang.
Menag mengajak seluruh insan humas Kemenag untuk terus menyalakan cerita-cerita kebaikan dari berbagai pelosok negeri sebagai bagian dari pelayanan publik yang inklusif. “Mari terus menyalakan cerita-cerita baik dari setiap penjuru Indonesia,” tutup Menag.