Kamis, 6 November, 2025

Potensi Melimpah, Prof Rokhmin beberkan Strategi Pembangunan Ekonomi Biru Kota Tual

MONITOR, Kota Tual – Anggota Komisi IV DPR RI, Prof Rokhmin Dahuri membeberkan strategi pembangunan dalam mengoptimalkan keunggulan Kota Tual Provinsi Maluku yang memiliki potensi melimpah di sektor Ekonomi Biru yakni dominasi wilayah laut, hilirisasi perikanan, pariwisata bahari yang tumbuh, digitalisasi UMKM, peningkatan SDM dan daya beli, percepatan infrastruktur maritim, serta ekonomi sirkular aktif.

Hal tersebut disampaikan Rokhmin Dahuri dalam makalah berjudul “Pembangunan Ekonomi Biru Berkelanjutan untuk Peningkatan Daya Saing, Pertumbuhan Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat Kota Tual” saat memberikan materi pada acara Rapat Koordinasi Pengembangan Potensi Daerah pada Sektor Agromaritim Pemerintah Kota Tual yang digelar di Kantor Walikota Tual, Rabu (5/11/2025).

‘’Kota Tual didukung oleh potensi besar sektor kelautan dan perikanan (ekonomi biru) dengan 98,78% laut 66 pulau; hilirisasi perikanan dengan kapal modern, cold chain, 12 olahan; Pariwisata bahari tumbuh yang terus tumbuh seperti hotel dari 12 menjadi 17 dengan okupansi 35%-55%,’’ ujar Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University tersebut.

Ketua Dewan Pakar ASPEKSINDO (Asosiasi Pemerintah Daerah Pesisir dan Kepulauan se Indonesia) itu juga menyebutkan UMKM & koperasi di Tual terdigitalisasi; offtaker siap, SDM & daya beli naik dengan IPM yang tadinya 67,96 kini menjadi 72,84. Selain itu Konektivitas & infrastruktur maritim dipercepat dan Ekonomi sirkular berkembang dengan dukungan 25 bank sampah aktif.

- Advertisement -

Dengan pendekatan “Blue Sky – Blue Ocean”, Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) ini menyerukan keseimbangan antara ekonomi, ekologi, dan kesejahteraan sosial. Kota Tual, katanya, siap menjadi model nasional pembangunan pesisir yang tangguh dan berdaya saing.

Namun, ia juga mengingatkan ancaman perubahan iklim: intrusi air laut meningkat dari 87 menjadi 114 ha, dan risiko bencana tergolong tinggi (skor 249,60). Meski begitu, perluasan pertanian terpadu dan varietas tahan salinitas berhasil menekan kerusakan produksi dari 8,4% ke 4,2%.

“Ekonomi biru bukan hanya soal laut, tapi juga soal ketahanan, kesejahteraan, dan keberlanjutan,” tegas Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Kelautan Perikanan 2025-2030 ini. Ia mendorong sinergi lintas sektor untuk menjadikan Tual sebagai model pembangunan pesisir yang resilien dan kompetitif.

Potensi Menuju Masa Depan Mandiri dan Berkelanjutan

Menteri Kelautan dan Perikanan era Presiden Gus Dur dan Megawati ini memaparkan peta jalan pembangunan Kota Tual menuju masa depan yang maju, sejahtera, mandiri, dan berkelanjutan. Ia menekankan bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah harus berorientasi pada percepatan kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan publik yang berkualitas, pemberdayaan komunitas pesisir, dan peningkatan daya saing daerah. Prinsip demokrasi, pemerataan, dan keadilan harus menjadi fondasi, sejalan dengan kekhasan geografis dan budaya Kota Tual sebagai bagian dari sistem NKRI.

“Dengan 98,78% wilayah laut dan 66 pulau, Kota Tual memiliki modal besar untuk menjadi pusat ekonomi biru Indonesia. Tapi modal ini harus diolah dengan visi, strategi, dan kolaborasi lintas sektor,” ujarnya..

Ia menggarisbawahi bahwa peta jalan pembangunan Kota Tual mencakup yakni Transformasi sektor kelautan: dari perikanan tangkap ke hilirisasi dan bioteknologi laut, Penguatan pariwisata bahari: peningkatan okupansi hotel dan atraksi berbasis budaya laut, Digitalisasi UMKM dan koperasi: memperluas akses pasar dan efisiensi produksi, Peningkatan SDM dan daya beli: melalui pendidikan, pelatihan, dan inklusi ekonomi, Percepatan infrastruktur maritim: konektivitas antar-pulau dan sistem logistik laut, Pengembangan ekonomi sirkular: bank sampah aktif dan pengelolaan limbah terpadu, dan Ketahanan terhadap perubahan iklim: sistem pertanian terpadu dan varietas tahan salinitas.

Jalan Ganda Menuju Kemandirian Kota Tual

Prof. Rokhmin Dahuri menegaskan bahwa untuk menjadi wilayah yang maju, sejahtera, dan mandiri, sebuah daerah harus memenuhi dua syarat utama: memiliki produktivitas dan daya saing tinggi, serta mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, inklusif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Dalam konteks Kota Tual, syarat tersebut menjadi tantangan sekaligus peluang. Dengan kekayaan laut yang luar biasa, Tual berpotensi menjadi episentrum ekonomi biru Indonesia. Namun, tantangan nyata datang dari dinamika global dan perubahan iklim yang semakin ekstrem.

BMKG memprediksi gelombang tinggi 2,5–4 meter dan angin hingga 25 knot di Laut Maluku dan Laut Sulawesi hingga akhir Oktober 2025. Insiden KM Mina Maritim 148 di Berau menjadi pengingat bahwa keselamatan nelayan masih rentan: 74% beroperasi di luar pelabuhan, asuransi terhenti, dan alat keselamatan minim.

“Dinamika dunia—dari geopolitik hingga iklim—berdampak langsung pada pesisir Indonesia. Kota Tual harus membangun strategi adaptif dan berkelanjutan, dengan ekonomi biru sebagai fondasi kemandirian dan ketahanan,” ujarnya.

Rokhmin Dahuri juga mengungkapkan bahwa Kota Tual berada di titik kritis antara potensi luar biasa dan tantangan nyata. Untuk itu dengan pendekatan ekonomi biru, hilirisasi perikanan, dan penguatan kelembagaan, Tual bisa menjadi model pembangunan pesisir yang inklusif, berdaulat, dan berkelanjutan.

Dari total 7.524 ha potensi budidaya laut, baru 350,7 ha yang dimanfaatkan. Sisanya—lebih dari 7.100 ha—menunggu strategi dan investasi yang tepat. Komoditas unggulan meliputi: – Mutiara: 924 ha, – Teripang: 3.100 ha, – Lola: 1.000 ha, – Rumput laut: 2.500 ha, – Ikan laut lainnya: sisanya

Prof. Rokhmin Dahuri mendorong transformasi Tual menjadi pusat pengolahan kelautan (KMIP), dengan strategi terintegrasi:

–  Pengolahan: fillet, IQF, surimi, asap vakum, pengeringan, labor QA
–  Klaster bahan baku: rumput laut, kakap–kerapu, teripang–lola
–  Rantai dingin: ice plant, blast freezer, cold storage, truk reefer
– TVET maritim: pelatihan HACCP, cold chain, budidaya → serap tenaga lokal
–  Akses pasar: ekspor dried/frozen ke Ambon, Makassar, Surabaya
– Kelembagaan: koperasi aggregator, BLUD/BUMD, KUR/LPDB, Kampung Budidaya Merah Putih

Kolaborasi Penta Helix

Kota Tual tengah membangun masa depan yang inklusif dan berdaya saing melalui pendekatan Penta Helix—sebuah model kolaborasi strategis yang menyatukan lima pilar utama pembangunan: Akademisi: sebagai pusat riset, pengembangan IPTEK, dan pendidikan vokasi, Industri/Bisnis: sebagai motor inovasi, investasi, dan penciptaan lapangan kerja, Komunitas: sebagai penjaga nilai lokal, budaya, dan partisipasi sosial, Pemerintah: sebagai pengarah kebijakan, fasilitator, dan penyedia infrastruktur, dan Media Massa: sebagai jembatan informasi, edukasi publik, dan penggerak opini.

‘’Kolaborasi ini bertujuan menciptakan ekosistem kerja sama yang berbasis pada Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Kreativitas lokal dan budaya maritim, Inovasi lintas sektor. Dengan sinergi ini, Kota Tual diarahkan menjadi wilayah yang: Tumbuh secara ekonomi, Sejahtera secara sosial, Berkelanjutan secara ekologis,’’ terangnya.

Menurutnya ada 3 langkah strategis untuk menciptakan produktivitas dan daya saing, sehingga Kota Tual bisa maju, sejahtera, dan mandiri yakni Pertama, menjadi tuan rumah yang baik (be a good host) bagi pelanggan daerah (rakyat, wisatawan, investor, dan talented people). Kedua, Memperlakukan pelanggan secara baik (treat your customers/guests properly). Ketiga, Membangun sebuah “rumah” yang nyaman bagi pelanggan (building a home sweet home).

Selanjutnya, untuk mewujudkan visi Kota Tual yang maju, sejahtera, mandiri, dan berkelanjutan, dibutuhkan dukungan pembiayaan yang kuat dan terdiversifikasi. Pendanaan pembangunan Kota Tual bersumber dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun non-pemerintah, dengan pendekatan kolaboratif lintas sektor.

“Dengan pendekatan pembiayaan yang inklusif dan kolaboratif, Kota Tual dapat mempercepat pembangunan infrastruktur, memperkuat ekonomi biru, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh,” ujar Duta Besar Kehormatan Kepulauan Jeju dan Kota Metropolitan Busan, Korea Selatan itu.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER