MONITOR, Jakarta – Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafii menyatakan siap mengambil peran sebagai penengah yang menjembatani kepentingan bersama atas dualisme dalam organisasi Gereja Misi Injili Indonesia (GMII). Wamenag akan mengedepankan semangat kolaborasi dan kebersamaan.
Penegasan ini disampaikan Wamenag saat menerima audiensi perwakilan Gereja Misi Injili Indonesia (GMII) dengan Bimas Kristen di Kantor Wakil Menteri Agama, Jakarta, Selasa (3/11/2025).
Hadir, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen Jeane Marie Tulung, Pdt. Budi Santoso dari GMII Senafas YPPII (Yayasan Pelayanan Pekabaran Injil Indonesia) Batu beserta jajaran, Marvel Ed Kawatu dari Bimas Kristen bersama jajaran dan juga Stafsus beserta Tenaga Ahli.
Pertemuan ini membahas dinamika dualisme yang terjadi antara GMII Jakarta dan GMII Batu serta upaya penyelesaiannya secara baik dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. “Kita sudah melakukan pertemuan sebelumnya dengan persoalan bagaimana menyelesaikan kompetitif yang kurang sehat dari salah satu pihak,” ujar Romo Syafii.
Wamenag menegaskan bahwa GMII yang terdaftar secara resmi di Kementerian Agama merupakan entitas yang sah secara hukum. “Silakan melaksanakan. Jadi jangan saling membatalkan, jangan saling menegasikan, silakan masing-masing. Tapi secara administrasi, yang tercantum di Kementerian Agama dalam hal ini Bimas Agama Kristen, bahwa yang menggunakan nama Gereja Misi Injili Indonesia itu adalah gereja GMII yang hari ini markasnya di Batu,” tegasnya.
Lebih lanjut, Wamenag menyampaikan bahwa pihak lain tetap diperbolehkan melaksanakan pelayanan dengan catatan melakukan penyesuaian sesuai ketentuan administratif yang berlaku.
“Sesuai dengan keputusan yang kita dapat hari ini, mereka tetap bisa berperan dalam pelayanan dengan syarat di sinode 2026 mereka harus mengganti nama. Alasannya sama, sebab nama permanen yang mengajukan dulu adalah GMII yang sekarang bermarkas di Batu. Karena itu, nama itu tetap menjadi milik GMII yang sekarang bermarkas di Batu,” jelasnya.
Sementara itu, Pdt. Budi Santoso selaku perwakilan GMII Batu menyampaikan komitmennya untuk menjaga semangat pelayanan dan menghindari konflik berkepanjangan. “Sebenarnya kita tidak ingin urusan menang kalah, kita ingin bagaimana pelayanan itu berjalan,” ujarnya.