Minggu, 5 Oktober, 2025

Dorong Daya Saing Industri, Sektor IKFT Capai Pertumbuhan Hingga 6,70 Persen

MONITOR, Jakarta – Sektor industri pengolahan nonmigas semakin menunjukkan perannya dalam menopang kinerja ekspor nasional. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2025, sektor ini telah menyumbang 72,55% dari total ekspor Indonesia, dengan nilai ekspor sebesar US$13,22 miliar.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya di Jakarta menyatakan, “Capaian ini telah menunjukkan industri pengolahan nonmigas memiliki peran strategis dalam menjaga kinerja ekspor sekaligus memperkuat struktur ekonomi nasional,” ujarnya (4/10).

Pada Agustus 2025 ekspor industri pengolahan nonmigas telah naik 7,91% secara tahunan (yoy) dibandingkan periode yang sama pada  tahun sebelumnya. Secara kumulatif sepanjang Januari hingga Agustus 2025, nilai ekspor telah mencapai US$104,43 miliar dan menyumbang 71,32% terhadap total ekspor nasional.

Sejalan dengan hal tersebut, sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) turut mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,70% secara tahunan (yoy) dan menunjukkan kontribusinya sebagai salah satu motor penggerak pada pertumbuhan ekonomi nasional.

- Advertisement -

Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin, Sri Bimo Pratomo menyampaikan bahwa capaian tersebut merupakan hasil nyata dari penguatan struktur industri dalam negeri, peningkatan kinerja ekspor, serta dukungan kebijakan yang konsisten.

“Sektor IKFT telah berkontribusi sebesar 3,82% terhadap PDB nasional, hal ini menunjukkan peran strategis sektor ini sebagai motor dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan,” ungkap Bimo.

Kinerja positif sektor IKFT didukung oleh beberapa subsektor yang tumbuh secara signifikan, seperti Industri Bahan Galian Non Logam yang mencatat kenaikan tertinggi sebesar 10,07% pada triwulan II tahun 2025. Angka ini menunjukan lonjakan besar dibandingkan triwulan sebelumnya, di mana subsektor ini sempat mengalami penurunan sebesar 1,68% di triwulan I tahun 2025.

Lebih lanjut, subsektor industri kimia, farmasi, dan obat tradisional turut mencatat lonjakan pertumbuhan yang signifikan, hingga mencapai 9,39%, jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2025 yang hanya sebesar 3,68%, maupun 4,47% pada triwulan IV tahun 2024. Kinerja positif juga terlihat pada industri kulit, barang kulit, dan alas kaki yang naik menjadi 8,31% dari yang sebelumnya 6,95% pada triwulan I 2025.

Capaian positif  sektor IKFT  turut ditopang oleh kinerja sektor unggulan. Berdasarkan data terbaru BPS, ekspor alas kaki (HS 64) sepanjang Januari – Agustus 2025 mencapai USD 5,16 miliar tumbuh 11,89% dibanding periode yang sama tahun 2024 sebesar USD 4,61 miliar. Ekspor tekstil dan produk tekstil (HS 50-63) juga mencatat kenaikan 0,24% menjadi USD 8,01 miliar dari sebelumnya USD 7,98 miliar. Secara total, ekspor gabungan alas kaki dan TPT menembus USD 13,17 miliar, naik 4,51% dibanding capaian tahun lalu mencapai USD 12,59 miliar. Selain itu, produk kimia (HS 38) juga memberikan kontribusi signifikan dengan nilai ekspor mencapai USD 6,12 miliar.

Kinerja ini selaras dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) periode September 2025 yang menunjukkan industri manufaktur masih berada dalam zona ekspansi dengan nilai mencapai 53,02 poin. Berdasarkan hasil IKI selama tiga bulan terakhir, seluruh subsektor IKFT konsisten menunjukan fase pertumbuhan yang positif.

Kemenperin terus berkomitmen dalam mendorong pengembangan dan penguatan industri melalui berbagai kebijakan strategis. Adapun bagi sektor IKFT, langkah yang ditempuh meliputi peningkatan ekspor, menjaga serta menjamin ketersedian bahan baku dan energi bagi industri dalam negeri, serta mendorong peningkatan utilisasi kapasitas produksi.

Demi menjaga momentum pertumbuhan ini, Direktorat Jenderal IKFT Kemenperin mendorong kebijakan hilirisasi, khususnya pada industri kimia berbasis minyak dan gas serta sektor bahan galian bukan logam. Selain itu, penguatan basis ekspor pada komoditas andalan seperti tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki juga menjadi prioritas.“Tindakan strategis ini diharapkan dapat memperkuat daya saing industri nasional sekaligus mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata Bimo.

Sebagai penutup, Menteri Perindustrian kembali menekankan bahwa langkah strategis yang ditempuh berupa kebijakan hilirisasi dan subtitusi impor guna mencapai peningkatan nilai tambah dan kemandirian industri nasional. Melalui kebijakan tersebut, pemerintah tidak hanya memperluas basis ekspor, namun juga memperkuat ketahanan pasokan bahan baku dalam negeri. Komitmen ini turut diiringi dengan kerja sama internasional sebagai upaya membuka akses pasar yang lebih luas serta menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi investasi pada sektor industri.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER