MONITOR, Pekalongan – Tidak ada alasan lagi bagi para dosen Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) untuk tidak melakukan riset. Baik riset keagamaan maupun sains dan teknologi, yang hasilnya ditunggu oleh masyarakat.
Hal itu ditegaskan oleh Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (PUSPENMA) Sekretariat Jenderal Kementerian Agama Ruchman Basori pada kegiatan Sosialisasi dan Monitoring Evaluasi Program MoRA The Air Fund pada UIN KH. Abdurrahman Wahid, Jumat (19/9) di Pekalongan.
“Bertransformasinya IAIN menjadi UIN meniscayakan beragam ilmu pengetahuan dikembangkan pada PTKIN dan ini akan berimplikasi pada perluasan kajian dan riset mengarah pada bidang-bidang sains dan teknologi”, tambah Ruchman.
Sebagaimana diketahui Kementerian Agama melalui Puspenma dalam tiga tahun 2024, 2025 dan 2026 mendapatkan alokasi pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk hibah riset kolaboratif yang diberi nama MoRA The Air Fund untuk para dosen PTK.
Para dosen bisa berkolaborasi dengan sesama dosen Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK), dengan Perguruan Tinggi Umum (PTU) atau bahkan dengan para dosen di Luar Negeri. Ada empat bidang focus riset MoRA The Air Fund yaitu Sosial Humaniora, Sains dan Teknologi, Ekonomi dan Lingkungan dan bidang Kebijakan Layanan Pendidikan dan Keagamaan.
Dihadapan para dosen UIN Gus Dur, Alumni IAIN Walisongo ini berharap agar para dosen memanfaatkan dana riset MoRA The Air Fund dengan baik. “Saatnya para dosen turun gunung untuk berijtihad dan berjihad intelektual melakukan penelitian, yang hasilnya akan berdampak pada pembangunan Masyarakat”, katanya.
Aktivis Mahasiswa ’98 ini menuturkan bahwa pada waktu yang lalu, para dosen kurang bersemangat untuk melakukan penelitian, karena keterbatasan anggaran sekarang harus lebih semangat karena tersedia anggaran yang relative besar.
“Tahun Anggaran 2025 ada 80 milyard dana MoRA The Air Fund yang harus dimanfaatkan untuk menggenjor riset para dosen tidak hanya dikalangan dosen PTKI tetapi juga dosen PTK di bawah Ditjen Bimas Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Konghucu”, kata Ruchman menyemangati para Dosen.
Pendaftaran MoRA The Air Fund untuk tahun 2025 akan dibuka pada awal Oktober 2025. Para dosen dapat mempersiapkan proposal riset dengan anggaran antara 500 juta sampai dengan 2 milyard. “Ini kesempatan emas jangan sia-siakan karena public menunggu para dosen PTK turun gunung mengerahkan segala kemampuan untuk melakukan pelbagai riset”, katanya.
Ada 8 syarat periset utma program MoRA The Air Fund yaitu (1). WNI, (2). Dosen PTK termasuk Ma’had Aly dan Dosen FAI pada PTU, (3). Memiliki rekam jejak akademik baik, (4). Memiliki kualifikasi akademik Doktor (S3) dengan jenjang kepangkatan paling rendah Lektor, (untuk Ma’had Aly minimal Magister), (5). Memiliki Sinta Score Overall minimal 50 (lima puluh), (6). Diutamakan berkolaborasi dengan periset dari perguruan tinggi dalam dan/atau luar negeri; (7). Periset Utama maupun anggota hanya boleh mengusulkan satu proposal riset; (8). Bagi yang telah mendapatkan pendanaan pada periode sebelumnya, tidak dapat mengajukan proposal lagi.
Kepala Puspenma Kemenag didampingi Ketua Tim Investasi Pendidikan, Kerjasama dan Riset Hendro Dwi Antoro melakukan Monitoring, Evaluasi dan Sosisialisasi MoRA The Air Fund pada UIN KH. Abdurrahman Wahid. Sementara dari UIN Gus Dur, dihadiri Wakil Rektor I Bidang Akademik Dr. Nur Kholis, M.A, Sekretaris LP2M Dr. Nanang Hasan Susanto, M.Pd.I dan sejumlah pejabat lainnya.