MONITOR, Depok – Perempuan memiliki peran penting menghadapi tantangan global. Pesan ini disampaikan Yang Mulia Sheikh Harelimana Abdul Karim, Duta Besar Rwanda untuk Indonesia, dalam pidato kuncinya pada saat pengukuhan Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah Bojongsari (PCA), Depok pada Ahad, 12 Oktober 2024 bertempat di masjid at-Tanwir Curug, Bojongsari.
YM Harelimana menyambut baik program unggulan PCA Bojongsari untuk meningkatkan kepemimpinan perempuan akar rumput sampai tingkat internasional. Ia menyatakan program PCA tersebut sejalan dengan komitmen Pemerintahan Rwanda.
Di Rwanda, negara yang berhasil membangun budaya damai paska konflik dan genosida suku Hutu terhadap etnis Tutsi pada 1994, juga berhasil mendorong kepemimpinan perempuan, seperti adanya Kementerian Gender dan Keluarga serta undang-undang yang secara khusus melindungi perempuan dari bias gender ataupun bentuk kekerasan lainnya.
“Perempuan di Rwanda kini berperan lebih aktif dalam pendidikan, politik, dan pemerintahan. Anggota parlemen perempuan di Rwanda mencapai lebih dari kuota 30 persen serta kabinet menteri perempuan Rwanda juga signifikan,” ucap YM Harelimana.
Selain itu, ia juga menyampaikan keberhasilan Rwanda menjadi negara terbersih di benua Afrika. Serta mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dan memiliki jumlah penduduk muda yang tinggi, sebagai faktor penting dalam pembangunan nasional.
Program unggulan PCA Bojongsari lainnya yakni mendorong perempuan sebagai agen perdamaian, pemilahan sampah dan upaya daur ulang sampah yang dimulai dari rumah tangga, dan memastikan pencapaian terbaik pendidikan dan kesehatan bagi perempuan dan anak-anak termasuk terbebas dari segala bentuk kekerasan seksual ataupun bias gender. Demikian disampaikan Yulianti Muthmainnah, Ketua PCA Bojongsari yang juga dosen di Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta, dalam pidato iftitah paska pelantikan di hari yang sama.
Yuli dan jajaran PCA Bojongsari bersuka cita atas kehadiran Duta Besar Rwanda bersama istrinya, di Bojongsari Depok.
“Kehadiran YM Harelimana, Duta Besar Rwanda, menjadi dukungan besar bagi PCA Bojongsari yang baru saja dibentuk keberadaannya. Bagi warga Bojongsari, ini kali pertama ada duta besar negara sahabat berkenan hadir, sekaligus juga pertama kalinya dalam sejarah pengukuhan PCA se-Indonesia dihadiri duta besar, sehingga tausiyah yang disampaikan YM Harelimana sangat sesuai dengan cita-cita dan program PCA ke depan, yang menginginkan kiprah dan sumbangsih perempuan akar rumput untuk kemaslahatan dunia, di tengah situasi perang, genosida dan penjajahan rakyat Palestina ataupun pembantaian rakyat Lebanon yang tiada henti dilakukan Israel,” terang Yuli.
Dosen ITB Ahmad Dahlan Jakarta ini mengajak seluruh anggota ‘Aisyiyah berorganisasi dengan riang gembira dengan mengikutsertakan keluarga termasuk suami dan anak-anak sebagaimana yang dicontohkan para nabi pentingnya mengikutsertakan keluarga dalam dakwah dan syiar.
Pada sesi tanya jawab yang dipandu Maila Dinia Husni Rahiem (professor UIN Jakarta sekaligus pengurus PCA Bojongsari), peserta memberikan pertanyaan yakni pelajar dari Pesantren Ki Bagus Hadikusuma Jampang mempertanyakan bagaimana penerapan toleransi di Rwanda. Peserta lain, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mempertanyakan kiat penting Rwanda mengikis bias gender yang memposisi perempuan hanya di wilayah domestik, bagaimana kehidupan muslim di Rwanda dari anggota ‘Aisyiyah. Serta pertanyaan masa depan hubungan bilateral Indonesia dan Rwanda serta kemungkinan pembukaan cabang Istimewa ‘Aisyiyah atau Muhammadiyah di Rwanda dari simpatisan Muhammadiyah.
YM Harelimana menanggapi dengan memberikan penjelasan bahwa Rwanda merupakan negara sekuler yang menghormati semua keyakinan agama tanpa campur tangan negara dalam urusan keagamaan. Hal ini berbeda dengan negara-negara Afrika Timur lainnya seperti Uganda dan Kenya. Islam adalah agama minoritas di Rwanda dengan jumlah penduduk muslim hanya sekitar satu persen ketika konflik terjadi. Akan tetapi, sikap muslim Rwanda yang mengecam keras genosida dan memilih islah (perdamaian) menjadi kunci peningkatan populasi muslim yang signifikan, kini mencapai 15 persen dari total populasi Rwanda.
Lebih lanjut, YM Harelimana mengatakan bahwa bias gender ada di semua negara dan budaya. Maka, harus ada program khusus dan tindakan nyata untuk menghapuskannya. Perempuan Rwanda menduduki posisi terhormat, mereka menjadi tempat bertanya dan memberikan solusi. Sebagaimana dicontohkan Presiden Rwanda yang menjadikan ibunya sebagai penasihat presiden. Pemerintah Rwanda terbuka untuk bekerja sama termasuk dengan ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah, menutup tanggapan tanya jawab.
Pelantikan dan pengkajian PCA Bojongsari juga dihadiri Anggota DPRD Depok dari Fraksi PKS (Khairullah Ahyari), Camat Bojongsari (Rijal Farhan), Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri MUI Pusat (Prof. Sudarnoto Abdul Hakim), Ketua Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Depok (Nurhayati), Ketua Cabang Muhammadiyah Bojongsari (Zamahsari), para ketua ranting dan anggota ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah se-Depok, perwakilan UN Women, serta para tamu undangan lainnya. Acara diakhiri dengan shalat zuhur berjamaah dan makan siang bersama YM Harelimana dan istri.