Kamis, 19 September, 2024

Kemenag: Tanpa Budaya, Keindonesiaan Kita Tidak Bisa Dikenali dengan Baik

MONITOR, Samarinda – Direktorat Penerangan Agama Islam (Penais), Kementerian Agama RI, mengadakan acara Bedah Buku Ensiklopedia Seni Budaya Islam di Nusantara di Convention Hall, Samarinda, Sabtu (14/9/2024). Acara ini merupakan rangkaian dari Expo Musabaqah Tilawatil Qur’an Nasional (MTQN) ke-30.

Direktur Penais, Ahmad Zayadi, menyebut, institusinya tidak hanya menyediakan layanan-layanan keagamaan, tetapi juga merawat dan melakukan inovasi di bidang seni budaya (Islam), yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas keindonesiaan. 

Ia mengingatkan betapa pentingnya generasi muda Indonesia untuk mengenali dan menghargai warisan budaya bangsa. “Tanpa budaya, keindonesiaan kita tidak bisa dikenali dengan baik,” ujar Zayadi. 

Ia berharap, melalui buku ensiklopedia ini, masyarakat, khususnya generasi muda, dapat memahami keragaman tradisi dan budaya Indonesia yang unik, kaya, dan beragam, baik dari segi budaya, tradisi, agama, suku, bahasa, dan lainnya.

- Advertisement -

Zayadi juga menyampaikan bahwa tugas pemerintah dalam melestarikan budaya bukan sekadar pengakuan terhadap keragaman, tetapi juga mengafirmasi dan memfasilitasi agar budaya dapat tumbuh dan berkembang sesuai zamannya. 

Salah satu inovasi dalam pelestarian budaya adalah penerbitan Ensiklopedia Seni Budaya Islam di Nusantara, yang memuat 244 entri seni budaya Islam dari Sabang hingga Merauke. 

Dengan adanya buku ini, Zayadi berharap generasi mendatang dapat mengenal dan melestarikan seni budaya yang menjadi identitas bangsa. 

“Kalau tidak dijaga, apakah anak cucu kita bisa mengenalinya kelak?” tutupnya.

Target akhir dari pelestarian, konservasi, dan inovasi seni budaya adalah, imbuhnya, masing-masing warga memahami keragamannya dan pada akhirnya itu akan membuat mereka bangga dengan Indonesia.

Dalam pandangannya, seni budaya akan selalu adaptif dan menyesuaikan zaman. Namun, ia ingin aspek dasar atau akar jatidiri suatu budaya tetap dipertahankan meski budaya tersebut mengalami adaptasi dengan modernitas.

“Dalam seni budaya Islam kontemporer. Ada kaligrafi digital yang sekarang diperlombakan di MTQ Nasional ke-30 di Samarinda ini,” paparnya.

Ia berharap, Indonesia bisa mewarnai dunia melalui aktivitas kesenian dan kebudayaan.

Kasubdit Seni Budaya dan Syiar Keagamaan Islam, Wida Sukmawati, menjelaskan, buku ini tidak mencakup seluruh budaya Islam yang ada di Indonesia. Namun, 244 entri dalam buku ini mewakili seni budaya dari Sabang sampai Merauke. 

Ia menyebut, ke depan pihaknya akan melakukan dokumentasi seni budaya Islam lainnya seperti arsitektur Islam, sastra Islam, dan lainnya.

Salah satu penulis buku Ensiklopedia Seni Budaya Islam di Nusantara, Susi Ivvaty, menjelaskan bahwa ada 4.200-an karya budaya Indonesia yang sudah tercatat, di mana 2.000-an di antaranya telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda. 

Menurutnya, alat musik tidak punya agama. Namun apabila alat musik dipakai untuk ritual agama tertentu, itu akan menciptakan budaya keagamaan. Misalnya kendang dipakai dengan alunan shalawat, itu menjadi seni budaya Islam.

“Budaya harus menjadi laku hidup. Kesenian mengandung petuah-petuah dan nilai-nilai baik. Ketika mendengar seni terus menerus, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya akan terinternalisasi ke dalam diri kita,” jelasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER