Jumat, 22 November, 2024

Penasihat Grand Syekh Al Azhar Jelaskan Sebab Marginalisasi Perempuan

MONITOR, Jakarta – Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menggelar Kuliah Umum Internasional bertajuk Kepemimpinan Perempuan dalam Islam. Acara ini berlangsung di Aula Program Pascasarjana, Kampus II, Bandung Jumat (12/7/2024).

Hadir sebagai narasumber, penasehat Grand Syekh Al- Azhar Nahla Sabry El Seidy. Selaku moderator, Ketua Prodi Pendidukan Bahasa Arab Siti Sanah, dan penerjemah Engkos Kosasih.

Seminar dibuka oleh Rektor UIN Bandung Rosihon Anwar. Rektor mengucapkan selamat datang kepada Nahla Sabry El Seidy, penasihat grand syaikh Al-Azhar, Mesir. Hadir juga, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, Ahmad Zainul Hamdi, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) pada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo, Republik Arab Mesir, Abdul Muta’ali, serta pengurus PSGA UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

“Saya ingin menyebutkan Abdul Muta’ali secara khusus karena atase kebudayaan ini adalah lulusan UIN Bandung, Fakultas Syariah dan Hukum. Kami sangat berbangga, salah satu alumni kita jadi atase kebudayaan. Mudah-mudahan nanti jadi Duta Besar sekalian. Harapanya,” jelas Rektor.

- Advertisement -

Seminar ini sangat penting untuk memperkuat peran UIN Bandung sebagai pusat penyebaran Islam menuju kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. “Peran dan kepemimpinan perempuan dalam segala aspek kehidupan. PSGA sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mempersipkan kajian ilmiah bersama Prof Nahla Sabry El Seidy, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semuanya,” ucap Rosihon.

Dalam ajaran Islam, kedudukan perempuan dan laki-laki sama kecuali derajat ketaqwaan. Nahla menegaskan bahwa dalam Al-Qur’an dan hadis, kedudukan perempuan mendapat apresiasi dalam bentuk al musawah (persamaan derajat) dalam berbagai level eksistensi, kontribusi, dan partisipasi baik dalam level privat maupun publik.

“Bagaimana perempuan terlibat dalam proses kecerdasan umat, yang mana semua terjadi pada masa nabi SAW, bahkan perempuan pun diperbolehkan dalam medan pertempuran, dan di luar itu perempuan berperan dalam aspek sosial, politik, ekonomi dsb,” tegasnya.

Menurutnya, peran perempuan itu sangat vital, sangat strategis untuk mengembangkan kehidupan Islam dalam multi dimensinya.

Syariat Islam menjelaskan berkali-kali bagaimana peran perempuan dalam membangun masyarakat, bahwa perempuan sebagai mitra laki-laki, sebagaimana sabda Rasul SAW, bahwa wanita adalah mitra dari para kaum lelaki, “karena syariat Islam sebenarnya tidak mengenal istilah diskriminasi terhadap wanita, marginilisasi terhadap perempuan, sehingga perempuan dalam syariat Islam adalah unsur pokok akan terjadinya kebangkitan umat,” tandasnya.

Namun mengapa terjadi kemunduran? Terjadi marginilisasi perempuan? Jawabannya karena dua hal: Pertama, tidak komitmen mengikuti prinsip-prinsip agama yang sebenarnya mengagungkan peran perempuan. Kedua, terjerumus dengan tradisi yang kurang baik yang mendiskriminasikan wanita ini terjadi di beberapa kalangan.

“Al-Azhar mempunyai peran dalam merekontruksi pemahaman-pemahaman yang bersifat miskonsepsional, terkait bagaimana peran perempuan, Al-Azhar melihat bahwa diskriminasi perempuan atas nama agama adalah dilandasi dengan kebodohan,” tandasnya.

Nahla juga memberikan rekomendasi dari kegiatan ini kepada para pimpinan kampus untuk melibatkan lebih banyak partisipasi perempuan dalam pembuatan kebijakan kampus dan memberikan peningkatan kapasitas perempuan dalam penggunaan teknologi.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER