Senin, 25 November, 2024

Respon Kritik Tom Lembong soal Food Estate, Sekjen Pemuda Tani: Pangan Soal Hidup Matinya Bangsa

MONITOR, Jakarta – Sekjen Pemuda Tani Indonesia Suroyo yang juga mantan Ketua Umum Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) menjawab berbagai komentar miring terkait program Food Estate Kalteng. Suroyo juga merespon keras pernyataan mantan Menteri Perdagangan, Tom Lembong, yang menyebutkan Food Estate di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, mengalami kegagalan.

“Pada bulan Januari 2024 ini, Food Estate di Gunung Mas telah dilakukan panen jagung dengan produksi mencapai hasil 6,5 ton per hektar”, ujar Suroyo di Jakarta, Sabtu (27/1/2024).

Oleh karena itu, kata Suroyo Tom Lembong, yang tidak paham soal pertanian, dinilai sudah kebablasan. “Kita semua tahu, dia ikut berkomentar dan mengurusi pertanian, padahal tidak tahu teknis. Ini kan konyol dan menyesatkan publik,” ucap Suryo.

Lebih lanjut Suroyo mengatakan lahan Food Estate di Gunung Mas secara bertahap akan panen jagung dan singkong yang saat ini mendapat dukungan dari Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Kementerian Pertahanan (Kemhan). Pemerintah optimis mampu melakukan penanaman jagung di lokasi Food Estate di Gunung Mas seluas 10 hektar, disamping tanaman singkong yang lebih dulu ditanam Kemenhan yang akan segera Panen.

- Advertisement -

“Tanaman jagung yang telah mampu berproduksi di Januari 2024 itu akan diikuti dengan panen singkong dalam beberapa waktu kedepan. Kita punya ahli pertanian mereka tidak perlu diragukan kemampuannya,” ungkap Suroyo.

Suroyo menyebut bahwa Kementan juga melibatkan komunitas petani setempat, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat. Semuanya bersinergi untuk menjadikan Food Estate sebagai lumbung pangan masa depan.

“Selain itu, Kami paham bahwa di lapangan Kementan terus mengawal jalanya pengembangan Food Estate di Pulang Pisau dan Kapuas yang sangat berhasil dengan luas kurang lebih 62 ribu hektar,” sambung Suroyo.

Suroyo menambahkan pembangunan Food Estate bertujuan untuk merespons situasi nasional yang berdampak pada kondisi pangan nasional. Sebab, saat ini dunia sedang krisis pangan akibat berbagai gejolak dunia salah satunya El Nino.

Terkait penggumaan polybag. Suroyo menuturkan apa yang menurut Mentan penggunaan tersebut hanya dilakukan pada benih percobaan agar mengetahui kondisi iklim dan seberapa besar pertumbuhan jagung yang akan ditanam. Itupun hanya beberapa saja karena benih yang lain tetap menggunakan media tanah secara langsung.

“Oleh karena itu, pihak yang tak paham pertanian sebaiknya jangan Ikut menilai program pertanian sehingga dapat menyesatkan publik. Membuat kondisi negara menjadi tidak kondusif karena informasi yang diungkapkan itu menyesatkan,” tegasnya.

Oleh karena itu, Suroyo menyesalkan Tom Lembong yang berbicara dan memberikan pernyataan kegagalan Food Estate, padahal bukanlah bidang dan keilmuannya. “Dalam nuansa politik ini publik harus cermat, tidak semua informasi dapat diterima seutuhnya, karena banyak oknum yang menyebarkan kebohongan demi kepentingan kelompoknya,” tuturnya.

“Pak Tom lembong ini ibarat pepatah semut diseberang lautan tampak, gajah dipelupuk mata tak tampak, bagaimana tidak, dia berkomentar keliru soal food estate, padahal program Online Single Submission (OSS) dalam membangun dan menyederhanakan pelayanan perizinan gagal dilakukan selama dia menjabat dalam kabinet,” tegasnya.

Program OSS tersebut jelas Suroyo justru baru rampung setelah Tom Lembong tidak lagi menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

“Intinya Food Estate ini baik untuk dilanjutkan, kita perlu pertahanan bidang pangan dengan memproduksi pangan ditengah tantangan kerawanan pangan global, karena pangan ialah soal hidup matinya bangsa”, tutup Suroyo

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER