MONITOR, Jakarta – Devotion Experience (Dev-X) yang digelar Kementerian Agama dimeriahkan dengan Dialog Publik, Pagelaran Musik, dan Film Moderasi Beragama. Acara yang diinisiasi Balitbang Diklat Kementerian Agama RI ini berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan.
Hadir sebagai nara sumber, Kepala Balitbang Diklat Kemenag Suyitno dan maestro musik dangdut Indonesia Rhoma Irama.
Hadir juga, sejumlah bakat muda Indonesia yang telah meraih prestasi di bidang musik. Misalmya, Donny Evans, juara 1 lomba musik moderasi beragama, Siska Septiani, juara 1 Forsa Idol tingkat nasional, dan dara manis kebanggaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang juga kontestan KDI 2018 Ayuning Niwang Nastiti.
Mereka di berbagai kesempatan, dikenal sering menyanyikan lagu bertema kerukunan dan persaudaraan. Ini menunjukkan bahwa musik bukan hanya hiburan, tetapi juga bisa menjadi sarana efektif menyuarakan pesan moderasi beragama.
Kepala Balitbang Diklat Kementerian Agama RI, Suyitno, mengatakan, pihaknya dalam dua tahun terakhir ikut memanfaatkan musik dan film dalam dakwah penguatan moderasi beragama. Menurutnya, pemilihan musik dan film sebagai instrumen penguatan moderasi beragama adalah langkah bijak di tengah arus 5.0. Platform konvensional seperti TOT, MOT, penggerak, dan insersi dalam kurikulum memang terbukti telah memberikan dampak positif.
“Namun, lebih dari itu, musik dianggap sebagai instrumen yang lebih efektif. Musik, dengan sifatnya yang universal, mampu menyentuh hati lintas agama, suku, dan bangsa,” ujar Suyitno di Jakarta, Jumat malam (5/1/2023).
Hal senada disampaikan Rhoma Irama di depan para penggemarnya. Dia berkisah sejak awal bertekad untuk menjadikan musik sebagai media edukasi, berdakwah, dan alat untuk mempersatukan bangsa. Menurutnya, Sejak 13 Oktober 1973, ia mendeklarasikan Soneta sebagai “the voice of muslim”. Hingga kini, ia terus berjuang untuk mengaktualisasikan perannya sebagai pembawa pesan moderasi beragama.
Kerja keras dan konsistensi Rhoma Irama dalam dakwah melalui musik mendapat apresiasi dunia. Dia diundang ke Amerika Serikat dalam rangka International Conference on Islam and the Council of Indonesia and Malaysia. Di sana, keberhasilannya diakui sebagai bukti bahwa musik efektif untuk berdakwah dan membangun karakter manusia.
Rhoma juga berbagi testimoni inspiratif dari seorang dosen di Surabaya, yang hidupnya terinspirasi oleh lirik-lirik lagunya. Menurut Rhoma, musik memiliki daya konkrit untuk membentuk karakter seseorang, “The power of music can change a person’s character,” ungkapnya.
Berkat moderasi beragama, Rhoma Irama melihat adanya local wisdom dalam budaya yang mampu membentuk karakter manusia menjadi lebih baik. Dengan hati-hati, ia mengingatkan bahwa seni, terutama musik, memiliki kekuatan besar untuk merusak atau membangun.
Dialog publik ini dimeriahkan duet Suyitno bersama Ayuning Niwang Nastiti, menyanyikan lagu Rhoma Irama. Ratusan pengunjung yang memadati hall B JCC Senayan ikut bernyanyi.
Dialog publik ini ditutup dengan performance Rhoma Irama yang membawakan beberapa lagu, menghibur penonton yang hadir.