Senin, 25 November, 2024

Optimalkan Pembangunan Nasional, Prof Rokhmin: Desa Kita itu Kaya Hampir di Semua Sektor

MONITOR, Jakarta – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS menyatakan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, tapi sayangnya potensi itu belum terkelola secara baik, karena banyak sekali kompleksitas persoalan yang belum bisa diurai sehingga upaya untuk mendorong pembangunan di semua level itu belum berjalan maksimal.

Untuk memaksimalkan potensi tersebut, terang Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020-2024 maka hal yang harus dilakukan adalah dengan mengoptimalkan pembangunan desa.

“Desa kita itu kaya hampir di semua sektor, tapi sayangnya belum didukung oleh sebuah kebijakan yang mumpuni,’’ ujarnya saat menjadi pembicara pada pelantikan Badan Pengurus Nasional Generasi Emas Indonesia (BPN-GESID) periode 2023-2028 dengan tema Menjadikan Desa Sebagai Basis Pembangunan Nasional Demi Terwujudnya Pemerataan Pembangunan Yang Berkeadilan di Gedung Nusantara V DPR-MPR RI, Jakarta, Rabu (31/5/2023).  

Acara talkshow yang diawali dengan pelantikan Badan Pengurus Nasional Generasi Emas Indonesia (BPN-GESID), dihadiri oleh Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhim Dahuri, Dirjen Bina Rektor Universitas Siber Indonesia (University Cyber) Gunawan Witjaksono dan Staf khusus presiden Billy Mambrasar bidang inovasi, pendidikan dan daerah terluar.

- Advertisement -

Contoh yang paling kongkrit misalnya, tegas Dosen Kehormatan Mokpo National Univesity Korea Selatan itu adalah soal impor, padahal negara ini punya hanyak sekali stok sumberdaya alam di hampir semua sektor yang tidak perlu lagi adanya impor secara berlebihan.

Prof. Rokhmin Dahuri mengatakan, saat ini wilayah NKRI terdiri dari 74.957 desa (91% total wilayah NKRI) dan 9.139 kelurahan kota (9%). Sekitar 71% total penduduk Indonesia tinggal di wilayah perdesaan NKRI (BPS, 2021; Kemendes, 2021). Sebab itu, sambungnya, apabila sebagian besar melewati 90% desa di Indonesia itu maju, sejahtera, mandiri, dan berkelanjutan (sustainable) maka Indonesia Emas (Maju, Adil-Makmur, dan Berdaulat) bakal terwujud paling lambat pada 2045 atau, sebaliknya! “Apalagi, pada umumnya wilayah pedesaan NKRI memiliki potensi pembangunan yang cukup besar,” katanya.

Potensi lainnya menurut Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu adalah soal binus demografi usia produktif yang dimiliki Indonesia saat ini sehingga sudah selayaknya para generasi muda menjadi subjek pembangunan desa dengan segala potensi yang dimilikinya.

Jumlah Penduduk Indonesia berdasarkan generasi pada 2020-2022.  Antara lain: pada 2020 Gen Z (10-24 th) berjumlah 67.190,90 atau 24,87 persen, dan Milenial (25-39 th) berjumlah 65.171,40 atau 24,12 persen.

Pada 2021 Gen Z (10-24 th) berjumlah 66.893,50  atau 24,20 persen, dan Milenial (25-39 th) berjumlah 65.402,30 atau 23,86 persen. Sedangkan pada 2022 Gen Z (10-24 th) berjumlah 66.742,60  atau 24,20 persen, dan Milenial (25-39 th) berjumlah 65.778,50 atau 23,86 persen.

Bahkan, sambungnya, dalam riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity (CCSU) pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. “Kalah dari negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, Singapura, dan Thailand,” tandas Profesor Emeritus, Shinhan University, Korea Selatan itu.

Hingga 2022, terangnya, peringkat GII (Global Innovation Index) Indonesia berada diurutan ke-75 dari 132 negara, atau ke-6 di ASEAN. Pada 2018-2022, indeks daya saing Indonesia semakin menurun, hingga 2022 diurutan ke-44 dari 141 negara, atau peringkat ke-4 di ASEAN.

Sementara, penilaian adopsi teknologi untuk peningkatan ekonomi dan efisiensi di berbagai bidang diukur dari faktor pengetahuan, teknologi, dan  kesiapan adopsi teknologi untuk masa depan Pada 2022, Indonesia berada pada urutan ke-51 dari 63 negara.

Prof. Rokhmin Dahuri menguraikan proses pembangunan untuk mewujudkan desa yang maju, sejahtera, mandiri, dan berkelanjutan. Yaitu: Pertama, Perencanaan dan proses pengambilan keputusan pembangunan secara spasial maupun temporal harus berbasis sains (ilmu) dengan target (Key Performance Indicators) yang benar dan terukur.

Kedua, Implementasi (pelaksanaan) pembangunan mesti dikerjakan secara profesional, cerdas, ikhlas, berkesinambungan, dan tuntas sampai semua target pembangunan tercapai.

Ketiga, Melakukan MONEV (Monitoring and Evaluation) untuk memastikan bahwa semua rencana pembangunan dilaksanakan secara tepat dan benar, dan sebagai dasar untuk evaluasi serta koreksi rencana pembangunan, bila terjadi penyimpangan di lapang. “Keempat, Utus pemuda unggul ke setiap desa yang membutuhkan,” jelasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER