MONITOR, Jakarta – Potensi ubi kayu atau singkong di Kabupaten Banjarnegara cukup besar, dengan total luas wilayah 106 ribu hektar, diantaranya sebanyak 3.666 hektar lahan kering di wilayah selatan Banjarnegara ditanami ubi kayu. Pada 31/8/2022 Pemerintah Kabupaten Banjarnegara menggelar Gerakan Merdeka Panen Ubi Kayu di Desa Pucungbedug, Kecamatan Purwanegara. Kegiatan tersebut menjadi momentum membangkitkan kembali semangat mengembangkan komoditas ubi kayu di wilayah Kabupaten Banjarnegara.
Pj Bupati Banjarnegara, Tri harso Widirahmanto mengatakan, kegiatan ini menjadi tonggak awal kebangkitan ubi kayu di Banjarnegara, yang semula inferior menuju ke superior.
“Kita berdayakan kembali ubi kayu ini dan jangan tegantung produk import. Banjarnegara bertekad mengangkat derajat ubi kayu, produk lokal yang akan mendunia,” jelasnya.
Tri harso menambahkan sebagian besar lahan kering di Kecamatan Purwanegara, Mandiraja, Punggelan, Bawang dan Rakit ditanami ubi kayu ujarnya. beberapa tahun lalu, para petani terpuruk, harga anjlok hingga Rp300,- per kilo. Menurutnya itu bukan harga yang kompetitif untuk dibudidayakan.
“Saat ini harganya sudah mencapai Rp1.500,-per kilonya, Sehingga budidaya ubi kayu di Banjarnegara kembali menggeliat. komoditas ubi kayu di banjarnegara sudah di olah menjadi beberapa produk olahan diantaranya gula cair sebagai pengganti gula tebu, makanan ringan dan tepung mocaf. Saya berharap potensi ubi kayu terus dikembangkan dan bisa membawa manfaat bagi peningkatan perekonomian masyarakat di Banjarnegara, ” tambahnya.
Sementara itu Direktur Aneka Kacang dan Umbi Ditjen Tanaman Pangan, Yuris Tiyanto mengungkapkan kebutuhan akan benih ubi kayu ke depan akan banyak sekali, dengan potensi yang dimiliki Banjarnegara bisa menjadi produsen benih untuk mencukupi hal tersebut. Pihaknya juga siap untuk mendukung terwujudnya kawasan ubi kayu dari hulu ke hilir dengan pola korporasi percontohan di Banjarnegara.
“Setelah dikembangkan benihnya, kemudian dikembangkan kawasannya. Serta kulit ubi kayu bisa dikembangkan menjadi pengganti kemasan plastik (zero waste) yang sekarang dirintis untuk di kembangkan oleh Dewan Ketahanan Nasional. Harapan saya, nantinya Banjarnegara bisa menjadi percontohan pengembangan kawasan ubi kayu hulu ke hilir pola korporasi di Indonesia,” tutur yuris.
Lebih lanjut Yuris mengatakan untuk memenuhi kebutuhan produksi ubi kayu sebaiknya dilakukan kontrak farming atau Mou sebelum tanam agar harga yang disepakati bisa dilakukan sebelum proses tanam, sehingga petani tidak merugi.
“Diperlukan kerja sama dan dukungan semua pihak baik dari pusat sampai daerah maupun antar Kementerian dan Lembaga untuk pengembangan ubi kayu ini” tambah Yuris
Plt Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan (Distankan KP) Banjarnegara, Herrina Indri Hastuti menjelaskan Gerakan Merdeka Panen Ubi Kayu di Desa Pucungbedug di awali dengan kegiatan panen bersama.
Hasil panen ubi kayu varietas Darma 17,85 kg per batang dengan populasi 6.400 batang maka provitas sebesar 114,42 Ton per Ha.
“Selain gerakan panen, juga digelar bazar aneka produk olahan berbahan ubi kayu dan pencanangan komitmen bersama gerakan konsumsi ubi kayu sebagai bentuk dukungaan pengembangan produk olahan makanan berbahan ubi kayu. ada juga ekspose ubi kayu varietas lokal Banjarnegara, seperti varietas lanting, darma, samar dan genjah rombyong” jelas Herrina
Terpisah Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi berharap pengembangan komoditas ubi kayu di perhatikan proses dari hulu hingga hilir, dan menerapkan penggunaan mekanisasi untuk aspek permodalan dapat memanfaatkan KUR.
“Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo setiap pengembangan komoditas pertanian perlu mengutamakan mekanisasi, dan hilirisasi juga sangat penting untuk meningkatkan nilai jual serta di harapkan petani dapat memanfaatkan fasilitasi KUR untuk permodalan” tutup Suwandi