MONITOR, Padang – Ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS menjadi pembicara pada acara Konferda I Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Provinsi Sumatera Barat bertema “Gerakan Nasionalis di Sumatera Barat”, di Padang, Sumbar, Sabtu 23 Juli 2022.
Pada kesempatan itu, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut membeberkan sejumlah hal terkait dengan sejarah dan hubungan kelompok nasionalis (Sukarno) dengan kelompok Islam di Sumatera Barat yang sangat erat. Rokhmin Dahuri juga mengajak PA GMNI Sumbar untuk lebih aktif dan inovatif dalam mensosialisasikan bahwa ‘Nasionalisme Sejalan dengan Islam’.
“Sebelum PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia-red), hubungan masyarakat Minang dengan Presiden Sukarno sangat erat, seperti bersama Mohammad Hatta memimpin Indonesia, dan bekerjasama dengan pahlawan nasional asal Minang lainnya dalam sejarah perjuangan Indonesia,” ujar Prof Rokhmin Dahuri.
Namun, jelasnya, pengerahan kekuatan militer untuk menumpas pemberontakan PRRI menjadi awal perpecahaan yang menimbulkan luka dan trauma mendalam di masyarakat Sumbar kepada Soekarno. Pada saat kepemimpinan Soeharto pun cenderung kurang mendukung pergerakan Islam. “Hal itu membuat aliran politik nasionalisme cenderung kurang disukai oleh masyarakat Minangkabau,” terangnya.
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB itu menegaskan bahwa sejatinya semangat nasionalis tidak bertentangan dengan islam. Nasionalis adalah orang (warga negara) Indonesia yang mencintai negara-bangsa Indonesia (NKRI) dengan cara: Mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara dan mengimplementasikan nilai-nilainya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Pergerakan nasionalis di masa penjajahan seluruh kaum Nasionalis bahu-membahu, bekerjasama secara sinergis dengan komponen bangsa lainnya untuk mengusir penjajah dari Bumi Pertiwi, dan memerdekaan NKRI. Sedangkan pada pasca merdeka setiap nasionalis mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan bersinergi dengan komponen bangsa lainnya untuk mewujudkan Indonesia Emas (Raya) paling lambat pada 2045,” tegasnya.
Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu mengatakan bahwa PDIP hingga saat ini terus berjuang dan berupaya meningkatkan semangat nasionalis di Sumatera Barat seperti dengan terus memberikan literasi dan edukasi masyarakat tentang kebajikan dan maslahat Nasionalisme untuk keharmonisan, kedamaian, persatuan, dan kesatuan bangsa; Dan sosialisasi dan advokasi untuk pelurusan sejarah tentang stigma negatif Presiden Soekarno terhadap masyarakat Sumbar.
“Nasionalis – Muslim Minang (GMNI dan alumninya) mesti lebih aktif dan inovatif mensosialisasikan bahwa Nasionalisme sejalan dengan Islam,” tandasnya.
Prof. Rokhmin Dahuri membeberkan lima contoh terpenting bukti sejarah tokoh Sumbar dalam peran dan kontribusinya terhadap perjuangan dan pembangunan bangsa diantaranya; Pertama Mencetuskan Republik Indonesia Merdeka. “Pertama kali disampaikan Ibrahim Datuk Tan Malaka dalam Bukunya “Naar de Republiek Indonesia” (Menuju Republik Indonesia) pada 1925,” ujarnya
Kedua, ikut merumuskan Pancasila dan UUD 1945. “Setidaknya ada Bung Hatta di situ, Agus Salim, dan Muhammad Yamin. Bahkan Yamin ikut mengoreksi sejumlah kalimat dalam Pembukaan UUD 1945,” katanya.
Ketiga, menyelamatkan Kedaulatan Negara dengan PDRI. PDRI dicetuskan di Bukittinggi pada 19 Desember 1948 dan kemudian bergerilya ke berbagai nagari di pelosok Ranah Minang, dibantu, dilindungi dan dihidupi oleh rakyat Sumatra Barat.
Keempat, Mosi Integral ke Negara Kesatuan. Bertahannya masyarakat Sumbar di bawah Negara Republik Indonesia semasa Republik Indonesia Serikat dan peran tokohnya Mohammad Natsir untuk kembali ke negara kesatuan;
Kelima, iuran Membeli Pesawat untuk Negara. perhiasan ibu-ibu dan para tokoh Sumatra Barat untuk membeli pesawat Avro Anson RI 03 yang malang kemudian jatuh bersama Halim Perdana Kusuma dan Iswahyudi.