MONITOR, Jakarta – Rasa bangga tersirat oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani atas pencapaian APBN selama masa pandemi berlangsung. Meski mengalami lika-liku perjalanan yang tidak mudah, ia menegaskan APBN dapat bertahan menghadapi goncangan ekonomi.
“Sebagai instrumen utama dalam menghadapi pandemi, APBN telah bekerja sangat keras menjadi shock absorber di dalam menghadapi goncangan yang menimpa rakyat dan dunia usaha,” kata Sri Mulyani dalam acara Dies Natalia ke-46 Universitas Sebelah Maret, Jumat (11/3/2022).
Ia menjelaskan pada dua tahun lalu, kebijakan APBN yang fleksibel, adaptif, dan responsif, dengan tetap prudent serta akuntabel pun telah memberikan hasil yang baik. Bahkan APBN 2020 mencatat defisit 6,4% dari PDB, namun mampu menahan kontraksi ekonomi pada level – 2,1%.
Selain itu, dikatakan Sri Mulyani, APBN juga telah mampu menahan lonjakan kemiskinan serta pengangguran.
“Ini adalah sebuah capaian yang sangat baik dibanding negara lain di Kawasan Asia Pasifik dan negara-negara G20. Pada tahun 2021, APBN telah mampu memulihkan ekonomi dengan pertumbuhan mencapai 3,69%,” jelasnya.
Menurut Sri Mulyani reformasi fiskal tetap perlu dilakukan. Sebab, dua legislasi penting yaitu perubahan UU HKPD dan UU HPP yang telah ditetapkan merupakan upaya pemerintah untuk memperkuat penerimaan negara dan memperbaiki kualitas belanja transfer ke daerah.