Oleh: Ujang Komarudin*
Cinta tanah air merupakan suatu keniscayaan. Nasionalisme seseorang bukan diukur dengan seberapa banyak atau sering berteriak, “saya cinta Indonesia”. Padahal ucapan, pikiran, dan perbuatannya, bertentangan dengan nilai dan semangat nasionalisme itu sendiri.
Nasionalisme seseorang juga tidak bisa dinilai dan dilihat, dari seberapa besar, dia berpidato lantang tentang nasionalisme, tetapi nihil perilakunya dalam menjaga dan menggelorakan semangat nasionalisme.
Berapa banyak para elite lantang berbicara nasionalisme. Berapi-api berpidato mengajak masyarakat untuk cinta akan tanah airnya, namun disaat yang sama mereka melakukan tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan yang koruptif. Yang sesungguhnya itu semua, bertentangan dengan nilai, jiwa, dan semangat nasionalisme.
Nasionalisme jangan hanya dibibir, jangan hanya diucapkan. Tetapi harus diserap, dijiwai, dan diimplementasikan dengan penuh rasa tanggungjawab. Dan nasionalisme jangan hanya jadi “jargon” dan “slogan”, yang digunakan hanya ketika kampanye, namun nilai-nilainya tak pernah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Nasionalisme sejatinya harus tumbuh subur ditaman sari kebun-kebun Indonesia. Hidup di gunung dan bukit cinta sanu bari rakyat Indonesia. Mengembang dan besar, bersama hadirnya rasa cinta tanah air dari seluruh warga negara Indonesia. Semangat nasionalisme yang bergelora di dada, akan menjadi tanda nasionalisme hidup dan akan bersemai dalam kehidupan.
Nasionalisme mestinya bergerak hidup dalam tindak dan laku hidup kita sehari-hari. Semangat dan jiwa nasionalisme kita tak boleh padam apalagi mati. Dan nasionalisme mesti memiliki “ruh”, agar bisa hidup, bergerak, dan dinamis, serta mampu menjangkau ruang-ruang karaguan banyak orang.
Nasionalisme bukan hanya harus dipertahankan. Tetapi juga harus menjadi jiwa dan sinar yang mencerahkan bagi seluruh rakyat Indonesia. Nasionalisme mesti ditanam, dipupuk, siram, dipelihara, dan dijaga, agar tidak luntur dan bahkan mati. Prinsip, nilai, dan semangat nasionalisme yang dibiarkan, akan berkarat, rusak, dan akan tamat.
Nasionalisme yang terawat dan terjaga, akan tumbuh dan membesar menjadi nilai dan inspirasi perjuangan bangsa. Bangsa dan warganya yang tak memiliki jiwa dan semangat nasionalisme, maka siap-siaplah bangsa itu akan runtuh, bahkan hancur. Kegagalan negara dan rakyat dalam merawat dan merajut nasionalisme, akan membawa bangsa ini akan oleng.
Ombak nasionalisme harus tetap bergemuruh. Kecintaan terhadap tanah air, tak boleh luntur oleh apa pun. Sekali Indonesia tetap Indonesia. Sekali NKRI tetap NKRI. Sekali Pancasila tetap Pancasila. Dan sekali mencintai tanah air, selamanya kita cinta Indonesia.
Namun akhir-akhir ini, nilai nasionalisme kerap dimanipulasi dan dikorupsi oleh para elite. Seolah-olah mereka paling nasionalis. Tapi kenyataannya, nasionalisme hanya jadi jualan, nasionalisme hanya disimpan dalam etalase kehidupan mereka, tidak benar-benar hadir dan menjiwai dalam tutur kata, pikiran, dan Tindakan sehari-hari.
Lalu nasionalisme dikerdilkan, dikebiri, dibatasi, dengan narasi-narasi yang seolah-olah berjiwa nasionalis, tapi tak ada nilai nasionalisme yang diperjuangkan, dipertaruhkan, bahkan dibela mati-matian. Manipulasi nasionalisme kerap dilakukan oleh mereka yang menjual nasionalisme hanya sebagai perkataan, tapi tak menjiwainya dalam perbuatan.
Sikap dan jiwa nasionalisme yang kita miliki, bukan digunakan untuk kepentingan kekuasaan dan politik. Sehingga nilai-nilai bisa dimanipulasi dan dikorupsi. Namun hurus digunakan untuk menjaga bangsa ini dari ancaman kemunafikan yang banyak dilakukan oleh para elite-elitenya.
Keimanan sesorang atau kelompok orang, dapat diukur dari seberapa besar mereka memiliki jiwa dan semangat nasionalisme. Karena dalam Al-Hadits disebutkah bahwa “Hubbul Wathon Minal Iman”, cinta tanah air adalah sebagian dari iman.
Memanipulasi nilai nasionalisme untuk kepentingan kekuasaan dan jabatan, bukanlah cara-cara benar perlu ditiru. Memanipulasi nilai nasionalisme bukan hanya akan merugikan individunya, tetapi juga akan berdampak pada masyarakat dan negara.
Dalam nilai-nilai nasionalisme, terkandung prinsip-prinsip bagaimana kita harus memiliki kesadaran penuh, bukan hanya untuk mengucapkannya dengan kencang dan lantang, tetapi juga untuk berfikir dan bertindak berdasarkan kesadaran jiwa dan semangat nasionalisme yang bergelora dan penuh semangat.
Untuk apa kita meiliki rasa nasionalisme, tetapi rendah kadarnya. Untuk apa jika nasionalisme hanya jadi alat kuasa dan kekuasaan. Untuk apa jika nasionalisme jadi hiasan dan pajangan di dada.
Nasionalisme sebagai sifat alamiah manusia.
Sejatinya harus ditumbuhkan melalui usaha keras untuk digelorakan. Bukan dimanipulasi demi kepentingan politik dan kekuasaan. Nilai dan semangat nasionalisme untuk dijaga. Bukan untuk dimanipulasi. Bukan kah begitu!
- Penulis adalah Direktur Eksekuitif Indonesia Political Review (IPR) dan Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Jakarta.