MONITOR, Bandung – Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), Prof Rokhmin Dahuri mendorong Program Revitalisasi dan Ekstensifikasi (Pencetakan Tambak Baru) untuk mendongkrak produksi udang budidaya hingga mencapai target 2 juta ton dan peningkatan nilai ekspor 250% pada tahun 2024.
Intensitas budidaya udang tidak melampaui Daya Dukung Lingkungan pada tingkat mikro (unit kolam tambak) maupun tingkat kawasan (ekosistem DAS atau unit administrasi pemerintahan Kabupaten). Sedangkan program Ekstensifikasi harus di luar lahan mangrove dan dilaksanakan secara ramah lingkungan.
“Program Revitalisasi dan Ekstensifikasi harus menerapkan skala ekonomi, hulu-hilir terpadu, menerapkan praktek budidaya terbaik dan prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan,” katanya saat menjadi Shrimp Talk yang digelar oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) dan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Padjajaran yang dihadiri langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Ri, Wahyu Sakti Trenggono, Senin (14/6/2021).
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut juga berharap penguatan dan pengembangan industri pengolahan udang (UPI) agar komoditas maupun produk udang bernilai tambah dimana Indonesia menjadi paling kompetitif di dunia (kualitas top, harga relatif murah, dan volume produksi memenuhi kebutuhan pasar setiap saat).
Strategi selanjutnya, terang Prof Rokhmin Dahuri adalah penguatan dan pengembangan pemasaran komoditas dan produk udang di pasar ekspor (global) maupun domestik. Penguatan dan pengembangan kemitraan yang saling menghormati dan menguntungkan antara pengusaha hatchery – pakan – petambak – supplier – processor (industri pengolahan) – pemasar (eksportir) (Indonesia Shrimp Incorporated) Untuk menjamin stabilitas pasokan dan harga udang yang menguntungkan Indonesia.
Selain itu, Guru Besar IPB tersebut berharap Pemerintah menjamin ketersediaan management inputs (sarana produksi, infrasturktur, tenaga kerja, pendanaan, dan regulasi) yang kompetitif dan berkelanjutan termasuk penyediaan kredit perbankan khusus serta dukungan iklim investasi dan kemudahan berbisnis.
“Penyediaan skim kredit perbankan khusus dengan persyaratan relatif lunak (dan suku bunga relatif rendah), seperti pada Program Sawit Nasional yang terbukti sukses. Penciptaan Iklim Investasi dan Kemudahan Berbisnis (perizinan, kepastian berusaha, keamanan berusaha, dan lainnya) yang kondusif,” tegasnya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Wahyu Sakti Trenggono mengatakan bahwa pemerintah tengah berupaya meningkatkan produksi dan ekspor udang salah satunya dengan membangun model Shrimp Estate dan revitalisasi tambak. “Kita kembangkan model skala yang bisa diukur yaitu model shrimp estate dan dukungan revitalisasi tambak udang,” katanya.
Menurutnya tantangan dalam mengembangkan produksi udang nasional adalah ketersediaan pakan pakan untuk itu ia meminta kerjasama semua pihak antara pemerintah dan produsen juga para peneliti. “Saya menghimbau para peneliti untuk terus mengembangkan riset dan inovasi mengurangi ketergantungan pakan dari impor dan ketersediaan alam,” tegasnya.