MONITOR, Batam – Otoritas Pangan Singapura (SFA) menyampaikan apresiasinya atas peningkatan implementasi biosekuriti di peternakan babi PT Indotirta Suaka (ITS), Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) yang merupakan pemasok utama babi untuk Singapura.
Hal tersebut mengemuka pada saat The Annual Joint Audit Meeting secara daring antara SFA dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) di Batam (5/3).
“Peternakan di Pulau Bulan telah meningkatkan tindakan biosekuritinya untuk mencegah masuknya penyakit, khususnya agen penyebab penyakit African Swine Fever (ASF) ke areal produksi,” ucap Dr. Astrid Yeo, Senior Director, Food Regulatory Management Division (SFA).
Ia juga mengapresiasi proses sertifikasi kompartemen bebas ASF peternakan babi Pulau Bulan yang telah dilaksanakan oleh Ditjen PKH, Kementan sebagai bentuk penjaminan bahwa sistem biosekuriti telah berjalan dengan baik.
Pada pertemuan daring yang juga dihadiri oleh perwakilan dari Badan Karantina Pertanian, Kementan, serta Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kesehatan Hewan, Kepri, Drh. Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Ph.D., Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Kementan, menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah Singapura atas kerjasama dan kepercayaannya sehingga peternakan babi di Pulau Bulan terus menjadi mitra dagang dalam penyediaan babi komersial untuk masyarakat Singapura sejak tahun 1988.
“Saya berharap hal ini terus berlanjut dan dapat ditingkatkan sehingga memberikan keuntungan bagi kedua negara,” tambahnya.
Fadjar kemudian memaparkan bahwa dalam rangka mengamankan wilayah Indonesia dari ancaman ASF, Kementan telah mengimplementasikan strategi pengendalian dan penanggulangan yakni pembatasan lalu lintas babi dan produknya dari daerah tertular, surveilans, meningkatkan kepedulian/kesadaran masyarakat, dan penerapan kompartementalisasi, seperti halnya di peternakan babi Pulau Bulan.
Ia memberikan komitmennya bahwa Kementan akan terus memastikan bahwa implementasi biosekuriti dan penjaminan dalam bentuk kompartemen bebas ASF akan terus berjalan.
“Hal ini akan kita lakukan bersama pemerintah daerah. Kapasitas laboratorium di provinsi dan PT. ITS juga akan kita dorong untuk terus ditingkatkan,” janjinya.
Lebih lanjut Fadjar menyampaikan bahwa Indonesia akan terus melakukan pelaporan perkembangan kasus ASF ke OIE secara berkala. Ia meyakini bahwa transparansi dalam pelaporan tersebut berkontribusi terhadap kepercayaan Singapura dan mitra dagang internasional lainnya terhadap Indonesia serta kemampuan Indonesia dalam implementasi kompartementalisasi dan pengendalian ASF.
Sementara itu, Desmond Walsh, General Manager, Peternakan Babi Pulau Bulan, juga menjelaskan berbagai upaya PT ITS untuk memastikan babi yang diekspor ke Singapura dalam kondisi sehat termasuk upaya pencegahan masuknya ASF dan tindakan biosekuriti lainnya.
“Salah satu yang dilakukan adalah peningkatan aktivitas penangkapan babi liar di kawasan Pulau Bulan, peningkatan surveilans dan mengirimkan sampelnya ke Balai Veteriner Bukittinggi,” ungkapnya.
Pada akhir pertemuan, semua pihak sepakat bahwa telah banyak peningkatan pada aspek biosekuriti dan penjaminan kesehatan di peternakan babi Pulau Bulan, sehingga mendukung keberlanjutan dan potensi peningkatan ekspor babi hidup dari Pulau Bulan ke Singapura.