MONITOR, Jakarta – Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, mengungkapkan bahwa pihaknya menduga mesin pesawat Sriwijaya Air SJ 182 masih hidup sebelum membentur air.
Soerjanto menyatakan bahwa pihaknya telah mengumpulkan data radar (ADS-B) dari Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau Airnav Indonesia.
Dari data tersebut tercatat bahwa pesawat mengudara pada pukul 14.36 WIB dan terbang menuju arah barat laut. Pada pukul 14.40 WIB, pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki. Kemudian pesawat mulai turun dan data terakhir pesawat berada pada ketinggian 250 kaki sebelum akhirnya hilang kontak.
“Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Dari data ini kami menduga bahwa mesin masih dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air,” ungkap Soerjanto dalam keterangan tertulis, Jakarta, Senin (11/1/2021).
Soerjanto mengatakan, data lain juga didapat KNKT dari Kapal perang Republik Indonesia (KRI) Rigel, yakni berupa sebaran puing-puing atau wreckage dengan besaran lebar 100 meter dan panjang 300-400 meter.
“Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air,” katanya.
Kemudian, lanjut Soerjanto, temuan pesawat yang telah dikumpulkan Basarnas salah satunya adalah bagian mesin turbine disc dengan fan blade yang mengalami kerusakan.
“Kerusakan pada fan blade menunjukkan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan. Hal ini sejalan dengan dugaan sistem pesawat masih berfungsi sampai dengan pesawat pada ketinggian 250 kaki,” ujarnya.
Seperti diketahui, adapun Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 mengangkut 62 orang yang terdiri dari enam kru aktif, 46 penumpang dewasa, tujuh anak-anak dan tiga bayi.
Pesawat rute Jakarta-Pontianak itu jatuh di antara Pulau Laki dan Lancang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Sabtu (9/1/2021). Harusnya, pesawat itu tiba di Bandara Soepadio, Pontianak, Kalimantan Barat.
Namun nahas, pada pukul 14.40 WIB atau empat menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pesawat itu hilang kontak dan terakhir diketahui jatuh di Kepulauan Seribu.