MONITOR, Makassar – Hasil survei yang tinggi, tidak menjadi jaminan bisa memenangkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Di sejumlah pilkada, masyarakat telah disuguhi fakta bahwa hasil survei kerap berbeda atau tidak valid dengan hasil akhir di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Hal ini diungkapkan pakar politik dari Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr Syamsir Rahim. Ia mencontohkan di Pilwali Makassar 2013 lalu, sejumlah lembaga survei mengunggulkan Supomo Guntur – Kadir Halid, namun yang memenangkan pertarungan adalah Danny Pomanto – Syamsul Rizal.
“Kemudian di Pilkada Takalar, hampir semua lembaga survei memenangkan petahana, tapi yang menang adalah rivalnya, Syamsari Kitta – Achmad Deng Serre. Hal yang sama juga terjadi di Pilkada Wajo. Pasangan Baso Rahmanuddin-Anwar Sadat ketika itu selalu merajai hasil survei, namun yang menang Pilkada adalah Amran Mahmud – Amran,” demikiam dikatakan Syamsir, Sabtu (5/12/2020).
Tentang hal ini, Syamsir yakin bahwa hasil survei yang muncul akhir-akhir ini dalam Pilwali Makassar adalah hanya untuk menggiring opini publik. Tujuanya tidak lain agar masyarakat mau menjatuhkan pilihannya pada paslon yang hasil surveinya tinggi.
“Saya berharap, hasil-hasil survei yang dikeluarkan sejumlah lembaga beberapa hari terakhir, bisa dipertanggungjawabkan. Mulai dari metodologi survei, hingga pengambilan sampelnya. Jumlah respondennya juga harus jelas, dan harus mewakili keinginan masyarakat,” terangnya.
“Survei yang mengada-ada, akan membuat masyarakat akhirnya antipati. Bahkan ketika kemudian ada hasil survei yang valid, masyarakat bisa tidak percaya lagi. Apalagi, belakangan publik disuguhi dengan hasil survei yang berbeda-beda,” imbuh Syamsir.
Membaca dinamika politik di Makassar saat ini, Syamsir Rahim yakin, hasil Pilwali Makassar akan jauh berbeda dengan hasil survei beberapa lembaga selama ini. Apalagi sejauh ini, belum ada kandidat yang buang handuk atau merasa pesimis.
“Masih ada waktu bagi kandidat membuat gerakan-gerakan yang bisa berpengaruh besar, bisa mengubah hasil akhir. Banyak kemungkinan-kemungkinan,” ujarnya.
“Ini adalah politik, siapa yang memiliki strategi jitu, didukung oleh pengalaman tanding yang bagus ini, bisa sangat berpengaruh di akhir-akhir seperti ini. Sehingga bagi saya di Makassar ini, akan muncul hasil diluar dari survei yang selama ini dilempar ke publik,” pinta Syamsir.
Lebih lanjut Syamsir mengingatkan bahwa tidak ada jaminan sama sekali bahwa hasil survei yang dirilis ke publik, sesuai dengan hasil Pilkada di Kota Makassar, 9 Desember mendatang. Masih banyak hal yang bisa dilakukan oleh kandidat untuk menarik simpati masyarakat.
“Ketika ada yang merilis hasil surveinya, itu hanya dalam rangka menggiring opini publik. Tapi ingat, pemilih cerdas tidak mudah dipengaruhi oleh hasil survei,” pungkasnya.