MONITOR, Sumba Barat Daya – Pencegahan stunting sangat penting untuk mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, aktif, dan produktif. Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Menteri Syahrul Yasin Limpo mendukung upaya penurunan stunting melalui intervensi sensitif berupa penguatan ketersediaan pangan, penguatan akses pangan, dan pemanfaatan pangan.
Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) menjadi salah satu upaya intervensi tersebut, yang difokuskan pada pemberdayaan kelompok masyarakat, melalui pemanfaatan pekarangan untuk ditanami beragam tanaman sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk dikonsumsi keluarga.
“Program ini sangat strategis untuk memperbaiki gizi masyarakat dan mengatasi masalah stunting,” ujar Kepala BKP Agung Hendriadi, dalam kunjungan kerjanya ke lokasi P2L di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Kamis (5/11/2020).
Menurut Agung, program P2L bermanfaat bagi keluarga yang terkena stunting, karena dapat memenuhi asupan gizi melalui beragam komoditas pangan yang ditanam di pekarangan.
“Program ini penting untuk meningkatkan kualitas konsumsi pangan dan gizi keluarga,” tegas Agung.
Dalam upaya mencukupi kebutuhan pangan sekaligus meningkatkan gizi masyarakat, pada tahun 2020 BKP mengembangkan P2L di 34 provinsi dengan sasaran lebih dari 3 ribu Kelompok.
Hadirnya P2L, di Kabupaten Sumba Barat Daya, merupakan salah satu fokus penanganan stunting yang diharapkan bisa menekan angka stunting di wilayah tersebut.
Program P2L menitikberatkan pada pemberdayaan kelompok tani dengan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lahan tanam untuk semua jenis tanaman bernilai gizi.
Misalnya Kelompok Wanita Tani (KWT) Dahlia, Desa Wee Wella Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. KWT yang anggotanya 30 orang dan diketuai Marselina Muda Kaka ini menanam cabai, terong ungu, sawi, pakcoy, kangkung, dan lainnya.
Begitu juga dengan Kelompok Tani Karya Sadar, Desa Limbu Kambe, Kabupaten Sumba Barat Daya yang diketuai Mikael Lota Tenggo yang mengembangkan aneka tanaman.
Lokasi kedua kelompok ini sangat strategis, karena di pinggir jalan utama, sehingga masyarakat mudah membeli hasil panen untuk dikonsumsi sehari-hari.
Terkait dengan kondisi wilayah Nusa Tenggara Timur yang memiliki keterbatasan air, Agung mengatakan bahwa hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan irigasi kapiler, yaitu budidaya tanaman dalam polybag dan wadah yang diberikan akses air terus menerus melalui kapiler berbahan kain flanel. Metode ini dapat menghemat biaya untuk pengeluaran air.