MONITOR,Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) akan terus mengoptimalkan potensi pariwisata domestik di tengah kontraksi ekonomi akibat pandemi COVID-19.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo dalam pernyataannya menjelaskan, kontraksi ekonomi yang terjadi secara global akibat pandemi COVID-19 berdampak signifikan terhadap kinerja pariwisata, termasuk di Indonesia.
Menurunnya pergerakan wisatawan, terutama dari mancanegara, menjadi momentum bagi Indonesia untuk melakukan revitalisasi dan perbaikan infrastruktur pariwisata di berbagai daya tarik wisata di tanah air.
“Kita mempersiapkan diri untuk mendorong kembali kebangkitan pariwisata pascapandemi COVID-19, negara-negara yang bertumpu pada pariwisata juga melakukan hal yang sama untuk memulihkan kinerja sektor pariwisatanya,” kata Angela.
Ia mengatakan, pihaknya juga berupaya mengoptimalkan potensi pariwisata domestik termasuk memulihkan kinerja pariwisata dengan terlebih dahulu fokus pada wisatawan nusantara. Upaya ini didukung dengan kampanye wisata aman dengan protokol CHSE melalui kampanye Indonesia Care.
Sejauh ini tercatat wisatawan Indonesia yang bepergian ke luar negeri pada 2018 sebesar 9,5 juta orang dengan pengeluaran sebesar 1.090 dolar AS per keberangkatan per pax. Sehingga jika ditotal, ada potensi sebesar 10,355 miliar dolar AS atau kurang lebih Rp150 triliun yang bisa dimaksimalkan jika masyarakat memilih melakukan perjalanan aman di dalam negeri.
Ia juga berharap akselerasi dan strategi yang dilakukan dengan mengoptimalkan potensi wisatawan nusantara dapat memberikan semangat baru bagi seluruh stakeholder pariwisata dalam meningkatkan jumlah wisatawan yang berkualitas.
“Tidak hanya itu, sektor pariwisata juga diharapkan dapat meningkatkan devisa negara dengan signifikan, menciptakan lapangan pekerjaan baru, menciptakan value chain baru, serta menciptakan pariwisata Indonesia yang lebih berkualitas dan berkelanjutan,” kata Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo.
Sebagaimana di hampir seluruh negara di dunia, kinerja pariwisata Indonesia juga mengalami penurunan. Badan Pusat Statistik mencatat Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada September 2020 mencapai rata-rata 32,12 persen atau turun 21,40 poin dibandingkan dengan TPK bulan yang sama tahun 2019 yang tercatat sebesar 53,52 persen. Jika dibandingkan dengan TPK Agustus 2020, TPK bulan September juga mengalami penurunan sebesar 0,81 poin.
Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel klasifikasi bintang selama September 2020 tercatat sebesar 1,73 hari, terjadi penurunan sebesar 0,11 poin jika dibandingkan dengan keadaan September 2019.
Sementara itu, untuk jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia bulan September 2020 mengalami penurunan sebesar 88,95 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan September 2019. Kondisi yang sama juga terjadi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Agustus 2020, dengan penurunan sebesar 5,94 persen.
Secara kumulatif (Januari–September 2020), jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 3,56 juta kunjungan atau turun sebesar 70,57 persen jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2019 yang berjumlah 12,10 juta kunjungan.