MONITOR, Sumedang – Jika pada umumnya tinggi tanaman cabai hanya berkisar 50 – 70 cm, berbeda halnya dengan tanaman milik Ading. Ketua Kelompok Tani Jaya Mukti, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat ini memiliki tanaman cabai yang ketinggiannya mencapai 2 meter atau melebihi tinggi manusia. Ading sendiri membina lebih dari 200 petani hortikultura khususnya di Kecamatan Tanjung Sari.
“Ini merupakan cabai varietas Mhanu. Produktivitasnya mencapai 13,5 ton per hektare. Ini karena masa panennya lebih panjang dibanding varietas lain yakni sampai 100 hari setelah panen pertama dengan intensitas panen 2-5 hari sekali,” tutur Ading.
Berdasarkan data varietas dari Direktorat Jenderal Hortikultura, cabai Mhanu merupakan varietas cabai yang telah didaftarkan oleh CV. Halbanero pada 2015 silam. Varietas tersebut sudah legal untuk diedarkan karena telah melalui proses sertifikasi benih. Sertifikasi benih menjamin benih bermutu yang sesuai dengan deskripsi/identitas varietas.
Penggunaan benih bermutu sejalan dengan arahan Menteri Pertanian SYL untuk menghasilkan produksi pertanian berkualitas. Pun hal ini selalu diingatkan Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto agar senantiasa memperhatikan mutu benih dalam setiap usaha tani.
“Produksi yang bagus berawal dari benih yang berkualitas. Gunakan selalu benih bersertifikat agar terjamin mutunya,” ujarnya.
Varietas tersebut memiliki ciri khusus pada bentuk buahnya yang dapat dibedakan dengan cabai varietas lain, yakni bentuk ujung buah yang tumpul dan terdapat lekukan serta penampang melintang buahnya yang bergelombang.
Cabai varietas Mhanu cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 10-400 mdpl yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Jarak tanam optimum yaitu 80 x 60 cm, pembuatan lubang dengan cara ditugal sedalam kira-kira antara 7 -10 cm sesuai jarak tanam. Untuk penanaman cabe dipersemaian, siap dipindah tanam setelah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki 3 atau 4 daun.
Pemupukan diaplikasikan beberapa tahap dan di lakukan 7 hari sekali dengan dosis pupuk secara tepat. Umur 15 hari (saat pertumbuhan awal) menggunakan pupuk NPK dosis 30 kg/ha dengan cara dilarutkan air dengan dosis 100g/10 liter air dan tiap tanaman 50 cc. Umur 30 hari (saat vegetatif maksimal) menggunakan pupuk NPK (Phonska) dosis 40 kg/ha dicampur pupuk ZA dosis 20 kg/ha dengan cara ditugal tiap tanaman 3 gr/tanam. Umur 45 hari (saat fase generatif) menggunakan pupuk NPK dosis 40 kg/ha dicampur pupuk ZA dosis 20 kg/ha dengan cara ditugal 3 gr/tanam. Tahap selanjutnya, untuk meningkatkan hasil produksi sebaiknya pemupukan dilakukan dengan interval 7 hari hingga panen habis, menggunakan NPK dengan dosis 20 kg/ha dengan cara ditugal dan tiap tanaman 1 gr/tanam.
Varietas Mhanu merupakan tanaman dengan tipe tumbuh tegak dengan ketinggian tanaman mencapai 150-200 cm, sehingga perlu diberi lanjaran atau turus untuk menopang tanaman, supaya pertumbuhannya dapat lebih baik. Lanjaran tersebut ditancap dekat tanaman pada saat tanaman telah tumbuh sekitar 14-28 hari sesudah tanam.