MONITOR, Depok – Jelang pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Depok, calon-calon Walikota dan Wakil Walikota jor-joran memasang billboard disetiap sudut kota. Salah satu yang masif dan mudah dijumpai di jalanan dan tempat-tempat umum adalah billboard Afifah Alia.
Namun, penampilan calon wakil walikota depok tersebut menjadi sorotan karena nampak berbeda dengan aselinya. Pengusaha sukses bidang properti tersebut tampil modis dan cantik di fotonya sehingga tidak sedikit membuat pangling masyarakat.
Ahli komunikasi politik Syaefurrahman Albanjari angkat bicara. Ia menilai perbedaan penampilan Afifah di iklan kampanye masih mengikuti pola lama pencitraan.
“Konsep politisi itu harus kelihatan cantik, ganteng, keren dan modis, udah ketinggalan zaman. Pola itu pernah tren di zaman SBY. Sekarang banyak berubah,”kata Syaefurrahman, di Depok, Jawa Barat, Rabu (2/9/20).
Dosen di Universitas Mercu Buana itu mengingatkan bahwa penampilan Afifah yang bertolak belakang dengan kondisi sehari-harinya rawan digugat dan diserang lawan politik.
“Perbedaan penampilan Afifah, secara etika dikategorikan tidak jujur dengan diri sendiri. Bolehlah dipoles supaya tampil menarik, tapi jangan kebangetan. Rakyat kan sekarang sudah kritis, bisa digugat yang bakal menghabiskan energi,” tutur warga Depok ini.
Afifah tak memberikan komentar soal perbedaan foto iklan dan fotonya sehari-hari. Pesan tertulis yang dikirimkan tak dijawab, begitu juga nomor teleponnya bungkam.
Sebelumnya, setahun lalu sempat muncul kasus anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Nusa Tenggara Barat, Evi Epita Maya, digugat ke Mahkamah Konstitusi karena foto editan yang dipakai saat kampanye dianggap “di luar batas kewajaran”.
Peraih suara tertinggi untuk pemilu calon anggota DPD di NTB ini digugat pesaingnya, Farouk Muhammad.
Dalam gugatannya, Farouk, melalui tim kuasa hukumnya, menilai Evi telah “berlaku tidak jujur”.