MONITOR, Jakarta – Sebanyak 48 Video telah mengikuti Lomba Jejak Wali di Nusantara yang diadakan Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama. Seleksi lomba akan memasuki tahap penilaian di tingkat nasional. Demikian disampaikan Kasubdit Seni, Budaya, dan Siaran Keagamaan Islam, Sayid Alwi Fahmi dalam keterangannya di Jakarta, Ahad (30/8).
Dikatakan Fahmi, kontestan di tingkat nasional ini akan diikuti para peserta yang sebelumnya telah menjuarai lomba serupa di tingkat provinsi. “Sebelumnya lomba video Jejak Wali di Nusantara ini sudah dipertandingkan di tingkat provinsi sejak Juni hingga Agustus 2020,” ujarnya.
Tiga video terbaik di tingkat provinsi itu kemudian akan dipertandingkan kembali di tingkat nasional di hadapan dewan juri yang terdiri dari Komisi Penyiaran Indonesia, Lembaga Sensor Film, Seniman, Budayawan, dan unsur Kementerian Agama.
Misal dari provinsi Jawa Tengah mengirimkan video dengan judul Luru Kasejaten (Raden Munding Wangi Mencari Hakekat Hidup), Jejak Sunan Kalijogo di Bumi Sambhara Bhudara, dan Wali Sigedong. Sedangkan dari provinsi DI Yogyakarta mengirimkan video dengan judul Slametan, The Journey, dan Istana Kematian.
Hingga akhir Agustus ini, Fahmi mengatakan, panitia masih menerima laporan dari tiap provinsi. Sementara itu penilaian di tingkat nasional akan dilaksanakan pada pertengahan September mendatang untuk memperebutkan Piala Menteri Agama dan uang pembinaan dengan total Rp 70 juta bagi enam pemenang.
Fahmi menerangkan, tahun ini adalah kali ketiga Kementerian Agama menggelar lomba video yang mengangkat tema kebudayaan Islam di Nusantara. Sebelumnya, perhelatan yang ditujukan pada kelompok milenial itu digelar dengan tema “Situs Sejarah Islam di Nusantara” (2018), dan “Tradisi dan Budaya Islam Indonesia” (2019).
“Tahun ini kami mengangkat tema ‘Jejak Wali di Nusantara,’ untuk mengokohkan kesadaran generasi muda akan nilai-nilai budaya Islam yang dibawa para pendakwah di masa lalu, yang dalam terminologi masyarakat dipanggil dengan sebutan wali,” ungkapnya.
Jejak dakwah para wali itu, ditambahkan Fahmi, masih terlihat hingga saat ini. “Karena itu, lomba ini secara umum ditujukan untuk memberi perlindungan, pembinaan, pengembangan, dan pelestarian khazanah budaya Islam yang dibawa para ulama kita di masa lalu. Jangan sampai kesadaran kita akan sejarah dan kebudayaan Islam ini terkikis,” pungkasnya.