MONITOR, Jakarta – Sejak Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi nasional bahkan global, permintaan buah-buahan segar menjadi melonjak. Salah satunya jeruk baby yang banyak diincar masyarakat lantaran diyakini dapat memenuhi asupan vitamin dan menjaga daya tahan tubuh melawan virus.
Imbasnya toko-toko, kios pasar hingga gerai-gerai buah mengalami peningkatan omset penjualan. Tingginya animo masyarakat mengkonsumsi jeruk berdampak positif bagi para petani, pasalnya meskipun hasil panen melimpah namun harga jualnya tetap menguntungkan.
Dalam beberapa kesempatan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menegaskan bahwa meskipun Covid-19 tengah melanda tanah air, namun hal ini dapat dijadikan momentum untuk mendongkrak komoditas sayur dan buah-buahan lokal.
Djarwo, petani jeruk asal Desa Gading Kulon Kecamatan Dau Kabupaten Malang, Jawa Timur mengaku kalau hasil panen jeruk baby dari kebunnya terbilang melimpah dan dengan mudah langsung terserap pasar.
Harga jual di tingkat petani pun terbilang bagus. Bahkan dirinya mengaku belum sanggup memenuhi seluruh permintaan jeruk.
“Pagi ini kami panen lagi jeruk Baby. Begitu panen langsung diambil pedagang mitra. Harganya juga terbilang bagus, antara Rp 8 ribu sampai Rp 11 ribu per kilonya di petani. Pemasaran sampai saat ini terbilang mudah, lha wong tiap hari mobil-mobil pedagang wara wiri nyari jeruk disini,” ujar Djarwo saat dihubungi Minggu (19/4).
Selama ini Kawasan lereng Gunung Kawi khususnya di Kecamatan Dau memang terkenal sebagai sentra penghasil jeruk unggul. Jeruk yang banyak dikembangkan di wilayah tersebut rata-rata adalah varietas unggul yaitu Jeruk Keprok Batu-55, Jeruk Baby dan Jeruk Siem Madu.
Setidaknya ada 5 Desa di Kecamatan Dau yang mengembangkan jeruk yaitu Selorejo, Petungsewu, Gading Kulon, Tegal Weru dan Kucur. Berdasar catatan BPS, produksi jeruk dari Kecamatan Dau tahun 2019 lalu mencapai 74.355 ton atau yang tertinggi se-Kabupaten Malang.
“Perkiraan panen dari Gapoktan saya saja bisa sampai 2 ribu ton setahun. Kami sudah bermitra juga dengan distributor untuk memasok kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Panen raya jeruk disini sekitar bulan Juli-Agustus nanti walaupun pada dasarnya sepanjang tahun kami bisa panen,” kata Djarwo yang juga Ketua Gapoktan Sri Gading tersebut.
Dukungan Kementerian Pertanian (Kementan) dan Dinas Pertanian untuk pengembangan jeruk di daerahnya diakui Djarwo sangat dirasakan. “Ada dari Ditjen Horti, Balitjestro Malang, BPTP Jawa Timur, Dinas Pertanian Malang dan para penyuluh-penyuluh disini. Luar biasa dukungannya,” ungkapnya senang.
Direktur Buah dan Florikultura , Kementan, Liferdi Lukman saat dihubungi membenarkan saat ini permintaan jeruk memang mengalami peningkatan. Terlebih saat wabah Covid-19 ini, masyarakat makin sadar pentingnya memperkuat imunitas tubuh melalui konsumsi buah-buahan segar.
“Aneka jenis jeruk seperti jeruk lemon, jeruk siem, jeruk keprok hingga jeruk baby banyak dicari konsumen. Alhamdulillah sentra-sentra produksi jeruk kita mampu mengisi peluang pasar tersebut. Pasokan aman,” kata Liferdi.
Lebih lanjut Liferdi mengungkapkan bahwa Kementan akan terus mendukung petani agar terus berproduksi dan tidak menemui kendala dalam pemasarannya. Terkait jeruk baby, Liferdi yang juga dikenal sebagai peneliti buah-buahan tersebut menyebut jenis jeruk tersebut termasuk spesial.
Buahnya dicirikan dengan kulit yang tebal berwarna hijau atau orange cerah, aromanya harum, berukuran hampir seragam, warna dagingnya putih agak kekuningan dan memiliki rasa yang manis.
“Jenis jeruk ini banyak digemari masyarakat karena bisa dikonsumsi segala lapisan termasuk untuk bayi dan anak-anak. Kaandungan asamnya diperkirakan 50 persen lebih rendah jika dibandingkan dengan jenis jeruk yang lain,” pungkasnya.