MONITOR, Batam – Pemerintah melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) memberikan penghargaan kepada mitra binaan LPDB- KUMKM yang hasil produknya mampu menembus pasar global atau berorientasi ekspor.
Di antaranya, UD Nagata Tuna (asal Provinsi Banda Aceh, yang melakukan ekspor ikan tuna ke Jepang, Singapura, dan Malaysia), PD Syukestex (asal Pekalongan, Jawa Tengah, pengekspor batik ke Malaysia dan Afrika), CV Rajawali Perkasa Furniture (asal Pati Jateng, yang ekspor produk mebel ke Australia, Selandia Baru, dan Eropa), CV Dharma Siadja asal Gianyar Provinsi Bali pengekspor produk handicraft ke Amerika, CV Kipas Srikandi (Pakalongan, Jateng, ekspor kipas ke Italia), Koperasi Qiradh Baburrayyan (Aceh Tengah, ekspor kopi ke Amerika), KSU ‘Sara Ate’ (Aceh Tengah, ekspor kopi), dan Perusahaan Tenun Kusuma Tex (Solo, Jateng, ekspor batik).
Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Prof Rully Indrawan, di sela-sela acara Sosialisasi dan Bimtek Dana Bergulir LPDB KUMKM, di Kota Batam, Kepulauan Riau.
“Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan untuk menciptakan 5.000 UMKM berorientasi ekspor hingga tahun 2024 mendatang. Intinya, kita akan memberikan pembiayaan dana bergulir bagi UKM berorientasi ekspor. Untuk itu, kita akan meningkatkan kerjasama dengan berbagai stakeholder, seperti Dinas Koperasi dan UKM di seluruh Indonesia, Kadin, Hipmi, dan sebagainya,” kata Braman.
Braman mengakui, untuk menciptakan UKM ekspor, pihaknya bekerjasama dengan banyak komunitas atau ekosistem bisnis. Misalnya, dengan komunitas perajin jaket kulit di Garut, produk alas kaki Cibaduyut dan masih banyak lagi tersebar di seluruh Indonesia.
“Itu yang akan menjadi prioritas kami ke depan. Dan lebih bagus lagi bila komunitas-komunitas itu sudah berbentuk koperasi. Kita akan biayai koperasi tersebut untuk membantu permodalan UKM yang menjadi anggota koperasi,” tukas Braman.
Selain target menciptakan UMKM ekspor, lanjut Braman, pihaknya juga akan membantu mewujudkan target UMKM naik kelas. Dari usaha mikro menjadi kecil, kecil menjadi menengah, dan seterusnya.
“Targetnya, minimal 2% dari total jumlah UMKM sampai dengan 2024,” ucap Braman.
Selain itu, Braman menambahkan, target Kemenkop dan UKM dalam mendorong koperasi melalui modernisasi koperasi juga akan menjadi bagian langkah kerja LPDB-KUMKM.
“Saya akui, masih banyak koperasi yang belum menggunakan teknologi informasi atau digital dalam operasionalnya. Ke depan, itu akan menjadi salah satu syarat bagi koperasi yang akan mengakses dana bergulir dari LPDB-KUMKM. Artinya, koperasi yang mendapat dana bergulir harus sudah menggunakan teknologi digital,” papar Braman.
Ekspor Tuna dan Kopi
Dalam kesempatan yang sama, pemilik UD Nagata Tuna asal Banda Aceh, Muslim Fahmi, bercerita bahwa dirinya mulai terjun ke bisnis ikan tuna sejak tahun 2012 ketika temannya yang asal Medan memberinya peluang untuk mengisi permintaan ikan tuna di Singapura.
“Saat itu, saya belum memiliki badan hukum. Ikan tuna dari Aceh saya kirim ke Batam. Dari Batam baru masuk ke Singapura melalui pihak ketiga atau traider,” kenang Muslim
Karena volume permintaan ikan tuna dari Singapura semakin meningkat, pada tahun 2013, Muslim pun membuat perusahan berbentuk badan hukum UD (Usaha Dagang). “Setelah mengurus lengkap segala perijinan untuk ekspor, saya bisa kirim ikan tuna langsung ke Singapura melalui bandara Sultan Iskandar Muda,” kata Muslim.
Meski bisnisnya terus berkembang, Muslim mengatakan pada akhir tahun 2013 tidak ada pihak perbankan yang mau mengucurkan kredit ke usaha ikan tunanya.
“Saya ditolong orang untuk mengakses dana bergulir dari LPDB-KUMKM, namun juga gagal. Baru pada tahun 2014, saya mendapat permodalan dana bergulir dari LPDB-KUMKM sebesar Rp1 Miliar. Jujur saja, saya mendapat dana bergulir itu karena produk saya berorientasi ekspor,” jelas Muslim.
Dengan dana bergulir sebesar itu, Muslim pun memperkuat usahanya dengan membangun co-storage dan sarana pembekuan ikan.
“Ekspor saya pun meningkat dan mulai masuk ke pasar Malaysia dan Jepang, selain ke Singapura, dengan total nilai ekspor sekitar Rp5 Miliar setahun,” ucap Muslim yang sudah memiliki karyawan tetap sebanyak 10 orang, di luar karyawan tidak tetap.
Selain Muslim, Ketua Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan, Rizwan Husin, tak mau ketinggalan. Koperasi asal Aceh Tengah dan Beneur Meriah (Provinsi Aceh) tersebut kini eksis di sektor ekspor perdagangan biji kopi (green bean jenis arabica) ke Amerika Serikat.
“Koperasi ini berdiri pada tahun 2002 dengan bidang usaha simpan pinjam, atau semacam microfinance. Namun, karena adanya konflik bersenjata di Aceh, koperasi pun vakum dan berhenti beroperasi,” ungkap Rizwan.
Usai konflik, Rizwan kembali merintis operasional Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan kembali berjalan dengan bidang usaha sektor riil, yaitu komoditas kopi.
“Dengan jumlah anggota sebanyak tujuh ribu orang, yang 5.500 orang di antaranya adalah petani kopi, usaha perdagangan kopi kami terus meningkat,” kata Rizwan.
Pada tahun 2013, kata Rizwan, pihaknya mendapat kucuran dana bergulir dari LPDB-KUMKM sebesar Rp2 Miliar yang telah dilunasi pada tahun 2015.
Kita mampu mengekspor biji kopi ke Amerika sebesar 2000 ton setahun dengan nilai sekitar Rp140 miliar. Bahkan, kami mensuplai kopi untuk Starbucks di Amerika,” ungkap Rizwan.
Dulu, aku Rizwan, sebelum mendapat perkuatan modal dana bergulir dari LPDB-KUMKM, pihaknya kesulitan dalam melakukan pembayaran biji kopi ke petani.
“Namun, setelah mendapat perkuatan modal Rp2 miliar tersebut, cashflow pembelian kopi dari petani pun menjadi lebih ringan dan mudah,” ujar Rizwan seraya menyebutkan bahwa kini koperasinya sudah memiliki aset sebesar Rp14 miliar, berupa mesin pengolahan kopi dan kantor.
Dalam perjalanannya, permintaan kopi dari Amerika terus meningkat. Rizwan kembali mengajukan proposal dana bergulir ke LPDB KUMKM pada 30 Oktober 2019.
“Alhamdulillah, kami mendapat plafon pinjaman sebesar Rp10 Miliar, dengan pencairan yang disepakati secara bertahap dari mulai Rp2 Miliar, Rp3 Miliar, hingga Rp5 Miliar,” pungkas Rizwan.