MONITOR, Gunungsitoli – Ada yang berbeda di Taman Ya’ahowu, Kota Gunungsitoli, Kepulauan Nias berberapa hari terakhir ini, kerumunan tampak terlihat menyaksikan sajian dan kemeriahan di Festival Kopi Nusantara dalam rangka mendukung Sail Nias 2019 yang digelar oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) melalui Direktorat Pembangunan Daerah Tertinggal.
Seperti hari ini, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo didampingi istri, Riri Sandjojo beserta Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Samsul Widodo, Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Taufik Madjid, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi (Balilatfo) Eko Sri Haryanto dan Wakil Walikota Gunungsitoli mengunjungi setidaknya ada 20 booth yang menyajikan kopi nusantara.
Menteri Eko antusias mencicipi beragam kopi yang dihadirkan, menurutnya perlu terus ditingkatkan terkait kualitas kopi, pentingnya pelatihan dan pendampingan yang dilakukan untuk menjaga kualitas dan memperhatikan proses.
“Salah satunya kopi dari Pemalang ini menarik, adanya kerjasama antara beberapa desa, membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bersama mengelola kopi yang dihasilkan dari desa, mereka ada dari divisi penanamannya, pasca panennya, pengelolaannya, sampai marketingnya,” ujarnya saat mengunjungi salah satu booth di Taman Ya’ahowu, Kota Gunungsitoli (13/9).
Lanjutnya, model seperti ini bisa ditularkan ke daerah-daerah lain, ia berpesan pada pengelola BUMDes Bersama di Pemalang ini untuk membagi pengalamannya dan bertukar pikiran.
“Kopi dari BUMDes Bersama Pulosari Jaya dari Pemalang ini sekarang sudah di export lebih dari 5 ton perbulan ke berbagai negara. Pak Eriex (Founder D’Java Slamet sekaligus pendamping BUMDes Bersama di Pemalang) lebih baik di share pengalamanya dalam pengelolaan kopi ini, saya yakin di Nias dan daerah-daerah di Indonesia bisa,” pesannya.
Tak hanya itu, Menteri Eko juga tertarik dengan penyajian barista di booth teh tarik Aceh. Menurutnya penyajian kopi atau teh bisa unik dan khas seperti teh tarik Aceh.
“Kita bisa lihat cara membuat kopi kali ini. Jadi pada semuanya saya harapkan mulai berwisata ke desa-desa, banyak keunikan di desa-desa baik dari segi pemandangannya, kuliner, bahkan cara membuat teh dan kopi pun punya cara keunikan masing-masing. Jangan sampi orang luar lebih tahu keunikan kita daripada kita sendiri,” pungkasnya.
Kemendes PDTT melalui Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan memberikan pendampingan dan bantuan alat pada sejumlah BUMDes Bersama salah satunya untuk pengelolaan kopi.