MONITOR, Jakarta – Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan komitmen pemerintah untuk terus mendampingi masyarakat, khususnya pelajar dan mahasiswa, yang terdampak bencana banjir di Aceh dan sejumlah wilayah Sumatra. Hal itu disampaikan Menag saat doorstop dengan awak media di UIN Ar-Raniry, Sabtu (20/12/2025).
Menag menjelaskan bahwa dampak bencana kali ini cukup luas, dengan kondisi pengungsi yang beragam, mulai dari terdampak ringan hingga berat. Kementerian Agama, kata Menag, telah menyebarkan tim dan pesan koordinasi ke berbagai daerah di Sumatera, seperti Padang, Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan terutama Aceh yang menjadi wilayah dengan dampak terberat.
“Aceh ini yang paling berat. Karena itu kami tidak hanya datang, tapi juga menyiapkan program lanjutan,” ujar Menag.
Terkait sektor pendidikan keagamaan, Menag menyebut sejumlah madrasah mengalami kerusakan, bahkan ada yang hilang akibat bencana. Kemenag, lanjutnya, akan berupaya membantu pemulihan sarana pendidikan tersebut secara bertahap.
Namun, perhatian utama pemerintah saat ini adalah memastikan para siswa dan mahasiswa tidak kehilangan masa depan akibat kondisi darurat.
“Untuk adik-adik yang sedang kuliah atau sekolah, saya ingin menegaskan, jangan khawatir. Insya Allah akan dipermudah. Jangan sampai ada yang menyerah dengan kondisi ini,” tegas Menag.
Menag menambahkan, Presiden RI memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan para korban bencana. Pemerintah tidak ingin potensi generasi muda hilang hanya karena musibah.
“Presiden dan saya sepakat, jangan biarkan para siswa dan mahasiswa ini putus harapan. Mereka masih punya masa depan,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Menag juga mengungkapkan dukungan anggaran untuk penanganan dampak bencana. Secara nasional, Presiden telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp60 triliun untuk penanganan banjir di Aceh dan Sumatra.
Sementara itu, khusus di lingkungan Kementerian Agama, telah disiapkan dana sebesar Rp155 miliar dan tambahan Rp37,95 miliar untuk mendukung pemulihan madrasah, perguruan tinggi keagamaan Islam negeri dan swasta, serta lembaga pendidikan keagamaan lainnya yang terdampak.
Menjawab pertanyaan terkait pembangunan infrastruktur, Menag menyampaikan bahwa Kemenag juga telah mengalokasikan Rp3 miliar untuk pembangunan tahap awal satu bangunan penunjang. Namun, ia menekankan bahwa penanganan bencana di Aceh merupakan persoalan jangka panjang.
“Ini tidak bisa selesai dalam beberapa bulan. Ada persoalan lahan, sawah, tanggul, dan relokasi yang butuh perencanaan matang dan biaya tambahan,” jelasnya.
Menag menutup pernyataannya dengan harapan agar seluruh pihak dapat melewati masa sulit ini bersama-sama.
“Kita terus berkoordinasi langsung dengan Presiden. Saya berdoa semoga kita bisa melewati semua ini dengan baik, Insha Allah,” pungkasnya.