MONITOR, Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong produktivitas perikanan budidaya nasional. Berdasarkan data sementara, hingga triwulan ketiga tahun berjalan, produksi ikan budi daya nasional mencapai 5,02 juta ton atau 96,95 persen dari target.
Jumlah tersebut belum termasuk rumput laut yang mencapai mencapai 8,2 juta ton untuk periode serupa. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) subsektor budi daya juga melampaui target hingga lebih dari 390 persen.
“Di tengah pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan pangan bergizi, perikanan budi daya diposisikan sebagai solusi strategis yang berkelanjutan, terjangkau, dan ramah lingkungan. Pengembangan budi daya menjadi tumpuan utama dalam menjamin ketersediaan protein nasional,” ujar Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu dalam siaran resmi di Jakarta, Selasa (16/12/2025).
KKP telah menetapkan lima komoditas unggulan perikanan budi daya, yaitu udang, rumput laut, ikan nila (tilapia), kepiting, dan lobster. Kelima komoditas ini dipilih karena memiliki pasar yang kuat, teknologi budi daya yang semakin dikuasai, serta daya saing global. Untuk rumput laut dan nila, Indonesia termasuk produsen dunia, sementara udang menjadi komoditas ekspor bernilai tinggi.
Untuk mempercepat pengembangan, KKP menerapkan tiga pendekatan utama. Pertama, pembangunan kawasan modeling perikanan budi daya berkelanjutan sebagai percontohan end-to-end, antara lain modeling budidaya udang di Kebumen, modeling budidaya rumput laut di Wakatobi, Maluku Tenggara, dan Rote Ndao, modeling budidaya ikan nila salin di Karawang, modeling budidaya kepiting di Pasuruan, serta modeling budidaya lobster di Batam. Kawasan-kawasan ini menerapkan teknologi modern dan praktik budi daya yang baik.
Kedua, revitalisasi tambak idle, khususnya di Pantai Utara Jawa. Dari sekitar 78.000 hektare tambak yang terindikasi tidak produktif, tahap awal dilakukan pada 20.000 hektare di Bekasi, Karawang, Subang, dan Indramayu untuk meningkatkan produktivitas lahan dan kesejahteraan pembudi daya.
Ketiga, penguatan Kampung Perikanan Budi Daya serta melalui program budi daya tematik berbasis teknologi bioflok yang disinergikan dengan Koperasi Desa dan Kelurahan di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Dalam satu unit bioflok berisi 24 kolam, potensi produksi dapat mencapai kurang lebih hampir 5 ton per siklus.
Langkah strategis lainnya adalah pengembangan Kawasan Budi Daya Ikan Nila Salin (BINS) Karawang seluas 230 hektare yang telah menyerap hampir 1.000 tenaga kerja dan menjadi model revitalisasi tambak Pantura. Selain itu, KKP juga mengembangkan mega project budi daya udang terintegrasi di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, seluas 2.000 hektare dengan nilai investasi sekitar Rp7 triliun.
Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebut hasil perikanan budi daya menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan protein dunia yang jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Menjadi bagian dari blue food, hasil perikanan budidaya tidak hanya kaya gizi produksinya juga dapat disesuaikan dengan daya dukung lingkungan untuk menjaga keberlanjutan ekosistem.