MONITOR, Denpasar – Pimpinan Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten memperluas jejaring kolaborasi lintas satuan kerja dengan Balai Diklat Keagamaan (BDK) Denpasar, Bali. Hal itu diwujudkan dalam Kegiatan Sharing Session antara BDK Denpasar dan UIN SMH Banten yang digelar di Denpasar pada Kamis (11/12/2025).
Kegiatan itu dimaksudkan sebagai upaya memperkuat implementasi moderasi beragama dan eko-teologi.
Bali yang dikenal memiliki indeks kerukunan tertinggi di Indonesia dinilai sebagai ‘laboratorium hidup’ praktik harmoni antarumat beragama yang relevan untuk ditimba.

Rektor UIN SMH Banten Prof Muhammad Ishom mengatakan, Bali layak dijadikan rujukan nasional dalam membangun kehidupan beragama yang rukun dan selaras dengan alam. Dia menilai, praktik moderasi beragama di Pulau Dewata telah terinternalisasi dalam kehidupan masyarakat.
“Berdasarkan indeks kerukunan, Bali menempati peringkat pertama di Indonesia. Bahkan, dalam konteks kebijakan Kementerian Agama terkait eko-teologi, masyarakat Bali telah mempraktikkannya jauh lebih awal. Moderasi beragama di sini terwujud sebagai bentuk penghargaan terhadap alam,” ujar Prof Ishom dalam keterangan resminya, Sabtu (13/12/2025).
Sementara itu, Wakil Rektor II UIN SMH Banten Dr Ali Muhtarom menjelaskan, Bali dapat dipandang sebagai miniatur Indonesia karena keberagaman agama dan budaya hidup berdampingan secara harmonis.
Menurut dia, moderasi beragama di Bali tidak berhenti pada tataran wacana, tetapi menjadi ekosistem kehidupan yang dijaga bersama.
“Moderasi beragama harus lahir dari kesadaran, cara berpikir, dan perilaku. Di Bali, nilai-nilai itu telah menjadi napas kehidupan masyarakat,” kata Dr Ali.
Alumnus Program Doktor UIN Yogtakarta ini mencontohkan, keberadaan Makam Keramat Raden Ratu Ayu Siti Khodijah, putri Kerajaan Pemecutan, yang berada di kawasan tradisi Hindu namun tetap menjadi tujuan ziarah umat Islam. Menurut Ali, hal tersebut menjadi simbol kuat tumbuhnya harmoni di tengah perbedaan.
Pandangan serupa disampaikan Wakil Rektor III UIN SMH Banten Dr Dedi Sunardi. Menurut Dr Dedi, praktik keagamaan di Bali menunjukkan bahwa tradisi budaya dan agama tidak saling berhadap-hadapan, melainkan saling menguatkan.
“Hindu Bali memiliki karakter yang khas karena beradaptasi dengan tradisi lokal. Ini menunjukkan fleksibilitas budaya dalam menciptakan harmoni sosial-keagamaan,” ujarnya.
Sedangkan, Kepala Pusat Moderasi Beragama UIN SMH Banten Salim Rosyadi menegaskan, moderasi beragama tetap relevan dan strategis hingga kini.
Menurut dia, penguatan moderasi beragama semakin signifikan karena telah menjadi bagian dari Rencana Strategis Kementerian Agama 2025-2029.
Salim menyebutkan, Kementerian Agama juga telah meluncurkan kebijakan eko-teologi, peta jalan penguatan moderasi beragama 2025–2029, serta trilogi kerukunan pada 11 November 2025. Ketiga kebijakan tersebut menegaskan bahwa moderasi beragama dan eko-teologi kini ditempatkan sebagai agenda nasional yang sejalan dengan Asta Cita Presiden.
“Karena itu, praktik baik yang dijalankan BDK Denpasar penting untuk ditimba dan diinternalisasikan,” kata Salim.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua BDK Denpasar H Suyatno menyambut baik kunjungan pimpinan UIN SMH Banten. Ia menuturkan, moderasi beragama telah lama menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari pegawai BDK Denpasar.
“Kami memiliki sekitar 70 ASN dari berbagai agama. Hidup rukun bukan sekadar slogan, tetapi praktik sehari-hari. Berbeda dalam keyakinan, tetapi bersama dalam kebenaran dan kerukunan,” ujarnya.
Widyaiswara BDK Denpasar Sukma Wati menjelaskan, moderasi beragama di Bali tumbuh dari akar sejarah dan falsafah hidup masyarakat Hindu Bali, seperti Tri Hita Karana yang menekankan harmoni hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam.
Pada aspek eko-teologi, ia menjelaskan, masyarakat Bali sejak lama mempraktikkan penghormatan terhadap seluruh makhluk hidup. Pohon, batu, air, dan unsur alam lainnya dipandang memiliki nilai kehidupan yang patut dijaga.
Diketahui, kegiatan sharing session tersebut dihadiri para widyaiswara serta pejabat terkait di lingkungan BDK Denpasar. Pertemuan berlangsung dalam suasana dialogis dan diharapkan menjadi langkah awal memperkuat kerja sama strategis dalam penguatan moderasi beragama dan eko-teologi di lingkungan Kementerian Agama.