Senin, 15 Desember, 2025

Lantik Pengurus Alumni, Fathan Subchi ajak PMII Ciputat jaga Tradisi Intelektual

MONITOR, Jakarta – Ketua Pengurus Besar Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB IKA PMII), Fathan Subchi, meminta PMII Cabang Ciputat terus menjaga tradisi Intelektual sebagai karakteristik pergerakan yang selama ini melekat.

“Tradisi gerakan Intelektual PMII ini menjadi ciri dan karakteristik Cabang Ciputat dan Yogyakarta, ini harus terus dijaga dan dipertahankan,” katanya saat memberikan sambutan dalam acara pelantikan Pengurus IKA PMII Cabang Ciputat, yang digelar di kawasan pondok indah, Jakarta Selatan, pada Minggu (14/12/2025).

Salah satu yang menguatkan tradisi Intelektual PMII Ciputat adalah kaderisasi berbasis kampus dimana saat ini kampus sebagai perguruan tinggi dihadapkan pada tantangan kehadiran teknologi kecerdasan buatan atau AI.

“Kehadiran teknologi kecerdasan buatan, termasuk GPT, tidak lagi berada di pinggiran sistem pendidikan nasional, melainkan telah masuk ke “dapur pendidikan” dan memengaruhi cara berpikir, tata kelola, hingga kebijakan anggaran,” tutur Anggota BPK RI tersebut.

- Advertisement -

Menurut Fathan, masuknya teknologi ke jantung pendidikan menuntut keseriusan negara dan para pemangku kepentingan. Ia mengingatkan agar kebijakan pendidikan tidak dijalankan secara parsial dan pragmatis, terutama dalam pengelolaan anggaran.

“Kalau teknologi sudah masuk ke dapur pendidikan, maka pengelolaannya harus satu visi. Jangan anggaran pendidikan terus disiasati atau diperlakukan sebagai ruang kompromi politik,” ujar Fathan.

Ia mengkritisi kecenderungan pengelolaan pendidikan yang mengulang persoalan lama tanpa evaluasi mendasar. Fathan mengibaratkan kebijakan yang bermasalah seperti perahu bocor yang pernah menimbulkan masalah, tetapi kembali digunakan tanpa perbaikan yang serius.

Lebih jauh, Fathan menilai pendekatan pendidikan di Indonesia masih terlalu menekankan aspek yuridis dan administratif, sementara substansi pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi justru tertinggal.

Dalam konteks kepemimpinan perguruan tinggi, Fathan mendorong para rektor dan pimpinan kampus agar lebih dekat dengan pusat-pusat keilmuan dan teknologi. Ia menilai dialog antara akademisi, ilmuwan, dan pengembang teknologi mutlak diperlukan agar kampus tidak terjebak pada rutinitas birokrasi.

“Kampus jangan hidup dari masalah. Kampus harus menjadi ruang solusi, bukan sekadar institusi yang sibuk mengelola konflik dan ketergantungan,” tegasnya.

Fathan juga menyinggung pengalaman sejumlah negara maju, seperti Korea Selatan, yang mampu melakukan lompatan besar di bidang pendidikan dan teknologi karena kehadiran negara yang kuat, konsisten, dan berpihak pada riset serta inovasi.

Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga riset nasional, termasuk kampus-kampus teknologi terkemuka. Menurutnya, ketika pemerintah memiliki arah kebijakan yang jelas dan dukungan yang utuh, kampus dapat fokus pada penciptaan ilmu dan kepemimpinan perubahan.

Menutup sambutannya, Fathan menyebut tantangan pendidikan nasional hari ini bukan semata persoalan teknologi, melainkan soal keberanian keluar dari pola lama dan ketergantungan struktural.

“Ini soal apakah kita terus bergantung pada sistem lama, atau berani melompat ke masa depan dengan tata kelola pendidikan yang sehat, berdaulat, dan visioner,” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER