HEADLINE

Puncak HGN 2025: Doa Guru, Ekoteologi, Kedermawanan dan Kolaborasi Nasional

MONITOR, Jakarta – Peringatan Puncak Hari Guru Nasional (HGN) 2025 yang dikemas dalam “Doa Guru dan Donasi untuk Negeri” dengan tema “Merawat Semesta dengan Cinta” menjadi momentum refleksi dan konsolidasi nasional bagi dunia pendidikan Indonesia. Rangkaian puncak HGN 2025 memperlihatkan arah besar pembangunan ekosistem pendidikan Islam yang bertumpu pada spiritualitas, karakter, lingkungan, dan kesejahteraan guru.

Dalam sambutannya, Menteri Agama menegaskan kembali kedudukan guru sebagai “orang tua intelektual dan spiritual” bagi anak bangsa. Ia menyebut doa guru sebagai kekuatan yang ikut menopang negeri di tengah berbagai ujian, termasuk bencana yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

“Guru adalah pintu berkah. Doa mereka untuk murid seperti doa orang tua untuk anak,” ujar Menag di Jakarta pada Sabtu (6/12/2025).

Ia juga mengapresiasi pengabdian guru di wilayah terpencil yang menembus ombak dan medan berat demi hadir bagi para murid. Menurut Menag, pengorbanan tersebut mencerminkan karakter bangsa yang tumbuh dari cinta, ketulusan, dan tanggung jawab.

Masih dalam rangkaian HGN 2025, Menag menegaskan pentingnya memasukkan perspektif ekoteologi ke dalam kurikulum madrasah. Ia menyebut bahasa agama sebagai medium efektif menanamkan kesadaran ekologis, mengingat kerusakan lingkungan adalah isu moral dan spiritual.

“Merusak lingkungan adalah dosa, merawat lingkungan adalah pahala,” tegasnya.

Menag mendorong guru menjadi teladan cinta lingkungan, mengingat kualitas bumi akan menentukan kualitas manusia sebagai hamba dan khalifah. Program ekoteologi yang telah diluncurkan Kemenag disebut sebagai prioritas strategis dalam membangun peradaban hijau melalui madrasah yang berkarakter 24 jam—di sekolah, rumah, dan masyarakat.

Indonesia kembali tercatat sebagai negara paling dermawan di dunia pada 2023–2024. Menag menegaskan bahwa capaian ini merupakan buah pendidikan karakter yang dirawat para guru sejak dini—baik di madrasah, sekolah, maupun pesantren.

“Spirit gotong royong lahir dari ruang-ruang pendidikan. Guru membentuk kohesi sosial yang membuat dunia melihat Indonesia dengan simpati,” ungkapnya.

Menag juga menyoroti kebijakan strategis bagi guru, termasuk kenaikan capaian PPG hingga 700% dan perluasan dukungan bagi guru nonformal seperti guru ngaji. Menurutnya, perhatian negara kepada para pendidik adalah bentuk penghormatan atas peran mereka dalam menanamkan nilai kemanusiaan dan solidaritas.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno melaporkan bahwa Kementerian Agama telah menyalurkan tambahan pembayaran sebesar Rp198 miliar bagi guru non-ASN serta menyiapkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebesar Rp270 miliar bagi guru non-sertifikasi. Formasi Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun ini juga melonjak hingga 700%, membuka lebih banyak peluang bagi para pendidik untuk memperoleh kepastian status.

“Ini bukan hanya bantuan, tetapi investasi untuk masa depan pendidikan agama,” ujar Dirjen.

Selain itu, Kemenag mengalokasikan Rp10 miliar untuk KKG dan MGMP PAI sebagai bagian dari penguatan komunitas profesi pendidik.

Dalam sesi kebudayaan, Dirjen Pendis mengajak guru meneladani filosofi Tari Saman—kompak, fokus, dan bersahaja—sebagai representasi ideal dunia pendidikan di era perubahan cepat. Nilai kebersamaan ini diyakini menjadi energi yang menjaga relevansi pendidikan Islam.

Acara juga diwarnai penyaluran donasi kemanusiaan dari berbagai lembaga mitra yang mencapai lebih dari Rp410 juta. Donasi ini diperuntukkan bagi program sosial serta penguatan kegiatan penyuluh dan pendidik agama.

Dirjen Pendis menegaskan bahwa keberhasilan berbagai capaian pendidikan Islam sepanjang tahun tidak terlepas dari sinergi banyak pihak—mulai dari lembaga perbankan, lembaga pendidikan, hingga institusi mitra pemerintah.

“Kerja bersama ini membuat program pendidikan Islam tumbuh lebih cepat dan lebih kuat,” ujarnya.

Donasi mitra senilai Rp 410 juta, program BSU Rp270 miliar, dan dukungan anggaran lainnya menjadi bagian dari kolaborasi yang memperkuat ekosistem pendidikan Islam berbasis cinta, kepedulian, dan visi kebangsaan.

Puncak HGN 2025 ditutup dengan penyerahan penghargaan bagi guru berprestasi oleh Menteri Agama. Suasana haru dan hangat mengiringi penghormatan kepada para pendidik yang menjadi teladan bangsa.

“Memuliakan guru berarti menjaga masa depan Indonesia. Negeri ini dermawan karena guru menanamkan cinta dan tanggung jawab,” tegas Menag.

Kementerian Agama menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat ekosistem pendidikan Islam melalui spiritualitas, karakter, kepedulian lingkungan, kesejahteraan guru, dan kolaborasi nasional lintas sektor.

Recent Posts

Fahri Hamzah Sampaikan Duka Cita Mendalam Atas Peristiwa Bencana Sumatera

MONITOR, Jakarta - Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (Wamen PKP) RI sekaligus Wakil Ketua…

4 menit yang lalu

Kemenag Realisasikan Tunjangan Sertifikasi Guru Non ASN Senilai Rp749 Miliar Lebih

MONITOR, Jakarta - Dalam rangka semarak peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh…

2 jam yang lalu

Menteri UMKM Dorong Produk Kosmetik Lokal Kuasai Pasar Domestik Hingga Go Global

MONITOR, Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan dukungan penuh…

4 jam yang lalu

ICMI Harus Mampu Pimpin Inovasi & Keberlanjutan Ekologis

MONITOR, Denpasar - Pada tahun ini, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) genap berusia 35 tahun,…

6 jam yang lalu

JTT Tingkatkan Kualitas Jalan Tol Jakarta–Cikampek Jelang Akhir Tahun 2025

MONITOR, Bekasi - Menjelang periode libur akhir tahun, PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) terus memperkuat…

7 jam yang lalu

MUI Dukung Seruan Taubatan Nasuha Struktural Menko Muhaimin Iskandar

MONITOR, Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan dukungan penuh terhadap seruan seruan Taubatan Nasuha…

8 jam yang lalu