MONITOR, Jakarta – Wakil Ketua Komisi V DPR RI Andi Iwan Darmawan Aras berharap Pemerintah mempercepat pemulihan infrastruktur pasca bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Ia juga berharap semua stakeholder mewaspadai potensi bencana di akhir tahun.
Iwan menuturkan, percepatan perbaikan infrastruktur diperlukan menginggat sudah lebih dari sepekan pascakejadian, sejumlah daerah masih terisolasi, jaringan komunikasi terputus, dan ribuan warga belum tersentuh bantuan.
“Pemulihan infrastruktur harus menjadi prioritas utama, karena tanpa akses fisik dan komunikasi, seluruh sistem penanganan darurat praktis lumpuh,” kata Iwan Aras, Jumat (5/12/2025).
Iwan pun menyoroti hambatan paling kritis dalam bencana Aceh-Sumatera seperti jalan dan jembatan yang rusak parah telah memutus akses logistik, memperlambat evakuasi, serta menghambat layanan medis darurat.
“Persoalan teknis seperti ini dapat menjadi ancaman langsung terhadap keselamatan warga sehingga kementerian/lembaga terkait bersama Pemerintah Daerah perlu mempercepat pemulihan infrastruktur,” ujarnya.
Iwan juga menerima laporan kerusakan dampak bencana, seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan, jalan provinsi dan nasional dalam rentang kilometer,
jembatan-jembatan penghubung antardaerah yang ambruk.
Oleh karena itu, Iwan mendorong dilakukannya pendataan kerusakan secara cepat dan terintegrasi, yang melibatkan Kementerian Pekerjaan Umum, Pemda, dan BNPB.
“Serta menetapkan pola koordinasi lintas lembaga dalam status kedaruratan. Aktifkan tim rekonstruksi darurat agar akses darat dan komunikasi dapat dibuka dengan segera,” imbau Iwan.
Pimpinan komisi DPR yang membidangi urusan infrastruktur dan perhubungan itu meyakini Pemerintah dapat menangangi penanggulangan bencana di Aceh-Sumatera secara efektif. Terbukti, kata Iwan, proses tanggap darurat bencana telah berlangsung dengan baik.
“Karena proses tanggap darurat kebencanaan yang baik tidak hanya menentukan kelangsungan evakuasi hari ini, tetapi juga mempengaruhi proses pemulihan sosial- ekonomi dalam jangka panjang,” sebutnya.
Lebih lanjut, Iwan Aras menekakan pentingnya mitigasi dan antisipasi bencana alam yang sering terjadi di akhir tahun. Apalagi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memberikan warning potensi cuaca ekstrem di berbagai daerah yang menempatkan Indonesia dalam situasi siaga penuh.
“Intensifikasi monsun Asia, anomali atmosfer global, hingga potensi kelahiran bibit siklon tropis menjadikan Desember 2025 sebagai periode dengan risiko hidrometeorologi tertinggi dalam beberapa tahun terakhir,” ungkap Iwan.
Bahkan, BMKG menyebut pola bencana kian dominan seperti hujan ekstrem, angin kencang, petir merusak, puting beliung, hingga gangguan jarak pandang. BMKG menilai, wilayah Jawa Barat tercatat sebagai titik paling rawan, disusul Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Ini tiga wilayah berpenduduk padat yang menjadi pusat mobilitas pada libur panjang . Maka semua pihak, termasuk masyarakat, harus meningkatkan kewaspadaan,” tutur Iwan.
“Warning BMKG harus dilihat bukan hanya sekadar alarm teknis, tapi juga sebagai sinyal mengenai kesiapan negara dalam menghadapi ancaman berulang yang kini semakin sering dan semakin ekstrem,” imbuhnya.
Iwan mengingatkan, bencana alam sudah melanda berbagai wilayah di Tanah Air. Mulai dari banjir bandang di Cilacap, longsor di Banjarnegara, serta bencana besar di Aceh, Sumut, hingga Sumbar.
“Bencana-bencana tersebut cukup menjadi pelajaran bahwa bencana kini tidak lagi memiliki ‘musim’,” ucap Iwan.
Untuk itu, Iwan mendorong Pemerintah, baik pusat dan daerah, agar dapat menerjemahkan prediksi dan early warning dari BMKG dengan membuat keputusan cepat, khususnya Pemerintah Daerah yang wilayahnya sudah diwanti-wanti.
“Termasuk persiapan evakuasi warga, pengungsian dini, pengetatan aktivitas di zona merah, dan memperkuat logistik sebelum bencana tiba, serta tidak dukungan informasi publik yang masif dan mudah diakses,” ucapnya.
“Dalam situasi seperti ini, kesiapsiagaan bukan lagi sekadar soal kemampuan teknis, tetapi juga soal keberanian untuk memutuskan tindakan dini yang tidak populer namun menyelamatkan nyawa,” tambah Iwan.
Di sisi lain, Iwan mengapresiasi langkah tim SAR gabungan yang telah melakukan operasi tanggap darurat dan kemanusiaan dengan sangat baik.
“Terima kasih untuk rekan-rekan Basarnas, TNI/Polri, tim kesehatan, relawan dan semua pihak yang berada di garis terdepan dalam melakukan operasi penyelamatan dan evakuasi,” ujarnya.
“Tim SAR di lapangan adalah pejuang kemanusiaan yang berani mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk membantu sesamanya, bahkan ikut menangis bersama korban. Kami angkat topi,” tambah Iwan.
Iwan juga mengapresiasi BMKG dan BNPB yang telah melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Aceh, Sumut, dan Padang, serta memberikan pendampingan pertolongan kepada korban.
“Langkah taktis ini penting untuk menurunkan hujan di area tidak terdampak, atau mencegah hujan jatuh di zona kritis,” kata Legislator dari Dapil Sulawesi Selatan II itu.
Iwan pun mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Terutama warga yang tinggal di daerah rawan bencana atau zona merah.
“Pastikan keselamatan diri dan keluarga menjadi prioritas. Mari kita saling jaga demi keselamatan bersama,” pungkas Iwan.