MONITOR, Jakarta – Kementerian Agama tengah menggelar Olimpiade Pendidikan Agama Islam (PAI). Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, mengatakan bahwa rangkaian kegiatan ini dikemas dengan suasana keprihatinan nasional.
Pembukaan Grand Final Olimpiade PAI 2025 menjadi ruang refleksi nasional. Doa bersama dipanjatkan untuk masyarakat Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat yang terdampak banjir bandang serta longsor.
“Kita tidak pernah menyangka musibah terjadi di tengah pelaksanaan kegiatan yang sudah berlangsung dua bulan. Karena itu, kami selipkan doa khusus agar Allah mengangkat musibah ini. Semoga saudara-saudara kita diberi ketabahan, dan bagi yang wafat semoga tergolong syahid,” ujar Suyitno memimpin doa bagi korban banjir dan longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, dalam pembukaan Olimpiade PAI di Jakarta, Minggu (30/11/2025).
“Kami berharap kegiatan ini bukan hanya memperkuat pendidikan agama, tetapi juga memperkokoh solidaritas kebangsaan. Saat saudara-saudara kita diuji musibah, seluruh peserta dari Sabang sampai Merauke menyatukan doa dalam satu majelis,” sambungnya.
Menurut Suyitno, ada tujuh finalis dari wilayah terdampak yang tidak dapat hadir secara langsung karena kondisi darurat. Meski demikian, Kemenag memastikan mereka tetap mendapat fasilitas untuk berpartisipasi secara penuh dalam kompetisi.
Olimpiade PAI 2025 mencatat 54.880 pendaftar dari seluruh jenjang pendidikan, dan menghasilkan 430 finalis nasional. Delapan jenis lomba diselenggarakan, mulai dari Olimpiade PAI, MHQ, MTQ, pidato, hingga konten kreatif.
“Kompetisi bukan sekadar ajang intelektual, tetapi juga pembinaan karakter disiplin, tanggung jawab, dan kebersamaan, nilai yang sangat dibutuhkan bangsa di tengah situasi kebencanaan,” tandasnya.
Pembukaan Olimpiade PAI dihadiri Wamenag Romo Muhammad Syafi’i, Wamen Pendidikan Dasar dan Menengah, para Staf Khusus dan Staf Ahli, pimpinan daerah, serta ratusan peserta dari seluruh Indonesia.