Kamis, 27 November, 2025

Wamen Fajar: SDM Unggul Lahir dari Kepemimpinan Visioner dan Kemampuan Adaptasi

MONITOR, Sukabumi – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq, menyampaikan kuliah umum dengan tema “Kepemimpinan Visioner dan Adaptif: Membangun SDM Unggul di Era Digital” dalam Studium Generale Program Magister Ilmu Administrasi Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), Kamis (27/11/2025). Acara ini dihadiri sekitar 250 mahasiswa dan sivitas akademika.

Di hadapan peserta, Wamen Fajar mengawali dengan kisah kunjungannya ke Manokwari, Papua Barat, dalam rangka Hari Guru Nasional (HGN). Dari Manokwari, ia melanjutkan perjalanan laut menuju Pulau Masinam, tempat berdirinya SD Inpres yang dibangun pada era Presiden Soeharto sekitar 1973–1979. Ia bertemu anak-anak yang bermain di pantai tanpa televisi dan gawai.

“Mereka tidak punya TV atau gadget. Pantai adalah rumah kedua mereka,” ujar Wamen Fajar.

“Sekolah SD Inpres di pulau itu adalah contoh visi besar yang bertahan panjang. Orangnya sudah wafat, tapi warisannya terus hidup.”

- Advertisement -

Ia kemudian menghubungkan visi pendidikan masa lalu tersebut dengan arah kebijakan pendidikan pemerintahan saat ini di bawah Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya, visi digitalisasi pembelajaran yang sedang dilaksakan oleh Kemendikdasmen di bawah kepemimpinan Menteri Abdu Mu’ti saat ini bertujuan memperkuat kepercayaan diri dan kemampuan adaptasi anak-anak di desa, pulau kecil, dan daerah terpencil.

“Anak-anak di kampung harus merasa setara dengan mendapatkan fasilitas pembelajaran yang sama dengan anak-anak di kota. Mereka harus punya adaptasi cepat, karena itu adalah salah satu kecerdasan sosial yang menentukan masa depan,” tegasnya.

Wamen Fajar juga mengingatkan bahwa Indonesia sedang berada pada puncak bonus demografi, namun sejumlah daerah masuk fase penuaan dini akibat penurunan angka kelahiran. Jawa Barat, menurutnya, belum menjadi aging society karena dalam sepuluh tahun usia penduduk lanjut akan meningkat signifikan.

Perubahan sosial, seperti menunda pernikahan atau memilih tidak memiliki anak, menurutnya menuntut generasi muda memiliki kepekaan membaca tanda zaman. “Keterampilan abad 21 bukan sekadar teknis, tapi kemampuan membaca peluang ke depan,” ujarnya. “Siapa yang peka pada perubahan, dialah yang paling mudah beradaptasi.”

Meski mahasiswa belajar ilmu administrasi, Wamen Fajar dalam kuliah umumnya menekankan pentingnya literasi multidisiplin karena kebijakan publik saat ini banyak yang lintas bidang. Ia mengingatkan bahwa OECD memprediksi banyak pekerjaan fisik hilang akibat otomatisasi, dan sebagian kemampuan berpikir tingkat tinggi juga mulai tergantikan kecerdasan buatan.

“Ijazah saja tidak cukup. Yang penting adalah skill apa yang bisa kita tawarkan,” katanya. Ia mendorong mahasiswa memperkuat soft skill dan meta-skill seperti berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, serta kemampuan belajar ulang.

Menurutnya, inti ilmu administrasi adalah kemampuan mengolah data menjadi keputusan bermanfaat. Karena itu mahasiswa perlu mampu menggabungkan banyak disiplin untuk memahami persoalan publik secara menyeluruh.

Menutup kuliahnya, Wamen Fajar menegaskan bahwa kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari masyarakat yang dipimpinnya. “ Leadership dan followership itu saling terkait. Wajah kepemimpinan dipengaruhi oleh siapa yang memilihnya,” katanya. Ia menyebut pemimpin visioner adalah pemimpin yang mampu menjembatani aspirasi dan mengarahkan perubahan.

“Di era yang bergerak cepat, yang bertahan bukan yang paling pintar, tetapi yang paling cepat beradaptasi,” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER