Selasa, 25 November, 2025

GPMT: Rencana Pabrik Pakan Baru Dongkrak Kemajuan Industri Perunggasan Nasional!

MONITOR, Jakarta – Pemerintah tengah menyiapkan program hilirisasi ayam terintegrasi yang mulai berjalan tahun depan, mencakup pembangunan pabrik pakan, pembibitan, penetasan telur, cold storage, dan rumah potong ayam (RPHU), terutama di luar Jawa. Program bersama Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara ini diharapkan memperkuat ekosistem pangan nasional dan meningkatkan daya saing peternak melalui ekosistem perunggasan yang lebih terpadu.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Desianto B. Utomo menyatakan dukungannya terhadap rencana ini. Menurutnya, kehadiran pabrik pakan baru ini akan menambah pilihan bagi peternak, khususnya peternak mandiri yang selama ini bergantung pada integrator besar.

“Pada dasarnya kami mendukung. Semakin banyak pilihan bagi peternak, terutama peternak mandiri, akan semakin baik. Kehadiran pabrik-pabrik baru dapat memberikan peluang agar peternak tidak terlalu bergantung pada integrator-integrator besar,” ujarnya saat dihubungi pada Senin (17/11/2025).

Desianto menjelaskan bahwa manfaat paling cepat dirasakan ketika pabrik pakan dibangun di wilayah Indonesia timur adalah meningkatnya penyerapan jagung lokal, terutama saat masa panen. Ia melihat bahwa selama ini daerah seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumba, dan Bima menjadi sentra jagung tetapi belum memiliki industri pakan yang memadai. Karena itu, hadirnya pabrik baru diyakini dapat memicu persaingan pembelian jagung di tingkat lokal.

- Advertisement -

“Yang pertama adalah penyerapan jagung saat musim panen, dengan hadirnya pabrik, akan ada kompetisi penyerapan lokal yang mungkin memicu petani menanam lebih banyak,” jelasnya.

Lebih lanjut ia sampaikan bahwa beberapa wilayah yang menjadi target pembangunan masih memerlukan peningkatan akses transportasi agar operasional pabrik dapat berjalan optimal.

“Di Kalimantan bagian atas, misalnya, GPMT saat ini baru memiliki pabrik di Pontianak. Akses darat, pelabuhan, dan fasilitas bongkar muat masih minim,” tegasnya. Karena itu, GPMT mendorong pemerintah memastikan kesiapan transportasi, dermaga, kontainer, dan pasokan listrik sehingga pabrik yang dibangun nantinya dapat beroperasi secara maksimal.

Di sisi lain, Kholiq dari Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR) menilai program ini dapat menjadi titik balik stabilitas harga, kemandirian dan efisiensi produksi. Kholiq meyakini hilirisasi yang dikelola dengan tepat dapat menekan biaya produksi peternak hingga Rp600–1.000 per kilogram dan mengurangi praktik bundling pakan-DOC oleh integrator besar yang selama ini cenderung merugikan peternak.

Ia juga melihat bahwa pembangunan fasilitas baru dapat mengurangi peran broker dan membuka peluang pemasaran langsung. “Selama ada koperasi dan akses produksi yang memadai, peternak bisa mandiri 100%. Harga pun lebih stabil karena ada kompetitor baru,” ujarnya.

GPMT dan PINSAR sepakat bahwa program hilirisasi ayam terintegrasi perlu dirancang agar mampu bersaing. Program ini menjadi langkah penting menuju kemandirian perunggasan, serta mendorong hilirisasi yang memberi ruang lebih besar bagi peternak UMKM dan menciptakan kompetisi yang semakin sehat.

“Selama pemerintah benar-benar membantu dan tidak ikut di sektor budidaya, kami yakin peternak rakyat bisa jauh lebih kuat,” tutup Kholiq.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER