Ratna Dewi, M.Pd
Dosen STAI Al-Hikmah Jakarta
Mahasiswa S3 SPs UIN Jakarta
Pendidikan adalah sebuah eksistensi dalam sebuah peradaban. Bahkan pendidikan bisa dikatakan pula hal yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan. Melalui pendidikan yang benar dan tepat maka akan memberikan suatu kemajuan dan melahirkan generasi-generasi yang berkualitas bagi bangsa. Pentingnya pendidikan di dalam individu seseorang akan memberikan banyaknya nilai positif yang dapat dikembangkan baik dalam bahasa, perilaku, dan nilai- nilai sosial dalam kehidupan.
Pendidikan merupakan tanggung jawab para pendidik yang berorientasi sebagai pengajar. Pendidik atau pengajar utama dan yang pertama adalah dalam lingkungan keluarga, karena lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang menciptakan dan menanamkan seluruh proses baik buruk pada habitatnya sebagai peran manusia di bumi. Kemudian pendidikan bisa lanjutkan di lingkungan sekolah juga dalam dalam lingkungan masyarakat. Nilai-nilai kebaikan akan tertanam dan teraplikasikan saat usia peserta didik telah matang yang mampu mengintegrasikan dirinya untuk berperilaku dan berinteraksi secara luwes dalam polemik kehidupan pada skala usianya. Baik interaksi kepada individualisme atau kepada orang di sekitar lingkungannya.
Semakin berkembangnya kemajuan zaman, pacsa wabah Covid-19 maka dari sini beranjak pendidikan masuk ke personal branding seseorang, dari sini pula pendidikan Islam dapat meliterasikan nilai-nilai yang menjadi pagar atau batas dalam pengetahuan keagamaan. Kancah pendidikan Islam dapat membudidayakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan atau memberikan pendidikan dengan alat bantu tekhnologi informasi digital yaitu dengan berbagai model platform media pembelajaran yang bisa digunakan untuk belajar secara daring (pembelajaran yang dilakukan secara online dengan penggunaan internet, yang dilakukan dengan penyampaian materi tanpa langsung bertatap muka atau tanpa pertemuan secara fisik) hal ini sebaliknya berbeda dengan pembelajaran luring (pembelajaran yang dilakukan secara offline, yang dilakukan dengan penyampaian materi secara langsung dan bertatap muka bertemu secara fisik) semakin banyaknya lembaga pendidikan memberikan pengajaran secara daring sehingga berkurangnya intensitas bertemunnya antara pendidik dan peserta didik yang seharusnya kegiatan belajar mengajar lebih banyak dilakukan secara luring yang lebih bermakna yaitu pengajaran secara langsung dari sumbernya yang potensial seperti seorang pendidik yang memiliki kompetensi berbagai ilmu dalam bidangnya masing-masing.
Hal pembelajaran secara daring atau online dengan penggunaan tekhnologi informasi digital inilah membuat stake holder (peserta didik) merasa nyaman dengan model pembelajaran tersebut karena mampu mengikuti dengan baik gaya arus globalisasi secara eksplisit, tanpa harus terbebani dengan penilaian secara sosial dengan penyebutan “gaptek”. Selanjutnya dengan “melek tekhnologi” maka mengubah seseorang menjadikan dirinya untuk lebih percaya diri karena mampu dengan secara instan mengoperasionalkan berbagai media informasi digital sesuai dengan mengakses tujuannya.
Pandangan hemat pada lembaga pendidikan Islam sendiri pun memberikan kebebasan akses dalam kegiatan pembelajaran dengan mengikuti arusnya perkembagan tekhnologi tersebut. Karena pendidikan Islam bukan hanya di lakukan di Negara Indonesia saja, melainkan pendidikan Islam diajarkan diseluruh dunia dengan gaya, strategi, metode dan media pembelajaran yang dilakukan secara otonom di lembaga masing-masing.
Dengan pandangan hemat pada perkembangan digital ini maka pendidik mampu memberikan arahan bahwasannya pendidikan yang tepat adalah terjadinya adanya imformasi dua arah adanya pendidik dan peserta didik. Dari arahan ini memberikan keyakinan bahwasannya pembelajaran yang dilakukan hanya mengetahui dari akses tekhnologi informasi digital saja tidak cukup, karena tekhnologi informasi digital tersebut tidak mampu memaksimalkan komunikasi ruang dua arah, namun hanya salah satu segmen dari sebuah data yang di informasikan dalam sebuah jalur tekhnologi. Sehingga tekhnologi informasi digital itu hanya sebagai alat bantu yang memberikan informasi saja yang tidak mampu menemukan secara valid dan maksimal darimana berasal data informasi tersebut.
Lalu dari perkembangan tekhnologi informasi digital ini memberikan kekhawatiran pada dunia pendidikan Islam karena adanya dampak buruk pada nilai sosial peserta didik. Pertama, dapat dilihat dari kurangnya interaksi terhadap kehidupan di lingkungannya. Kedua, kurangnya pengembangan berpikir secara rasional dari sisi ilmu pengetahuan karena hanya mengakses dari satu sumber internet saja tanpa mencari kembali informasi valid sesungguhnya. Ketiga, hilangnya keberkahan ilmu yang tidak didapatkan secara langsung dari murobbi, yang mana secara lahiriah dan bathiniah ilmu yang disampaikan secara langsung dapat membuat dan mengubah gesture seseorang tersebut menjadi sebuah ikatan bathin secara naluri antara pendidik dan peserta didik.
Demikian dari pemahaman secara singkat di atas tentang tekhnologi informasi digital dalam pendidikan Islam, maka pendidikan Islam memandang secara zahir tentang tekhnologi digital tersebut yang hanya dapat di gunakan sebagai alat atau media informasi belajar saja bukan sebagai sumber belajar yang sesungguhnya, dan juga menghilangkan pemahaman dan pemikiran lanjut dimana otoritas seorang pendidik tidak dapat digantikan perannya sebagai sumber belajar yang dapat mentranformasikan ilmunya dalam bidang keilmuan masing-masing. Dari sini stake holder (peserta didik) harus mengubah kembali mindset bahwasannya makna dan penggunaan tekhnologi harus digunakan secara cermat dengan kapasitas yang disesuaikan secara konsisten dan proporsional sebagai alat bantu dalam tujuan pembelajaran.
MONITOR, Jakarta - Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Student Achivement Award (SAA)…
MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani berbicara tentang pentingnya peran parlemen dalam mendorong…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI, Rivqy Abdul Halim menyoroti serius kondisi industri…
MONITOR, Jakarta - Komisi III DPR RI mendorong pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk…
MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani melakukan pertemuan bilateral dengan Ketua Majelis Nasional…
MONITOR, Papua - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan dukungannya terhadap…