INTERNASIONAL

Pakar Politik Asia Tenggara Harap AICIS+ 2025 Hadirkan Solusi

MONITOR, Jakarta – Pakar sejarah dan politik Islam Asia Tenggara asal Malaysia, Prof. Farish A. Noor, menilai bahwa dunia Islam perlu mengambil peran lebih besar dalam menjawab dua tantangan global paling mendesak saat ini: krisis lingkungan dan dampak sosial kecerdasan buatan (AI).

Menurutnya, Annual International Conference on Islam, Science, and Society (AICIS+) 2025 yang digelar Kementerian Agama harus menjadi ruang strategis bagi para cendekiawan Muslim untuk melahirkan solusi lintas disiplin yang berpihak pada kemanusiaan dan keberlanjutan.

“AICIS+ tidak boleh berhenti sebagai forum akademik yang membahas teologi atau isu internal umat Islam semata. Konferensi ini harus menjadi ruang pertemuan antara ilmu, etika, dan kebijakan publik untuk menjawab persoalan global secara nyata,” ujar Farish dalam wawancara secara daring menjelang pelaksanaan AICIS+ 2025, Minggu (26/10/2025).

Islam dan Ekologi: Dari Nilai ke Aksi Nyata

Farish menegaskan pentingnya menerjemahkan nilai-nilai ekoteologi Islam menjadi kebijakan nyata. Menurutnya, meski pendekatan ekologis dalam Islam semakin banyak dikembangkan oleh kalangan akademik, penerapannya masih terbatas di Asia Tenggara.

“Selama ini, pembangunan dipahami secara kapital-sentris — menjadikan alam sebagai komoditas, bukan amanah. Padahal Islam menempatkan alam sebagai titipan yang harus dijaga,” ujarnya. Ia menilai perlunya dukungan politik dan kesadaran lintas sektor agar pendekatan ekologis Islam dapat diintegrasikan dalam kebijakan publik.

AI dan Keadilan Sosial

Dalam konteks kemajuan teknologi, Farish mengingatkan bahwa dunia Islam masih berada di posisi “pengguna pasif” dari teknologi yang dikendalikan negara-negara maju.

“Penggerak utama AI adalah modal. Dunia Islam belum menjadi produsen teknologi, hanya konsumen. Akibatnya, kita bergantung pada negara maju dalam menentukan arah kebijakan dan cara hidup,” ungkapnya.

Ia menekankan perlunya pendekatan etika Islam berbasis keadilan (‘adl) dan kemaslahatan (maslahah) untuk memastikan teknologi digunakan demi kepentingan kemanusiaan, bukan sekadar efisiensi ekonomi.

Harapan untuk AICIS+ 2025

Farish berharap AICIS+ 2025 dapat menghasilkan rekomendasi konkret yang mampu diterjemahkan menjadi aksi lintas disiplin dan lintas kebijakan, tidak hanya berhenti pada wacana akademik.

“Dalam satu dekade ke depan, struktur ekonomi global akan berubah drastis akibat revolusi teknologi. Dunia Islam harus siap beradaptasi dengan cara yang berkeadilan dan berkelanjutan,” katanya.

Ia menilai forum seperti AICIS+ perlu mempertemukan ilmuwan dari beragam bidang — mulai dari teologi, ekologi, ekonomi, hingga hubungan internasional — agar diskursus yang dihasilkan bersifat komprehensif dan visioner.

Dengan mengusung tema besar “Islam, Ecotheology, and Technological Transformation: Multidisciplinary Innovation for a Just and Sustainable Future,” AICIS+ 2025 diharapkan tidak hanya menjadi forum akademik, tetapi juga kompas moral dan intelektual bagi dunia Islam — menuntun arah ilmu, etika, dan kebijakan menuju masa depan yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Prof. Farish A. Noor adalah sejarawan dan ilmuwan politik asal Malaysia yang dikenal luas di Asia Tenggara. Ia meraih Ph.D. dalam Ilmu Politik dari University of Essex, Inggris, dan telah mengajar di berbagai universitas ternama di Eropa dan Asia, termasuk Nanyang Technological University (Singapura) dan Friedrich-Alexander University (Jerman).

Saat ini ia menjabat sebagai Profesor Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok. Risetnya berfokus pada kolonialisme, orientalisme, dan gerakan politik Islam, khususnya di Malaysia dan Indonesia.

Sebagai penulis produktif dan intelektual publik, Farish aktif menulis esai, buku, dan memberikan kuliah global yang menjembatani wacana akademik dengan isu-isu kemanusiaan kontemporer. Karya dan pandangannya dikenal karena kedalaman analisis serta pendekatan interdisipliner terhadap sejarah, agama, dan identitas di kawasan Asia Tenggara.

Recent Posts

Gelar Pahlawan Nasional Suharto Melegitimasi Kekuasaan Tanpa Batas

MONITOR, Jakarta - Lembaga kajian demokrasi dan kebajikan publik Public Virtue Research Institute (PVRI) menilai…

6 jam yang lalu

HUT ke 7 Gerakan Indonesia Optimis dan Refleksi 1 Tahun Prabowo-Gibran

MONITOR, Jakarta - Ketua Gerakan Indonesia Optimis (GIO), Ngasiman Djoyonegoro menyatakan bahwa pemuda saat ini…

9 jam yang lalu

Kemenag Ajak Dosen PTK Manfaatkan Beasiswa dan Riset, Anggarannya 500 Juta hingga 2 Milyar

MONITOR, Jakarta - Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Puspenma) gencar mensosialisasikan program beasiswa…

9 jam yang lalu

KKP Tambah 1,079 Juta Hektare Kawasan Konservasi Laut di Satu Tahun Prabowo

MONITOR, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil menambah 1,079 juta hektare kawasan konservasi…

11 jam yang lalu

Pesantren Ramah Anak, Menag: Kita Bentuk Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan komitmen dan keseriusannya dalam mengambangkan pesantren ramah…

12 jam yang lalu

Dua PTKN di Manado Manfaatkan Pembiayaan Beasiswa dan Riset Kemenag

MONITOR, Manado - Civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado dan Institut Agama Kristen…

13 jam yang lalu