HUMANIORA

Kontekstualisasi Nilai Pesantren untuk Jawab Tantangan Zaman

MONITOR, Tangerang Selatan – Pesantren dituntut untuk melakukan kontekstualisasi terhadap nilai-nilai yang hidup di lembaga pendidikan khas nusantara. Di samping itu, komunitas pesantren secara atraktif perlu menjawab tantangan yang muncul di era digital ini.

Hal tersebut dinyatakan oleh Menteri Agama Periode 2014-2019, Lukman Hakim Saifuddin, saat menjadi pembicara dalam Seminar Hari Santri dan Bedah Buku Karya Dr. Suwendi, M.Ag, bertema “Rekonstruksi Narasi Pesantren: Analisis Kritikal Media Massa dan Implikasinya Terhadap Identitas Santri” yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta, Rabu (22/10/2025).

Hadir sebagai narasumber Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama RI 2014-2019, Prof. Dr. H. Husni Rahim, M.A., Guru Besar Politik Pendidikan UIN Jakarta, dan H. Mauludin Anwar, Pengasuh Pesantren Kaligrafi dan Eks Produser Metro TV dan GM Produksi Berita Liputan 6 SCTV.

Lukman Hakim Saifuddin lebih lanjut mengatakan kontekstualisasi nilai pesantren menjadi kebutuhan mendesak yang mesti segera dilakukan. Nilai yang merupakan ruh pesantren itu berasal dari keluhuran para pendahulu pesantren seperti keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, persaudaraan dan kebebasan. “Tantangan kita saat ini bagaimana mengkontekstualisasi ruhul ma’had atau spirit pesantren agar tetap relevan dan memiliki urgensi yang tinggi,” ujar Lukman.

Lebih lanjut Lukman mengatakan transformasi pesantren tetap berpijak pada menjaga eksistensi jati diri pesantren terhadap nilai-nilai yang tumbuh di pesantren termasuk menjaga independensi pesantren hal yang tidak bisa ditawar. “Menjaga eksistensi jati diri pesantren dan menjaga kemandirian pesantren merupakan hal yang tidak boleh ditinggalkan. Negara juga tidak boleh terlalu jauh mencampuri otonomi pesantren,” ingat Lukman.

Tak luput Lukman juga mengomentari peristiwa belakangan mengenai pemberitaan oleh media massa terhadap pesantren. Menurutnya, reaksi yang muncul dari kalangan santri dapat memakluminya, meskipun ia mengingatkan agar reaksi tidak berlebihan. “Saya khawatir ada pihak lain yang menungganginya,” tambah Lukman.

Sementara dalam kesempatan yang sama Guru Besar Politik Pendidikan UIN Jakarta, Prof. Husni Rahim, mengatakan identitas pesantren seperti islami, populis, beragam, berkualitas, unggul, religiusitas, sains dan akhlah melekat pada profil pesantren di Indonesia. “Kita harus bangga dengan keunggulan pesantren,” ingat Husni.

Kendati demikian, ia juga mengingatkan kritik dan masukan terhadap pengembangan pesantren patut menjadi perhatian kalangan pesantren. Ia menyebutkan seperti soal literasi digital serta persoalan ekologi menjadi catatan yang patut ditindaklanjuti. “Kritik terhadap pengembangan santren tidak boleh diabaikan,” tambah Husni.

Sementara pegiat media Mauludin Anwar mengatakan framing dan narasi negatif yang ditujukan terhadap pesantren mesti direspons dengan produksi tandingan oleh kalangan pesantren. Dia mendorong narasi yang kontekstual dan inspiratif akan efektif menjawab pembingkaian negatif dari media. “Rebut kembali tafsir pubik atas pesantren. Santri bukan obyek tapi subyek. Kuncinya, santri harus melek digital,” tegas Mauludin.

Sementara itu, penulis buku Dr. Suwendi, M.Ag mengatakan media massa memiliki pengaruh besar dalam membentuk citra diri dan persepsi sosial terhadap eksistensi santri. Identitas santri, yang semula dibangun melalui nilai-nilai keikhlasan, kedalaman ilmu, dan ketundukan spiritual, kini bersinggungan dengan konstruksi identitas digital yang lebih visual, instan, dan performatif.

Oleh karenanya, lanjut Suwendi yang aktif sebagai dosen Sekolah Pascasarjana sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Agam Islam, menyatakan bahwa rekonstruksi narasi pesantren melalui analisis kritikal media massa merupakan ikhtiar untuk mengembalikan identitas santri sebagai agen perubahan yang berpijak pada nilai keilmuan, spiritualitas, dan kemanusiaan universal.

“Buku-buku yang dibedah ini sejatinya ingin merumuskan strategi kultural dan edukatif dalam merekonstruksi narasi pesantren yang lebih otentik, berimbang, dan mencerminkan nilai-nilai keilmuan Islam rahmatan lil ‘alamin”, ungkap Suwendi. Dengan demikian, rekonstruksi narasi pesantren bukanlah upaya defensif terhadap stigmatisasi media, melainkan langkah afirmatif dalam membangun kesadaran publik bahwa pesantren merupakan pusat peradaban Islam Nusantara yang berakar pada tradisi keilmuan, tetapi juga terbuka terhadap perubahan zaman.

Terdapat tujuh buku karya Dr. Suwendi, M.Ag yang dibedah, yang terdiri atas (1) Detik-detik Penetapan Hari Santri, (2) Sejarah dan Kebijakan Pendidikan Islam Indonesia, (3) Kecendekiaan Digital (Digital Scholarcy) Dosen Kampus Islam, (4) Pemikiran Pendidikan KH. M. Hasyim Asy’ari, (5) Integrasi Ilmu Mazhab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (6) Pendidikan Islam Indonesia: Mengurai Masalah, Solusi, dan Kebijakan, dan (7) Moderasi Beragama dan Layanan Keagamaan: Gagasan dan Respon Kebijakan.

Kegiatan Hari Santri dan Bedah Buku Karya Dr. Suwendi, M.Ag, ini dihadiri oleh Wakil Rektor UIN Jakarta Bidang Kelembagaan dan Kerjasama, Din Wahid, serta Bidang Administrasi Umum, Prof Imam Subchi, Dekan FITK UIN Jakarta, Prof. Siti Nurul Azkiyah, M.Sc., Ph.D, dosen dan rartusan mahasiswa program sarjana dan pascasarjana UIN Jakarta.

Recent Posts

Reyhan Ahmad, Hafiz Indonesia Juara 2 MHQ Disabilitas Netra Internasional 2025 Cabang Hafalan 20 Juz

MONITOR, Tangerang - Hafiz asal Indonesia, Reyhan Ahmad Maulana, meraih Juara 2 cabang Hafalan 20…

1 jam yang lalu

Kemenag Harap MHQ Disabilitas Netra Internasional Jadi Ajang Rutin

MONITOR, Tangerang - Penyelenggaraan Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ) Disabilitas Netra Internasional 2025 baru saja rampung.…

1 jam yang lalu

Kemenperin Pacu Kompetensi SDM Industri Berbasis Digital

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian terus menegaskan komitmennya dalam mengakselerasi transformasi digital sektor manufaktur nasional…

2 jam yang lalu

DPR Desak Penetapan Status Bencana Nasional Sumatera: Apa Lagi yang Ditunggu?

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi V DPR RI Irine Yusiana Roba Putri menyoroti lambannya respons…

4 jam yang lalu

Fahri Hamzah Sampaikan Duka Cita Mendalam Atas Peristiwa Bencana Sumatera

MONITOR, Jakarta - Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (Wamen PKP) RI sekaligus Wakil Ketua…

14 jam yang lalu

Puncak HGN 2025: Doa Guru, Ekoteologi, Kedermawanan dan Kolaborasi Nasional

MONITOR, Jakarta - Peringatan Puncak Hari Guru Nasional (HGN) 2025 yang dikemas dalam “Doa Guru…

15 jam yang lalu