Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Rokhmin Dahuri. (Ist)
MONITOR, Jakarta – Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Rokhmin Dahuri melakukan pertemuan hangat bersama petani dan pengelola garam rakyat, terungkap tantangan serius. Desa Kalipasung, Kecamatan Gebang, menjadi titik penting dalam kunjungan kerja (Reses) pada 12 Oktober 2025.
Petani mengeluhkan kendala utama berupa harga garam yang hancur, di mana hasil panen seringkali terpaksa dijual dengan harga sangat rendah, hanya Rp300-400 perak, meskipun diolah secara tradisional.
Prof. Rokhmin Dahuri berkomitmen untuk memperjuangkan bantuan modal dan terpal ini guna meningkatkan kualitas dan harga jual garam rakyat.
“Sebagai anggota dewan saya ingin melihat apa yang menjadi kendala, supaya petambak garam kali pasung khususnya dan Cirebon Indramayu dan Indonesia pada umumnya bisa lebih sejahtera seperti petambak garam di Australia, China dan India,” tegas Rektor Universitas UMMI Bogor ini.
Ia menyatakan komitmennya untuk memperjuangkan bantuan modal dan terpal. Menurutnya, garam bukan sekadar komoditas, tapi jalan menuju kesejahteraan rakyat.
“Saya ingin petambak garam di Kalipasung, Cirebon, Indramayu, dan seluruh Indonesia bisa sejahtera seperti di Australia, China, dan India,” tegas Ketua DPP PDI-Perjuangan.
Ia membandingkan produktivitas lokal yang hanya 60 ton/hektare/tahun dengan negara lain yang mencapai 270 ton, dan menekankan pentingnya teknologi dari KKP untuk meningkatkan hasil.
“Dengan produktivitas garam lokal yang baru mencapai 60 ton/hektare/tahun, jauh di bawah negara lain yang mencapai 270 ton,” ujar mantan Menteri Kelautan dan Perikanan 2001–2004 itu.
Prof. Rokhmin optimis teknologi dari KKP akan menjadi solusi. “Insya Allah, teknologi akan membawa perubahan,” tutup Guru Besar IPB University.
Direktur BUMDes Kalipasung, Heriyanto, menjelaskan bahwa lembaga yang baru berdiri dua tahun ini telah menjadi penampung utama garam rakyat, dengan harga beli Rp500–700 perak dan pasar aktif di Muara Angke, Jakarta.
Namun, kebutuhan akan perbaikan bangunan dan modal tambahan masih mendesak. “Sekali kirim bisa 20 ton, tapi kami butuh penataan bangunan,” ujar Heriyanto.
Kuwu Hendi menambahkan, Desa Kalipasung memiliki lahan garam seluas 18 hektar, dan seluruh garam hasil panen petani masuk ke BUMDes. Kuwu telah mendukung dengan menyediakan gudang (dari dana desa ketahanan pangan) dan memberikan modal awal Rp50 juta (dua tahun lalu), dengan alokasi ketahanan pangan tahun 2025 sebesar Rp200 juta untuk usaha.
“Namun, prospek garam sangat bagus, hanya saja kekurangan modal dan bantuan terpal yang krusial,” ungkap Kuwu Hendi.
Para petani menyuarakan harapan untuk beralih ke produksi garam berkualitas tinggi dengan kadar NaCl 99%, melalui teknologi penguapan lanjutan dan sistem filter. Dukungan modal dan terpal menjadi kebutuhan mendesak demi menghasilkan kristal garam yang unggul. Petani sangat membutuhkan terpal karena produksi tanpa terpal tidak akan menghasilkan garam dengan kristal yang baik.
MONITOR, Jakarta - Suasana hangat dan penuh semangat terasa di Assembly Hall Hotel Bidakara, Jakarta,…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama meraih penghargaan Badan Publik Terfavorit dari Komisi Informasi Pusat (KIP)…
MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menanggapi serius kasus meninggalnya 7 pekerja migran…
MONITOR, Jakarta - Ketua Komisi XIII DPR RI, Willy Aditya mendorong agar Komnas Perempuan segera…
MONITOR, Jakarta - Jumlah pendaftar Bantuan Penyelesaian Pendidikan (BPP) S3 Dalam Negeri Tahun 2025 Kementerian…
MONITOR, Jakarta - Jaringan Muslim Madani (JMM) mengecam keras tayangan program di stasiun televisi Trans7…