MONITOR, Jakarta – Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia tengah menyusun peta jalan pengembangan madrasah. Dokumen ini akan menjadi panduan bersama dalam upaya mewujudkan madrasah berkualitas dan unggulan dengan rentang 2025-2029.
Penyusunan peta jalan ini dibahas bersama dalam Rapat Koordinasi yang berlangsung dilaksanakan di Jakarta, 24-25 September 2025. Hadir, sejumlah pakar dan praktisi pendidikan. Hadir juga, Kepala Subdit di lingkungan Direktorat KSKK Madrasah, Bagian Organisasi dan Hukum Sekretariat Ditjen Pendis, Biro Ortala dan Biro Hukum Setjen Kemenag RI, serta beberapa akademisi dan praktisi pendidikan.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menekankan pentingnya dokumen ini sebagai petunjuk arah pengembangan madrasah beberapa tahun ke depan. Dengan begitu, proses pengembangan madrasah tidak berjalans ecara sporadis dan capaiannya juga rasional. Bahkan jika diperlukan, agar dibuat peta jalan dengan rentang waktu 20 tahun.
“Kita bisa ikuti pola-pola grand desain yang sudah ada, seperti Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025-2045 atau RPJPN,” ujar Suyitno di Jakarta, Rabu (24/9/2025).
Menurut Suyitno, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan peta jalan pengembangan madrasah. Pertama, perumusan target capaian yang didasarkan pada 4 pilar, yakni akses, mutu, daya saing dan relevansi.

Kedua, pentingnya memahami trend perkembangan terkini. “Grand design harus tidak boleh melupakan isu-isu strategis nasional dan internasional, mengacu pada delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,” ujarnya.
Ketiga, madrasah sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional harus mampu menjadi agen perubahan yang inklusif, inovatif, dan berdaya saing global.
Hal senada disampaikan Direktur KSKK Madrasah, Nyanyu Khodijah. Menurutnya, penyusunan Grand Design atau peta jalan ini menekankan pengembangan madrasah yang memiliki arah yang jelas dan tepat, terutama dalam merespon dan beradaptasi dengan perubahan zaman..
“Grand design ini harus menjawab tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat yang terus berubah. Basisnya adalah data yang jelas, akurat, dan terverifikasi,” tegasnya.
Konsultan Pendidikan, Bahrul Hayat menekankan pentingnya perumusan visi madrasah 2045 yang transformatif. Bahrul Hayat yang juga mantan Sekjen Kemenag mengingatkan bahwa madrasah selama dasawarsa terakhir mampu muncul ke permukaan dan dapat mengimbangi kualitas sekolah-sekolah non keagamaan.
“Ini adalah pijakan awal untuk melompat lebih jauh ke depan,” katanya memotivasi.
Kepala Subdit Pendidikan Vokasi dan Inklusi Anis Masykhur yang menjadi “leading sector” penyusunan naskah ini juga meneguhkan kembali komitmen bahwa naskah ini diperkirakan tuntas di akhir tahun ini. “Senoga kebijakan tahun 2026 sudah merujuk seluruhnya pada dokumen yang disusun kali ini,” harap Anis.