Rabu, 1 Oktober, 2025

Berduka Insiden di Sidoarjo, DPR Dorong Pemerintah Beri Pendampingan Psiko-sosial

MONITOR, Jakarta – Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal menyampaikan duka mendalam atas musibah ambruknya musala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Cucun meminta insiden memilukan ini menjadi pelajaran agar Ponpes mendapat pendampingan dari Negara, khususnya Pemerintah.

“Atas nama DPR maupun atas nama pribadi, kami sampaikan belasungkawa dan keprihatinan atas musibah ini. Dukacita mendalam secara khusus kepada pada korban maupun keluarganya,” kata Cucun Ahmad Syamsurijal, Selasa (1/10/2025).

Seperti diketahui, musala yang berada di kawasan asrama putra Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Desa Buduran, Sidoarjo, ambruk saat sedang digunakan santri untuk salat ashar berjemaah pada Senin (29/9) sore. Bangunan yang masih dalam tahap pembangunan itu ambruk dan mengakibatkan puluhan santri luka-luka dan tiga meninggal dunia.

Per Selasa (30/9) sore, Basarnas menyebut sebanyak 102 jiwa telah dievakuasi dan 38 diduga masih terjebak dalam reruntuhan. Tim gabungan masih melakukan pencarian terhadap santri yang dilaporkan belum ditemukan dan diduga terjebak.

- Advertisement -

Cucun menegaskan, evakuasi korban harus memperhatikan unsur keamanan.

“Kita berharap evakuasi dapat berjalan dengan lancar, dan santri-santri yang masih terjebak bisa dievakuasi dalam keadaan selamat. Keamanan harus menjadi perhatian utama,” tuturnya.

Cucun mengatakan, ambruknya musala Ponpes Al Khoziny tentu menggoreskan luka bagi dunia pendidikan keagamaan dan masyarakat luas yang selama ini menaruh kepercayaan besar pada peran pesantren. Apalagi, Ponpes Al Khoziny merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa Timur yang telah menjadi pusat pembinaan ulama dan lahirnya banyak tokoh agama bangsa.

“Pesantren ini banyak berkontribusi untuk negara. Tetapi kejadian ini menjadi pengingat bahwa membangun asrama, sekolah dan fasilitas lain, konstruksinya harus berdasarkan kajian matang,” ujar Cucun.

Menurutnya, Negara juga tidak boleh lalai dalam memastikan setiap sarana pendidikan dan keagamaan berdiri di atas standar keselamatan yang ketat. Terlebih lagi, kata Cucun, setiap harinya pesantren ini menampung ribuan anak untuk belajar, beribadah, dan meneladani nilai-nilai luhur bangsa.

“Atau minimal ketika ada pembangunan di Ponpes, Pemerintah yang memahami ilmu konstruksi bisa membantu secara keilmuannya sehingga ada pendampingan dalam pembangunan musala dan masjid sarta fasilitas lainnya yang aman, khususnya bagi anak-anak dan para santri,” paparnya.

“Dan perlu diingat, keselamatan santri, yang merupakan aset bangsa dan calon pemimpin umat, harus ditempatkan sebagai prioritas utama,” imbuh Cucun.

Pimpinan DPR koordinator bidang kesejahteraan rakyat (Korkesra) itu pun menyarankan agar Pemerintah segera melakukan langkah cepat. Termasuk, kata Cucun, dengan memberikan penanganan darurat terbaik bagi seluruh korban dan keluarganya.

“Kemudian, lakukan investigasi menyeluruh terhadap proses pembangunan musala. Ini untuk memastikan tidak ada kelalaian atau penyimpangan teknis,” ungkap Legislator dari Dapil Jawa Barat II tersebut.

Selain itu, Cucun meminta Pemerintah untuk menyusun sistem pengawasan yang lebih kuat bagi pembangunan fasilitas pendidikan keagamaan di seluruh Indonesia, khususnya pesantren.

“Peristiwa musala ambruk ini harus menjadi pelajaran penting bahwa pesantren sebagai benteng moral bangsa harus mendapat perhatian dalam setiap aspeknya, baik dari sisi akademiknya maupun infrastruktur atau fasilitas dan sarana prasarananya,” jelas Cucun.

Cucun juga mendorong Pemerintah dan instansi terkait untuk membantu pemulihan pasca musibah ini, baik bantuan rehabilitasi bangunan hingga pendampingan psiko-sosial bagi korban dan pihak ponpes.

“Musibah ini pastinya sangat berat bagi pihak ponpes dan santri yang menjadi korban beserta keluarganya. Pendampingan psikologi dan pendampingan sosial harus diberikan untuk mempercepat pemulihan,” ujarnya.

Cucun pun kembali menekankan pentingnya Negara memberi perhatian lebih terhadap pondok pesantren. Mengingat ponpes banyak mencetak generasi unggul bangsa, khususnya dari kalangan agamis.

“Melindungi santri berarti melindungi masa depan bangsa. Insiden di Pondok Pesantren Al Khoziny harus menjadi momentum untuk menghadirkan kebijakan yang lebih berpihak pada keselamatan, martabat, dan hak anak-anak bangsa yang tengah menimba ilmu agama dan membangun peradaban Indonesia yang berkeadilan dan berkeadaban,” tutup Cucun.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER