Kegiatan Kuliah umum oleh Staf Ahli Menteri Bidang Percepatan Transformasi Industri 4.0 Emmy Suryandari dengan tema “Membangun Ekosistem Halal Nasional Berorientasi Pasar Global” dalam rangkaian Industrian Festival x Halal Indo 2025.
MONITOR, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya membangun ekosistem industri halal nasional yang berdaya saing global melalui penyelenggaraan Kuliah Umum Industrial Festival (IFest) x Halalindo 2025 di Jakarta. Kuliah umum ini disampaikan oleh Staf Ahli Menteri Bidang Percepatan Transformasi Industri 4.0, Emmy Suryandari, dan dihadiri mahasiswa, pelaku industri, serta berbagai pemangku kepentingan lintas sektor sebagai langkah strategis memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat industri halal dunia.
Dalam pemaparannya, Emmy menekankan pentingnya jaminan kepastian halal di seluruh mata rantai produksi. “Proses produksi harus tersertifikasi bisa dipastikan validitas halal itu mulai dari proses pengiriman bahan baku sampai kepada produk itu dikirim ke customer. Sekali produsen mengatakan produknya itu sudah halal, artinya di situ ada suatu trust, ada suatu jaminan bahwa semua tahapan proses produksi yang digunakan mulai dari awal sampai akhir sudah bisa dipastikan halal,,” kata Staf Ahli Menteri Bidang Percepatan Transformasi Industri 4.0, Emmy Suryandari pada kuliah umum “Membangun Ekosistem Halal Nasional Berorientasi Pasar Global” dalam rangkaian Industrian Festival x Halal Indo 2025, di Jakarta (26/9).
Emmy juga menyoroti peluang pasar yang sangat besar. “Tahun 2023 pengeluaran konsumen muslim global sebesar 2,43 triliun USD dan di tahun 2028 diestimasi akan naik menjadi 3,36 triliun USD. Potensi ini kalau tidak dimanfaatkan dengan tepat dan cepat tidak akan membawa keuntungan bagi kita,” jelasnya.
Namun ia mengingatkan bahwa Indonesia masih perlu berbenah. “Indonesia saat ini masih berada di peringkat kesembilan pengekspor produk halal. Padahal dengan jumlah penduduk kita yang populasinya cukup besar dan mayoritas muslim, seharusnya kita bisa lebih dari itu,” tutur Emmy.
Lebih jauh, ia menegaskan pentingnya melihat halal sebagai gaya hidup inklusif, bukan semata urusan golongan. “Kalau kita bicara di sini, halal itu adalah lifestyle, sebuah gaya hidup yang memastikan apa yang ada di dalam kandungan satu produk memang aman dan sesuai aturan yang mengikat,” ungkapnya.
Ia juga menekankan peran generasi muda untuk mengambil peran aktif. “Masa depan Indonesia itu ada di tangan generasi muda. Tentu kita berharap bahwa generasi muda tidak hanya menjadi obyek pasar atau konsumen semata, tapi harus menjadi pelaku,” pesannya kepada para mahasiswa.
Dalam kuliah umum tersebut dijelaskan pula bahwa sertifikasi halal kini diakui sebagai standar global yang tidak hanya relevan bagi konsumen muslim tetapi juga semakin menarik minat pasar internasional. Label halal dipandang sebagai jaminan kualitas yang mencakup keamanan produk, transparansi proses produksi, dan kepatuhan etis dalam rantai pasok.
Tren ini berkembang pesat dan telah menjadi gaya hidup global yang merambah berbagai sektor, mulai dari pangan, kosmetik, farmasi, hingga pariwisata, melampaui batas agama dan budaya.
Data State of the Global Islamic Economy 2024/2025 mencatat belanja konsumen muslim dunia untuk produk halal mencapai USD 2,43 triliun pada 2023 dan diproyeksikan naik ke USD 3,36 triliun pada 2028, tumbuh rata-rata 5,3 persen per tahun. Meski peluang besar, pasar ekspor halal masih dikuasai negara non-muslim seperti Brasil, Tiongkok, dan Thailand, menegaskan perlunya langkah strategis memperkuat daya saing nasional.
Dalam forum ini, Kemenperin menekankan penguatan kapasitas produksi, sertifikasi menyeluruh, kemitraan ekspor, serta pembangunan kawasan industri dan terminal logistik halal dengan dukungan lintas kementerian dan pemerintah daerah. Bonus demografi lebih dari 53 persen penduduk Indonesia adalah generasi milenial dan Gen Z dianggap modal penting untuk mendorong pertumbuhan industri halal melalui teknologi digital, kewirausahaan, dan promosi produk dalam negeri, sekaligus memacu generasi muda agar tidak sekadar menjadi konsumen, melainkan pelaku utama.
Menjelang akhir paparannya, Emmy kembali mengajak generasi muda untuk tidak berhenti pada peran konsumen.
“Kita tidak boleh hanya menjadi pasar. Kita harus menjadi pelaku yang memastikan Indonesia mendapatkan value added, tidak hanya sekadar market, tetapi benar-benar pemain yang mengolah bahan baku menjadi produk jadi,” tegasnya.
Penguatan ekosistem industri halal diyakini akan mendorong ekspor, membuka lapangan kerja, memperkuat ketahanan pangan, serta mendukung kemandirian farmasi dan kosmetik. Sektor manufaktur halal diharapkan menambah pertumbuhan PDB dan memperkokoh posisi Indonesia sebagai pusat industri halal dunia dengan peluang ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
MONITOR, Jakarta - Wakil Menteri Agama RI, Romo Muhammad Syafii, menegaskan bahwa Perguruan Tinggi Keagamaan…
MONITOR, Jakarta - Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) dan Anggota Komisi IV DPR RI,…
MONITOR, Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mendukung pengurus baru…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) mengumumkan hasil seleksi kompetensi tes pengetahuan dasar dan penulisan…
MONITOR, Jakarta - Komisi VI DPR RI sepakat menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) Perubahan Keempat atas…
MONITOR, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Infrawil), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY),…